Independensi Standar Audit Internal

Standar IIA berbeda dengan SAS yang diterbitkan oleh AICPA. Standar IIA memberikan pedoman bagaimana seharusnya suatu audit internal dilakukan, sedangkan SAS pada umumnya menyajikan apa yang berlaku umum dan dipersyaratkan. Guy 2003:414 menyebutkan: Standar IIA untuk praktik profesional audit internal dibagi menjadi lima kategori yang luas, yaitu: independensi, kemampuan profesional, ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan pekerjaan audit, serta manajemen departemen audit internal.

1. Independensi

Auditor internal menempatkan independensi pada tingkat yang paling tinggi. Independensi memungkinkan auditor internal untuk membuat keputusan yang tidak bias dalam memberikan jasa kepada entitas. Tentu saja, karena auditor internal merupakan karyawan penuh waktu dari entitas yang diaudit, maka auditor internal tidak memikliki independensi setajam yang dimiliki auditor eksternal. Independensi auditor internal diperoleh melalui status organisasi dan obyektivitas. Karena itu, konsep independensi ini berbeda dengan konsep independensi auditor eksternal yang harus dijaga menurut Code of Professional Conduct AICPA. • Status Organisasi Status organisasi membantu auditor intrnal mempertahankan independensinya. Seringkali, departemen audit internal melapor langsung kepada dewan direksi atau komite audit untuk memastikan bahwa departemen atau kelompok yang diaudit harus melapor. Pada beberapa entitas, departemen audit internal secara administratif malapor kepada salah satu departemen dalam entitas, tetatp tetap menjaga independensinya dengan terus berkomunikasi secara langsung dengan dewan direksi. • Obyektivitas Seluruh auditor internal harus seobyektif mungkin ketika melaksanakan suatu audit. Statement of Responsibilitiesof Internal Auditor mensyaratkan auditor internal untuk memiliki sikap mental obyektif dan independen ketika melaksanakan audit. Akibatnya, auditor internal tidak boleh mengurangi pertimbangannya atas suatu masalah audit di bawah pertimbangan lain. Di samping itu, obyektivitas juga dapat menjadi lemah apabila auditor internal melakukan aydit atas setiap kegiatan yang menjadi wewenang atau tanggung jawabnya. Penugasan staf audit internal harus mencegah terjadinya konflik kepentingan, baik potensial maupun aktual. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi independensi auditor internal meliputi hal-hal berikut ini:  Siapa yang menetapkan agenda departemen audit internal.  Apakah ada orang yang dapat menutupi temuan audit internal. Universitas Sumatera Utara  Apakah auditor internal memiliki akses ke komite audit dari dewan direksi tanpa kehadiran manajemen  Frekuensi pertemuan antara auditor internal dengan komite audit dewan direksi.  Apakah rekomendasi auditor internal disampaikan secara tepat waktu.  Apakah departemen audit internal memiliki kebijakan untuk merotasi pekerjaannya di antara berbagai bidang audit.

2. Kemampuan Profesional