Efektivitas Kontrasepsi Suntik Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Kerangka Konsep

melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya tempat suntikan. Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido.

2.10. Efektivitas Kontrasepsi Suntik

26,29 Pada suntikan kombinasi efektifitasnya 1 - 4 kehamilan per 1000 perempuan sebelum tahun pertama penggunaan, sedangkan suntikan progestin 3 kehamilan per 1000 perempuan per tahun asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan. Kegagalan yang terjadi pada umumnya dikarenakan oleh ketidakpatuhan untuk datang pada jadwal suntikan yang telah di tentukan atau teknik penyuntikan yang salah. Injeksinya harus benar-benar intragluteal.

2.11. Penggunaan Kontrasepsi Suntik

13, 29

2.11.1. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Usia reproduksi b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi c. Menyusui d. Setelah melahirkan dan tidak mnyusui. e. Setelah abortus atau keguguran f. Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi g. Perokok Universitas Sumatera Utara h. Tekanan darah 180110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia. i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

2.11.2. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

a. Hamil atau dicurigai hamil b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara e. Diabetes melitus disertai komplikasi.

2.11.3. Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Usia reproduksi. b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak. c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. d. Menyusui diatas 6 minggu pascapersalinan dan tidak menyusui. e. Anemia. f. Haid teratur. g. Riwayat kehamilan ektopik. Universitas Sumatera Utara

2.11.4. Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

a. Hamil atau diduga hamil. b. Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan. c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. d. Penyakit hati akut virus hepatitis. e. Usia 35 tahun f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi 180110 mmHg g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis 20 tahun h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain i. Keganasan pada payudara

2.12. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntik

13, 29

2.12.1. Waktu Mulai Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin

Adapun waktu mulai menggunakan kontrasepsi suntikan progestin adalah sebagai berikut: a. Mulai hari pertama sampai hari ke 7 siklus haid. b. Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. Selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. c. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan Universitas Sumatera Utara pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. d. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya. e. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal, suntikan pertama kontrasepsi hormonal yang akan diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntik setelah hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. 2.12.2.Waktu Mulai Menggunakam Kontrasepsi Suntikan Kombinasi a. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan. b. Bila suntikan pertama diberikan setelah haid ke 7 siklus haid, tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari c. Bila Ibu tersebut pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja dapat dipastikan tidak hamil d. Bila pasca persalinan 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7. Universitas Sumatera Utara e. Bila pasca persalinan 6 bulan dan menyususi, jangan diberi suntikan kombinasi. f. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari g. Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. Bila ibu telah menggunakan kontrasepsi hormonal sebelumnya secara benar, dan ibu tersebut tidak hamil, suntikan pertama dapat segera diberikan. Tidak perlu menunggu sampai haid berikutnya datang. h. Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi jenis lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang akan diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan sebelumnya. Ibu yang menggunakan kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya.

2.13. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. 22 Sedangkan untuk suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan Universitas Sumatera Utara 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil. 29 2.14. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Kontrasepsi Suntik 2.14.1 Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang overt behavior, sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng long lasting daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. 30 Menurut Notoatmodjo 2003, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya mata, hidung, telinga dan sebagainya. Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu. 31 a. Tahu know Tahu diartikan hanya sebagai recall memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Universitas Sumatera Utara b. Memahami comprehension Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. c. Aplikasi application Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis analysis Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis Synthesis Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi evaluation Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan secara langsung wawancara atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis atau angket. Universitas Sumatera Utara Penelitian Hutauruk menunjukkan bahwa pengetahuan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi, yaitu dengan pengetahuan baik 456,8 kali menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berpengetahuan buruk. 32

2.14.2. Umur

Masa kehamilan reproduksi wanita pada dasarnya dapat dibagi dalam tiga periode, yakni kurun reproduksi muda 15-19 tahun, kurun reproduksi sehat 20-35 tahun, dan kurun reproduksi tua 36-45 tahun. Pembagian ini didasarkan atas data epidemiologi bahwa resiko kehamilan dan persalinan baik bagi ibu maupun bagi anak lebih tinggi pada usia kurang dari 20 tahun, paling rendah pada usia 20-35 tahun dan meningkat lagi secara tajam setelah lebih dari 35 tahun. Jenis kontrasepsi yang sebaiknya dipakai disesuaikan dengan tahap masa reproduksi tersebut. 29

2.14.3. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. 31 Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan Universitas Sumatera Utara keinginan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit. Wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah anak. 31 Penelitian Hutauruk 2006 menunjukkan bahwa pendidikan berhubungan dengan penggunaan alat kontrasepsi. Wanita usia subur yang berpendidikan tinggi 2,5 kali menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan berpendidikan rendah. 32

2.14.4. Paritas

Menurut Mantra 2006 kemungkinan seorang ibu untuk menambah kelahiran tergantung kepada jumlah anak yang telah dilahirkannya. Seorang ibu mungkin menggunakan alat kontrasepsi setelah mempunyai jumlah anak tertentu dan juga umur anak yang masih hidup. Semakin sering seorang ibu melahirkan anak, maka akan semakin memiliki risiko kematian dalam persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat meningkatkan taraf hidup keluarga secara maksimal. 33 Penelitian Mutiara 1998 dengan menggunakan desain cross sectional menunjukkan bahwa kemungkinan ibu dengan paritas ≥ 2 orang menggunakan kontrasepsi 0,91 kali di banding yang memiliki anak 2 orang. 34 Universitas Sumatera Utara

2.14.5. Dukungan Keluarga

Program KB dapat terwujud dengan baik apabila ada dukungan dari pihak- pihak tertentu. Menurut Sarwono 2007 ikatan suami isteri yang kuat sangat membantu ketika keluarga menghadapi masalah, karena suamiisteri sangat membutuhkan dukungan dari pasangannya. Hal itu disebabkan orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarganya adalah pasangan itu sendiri. Dukungan tersebut akan tercipta apabila hubungan interpersonal keduanya baik. Masyarakat di Indonesia peran penentu dalam pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami, sedangkan isteri hanya bersifat memberikan sumbang saran. 35 Hartanto 2004 mengatakan bahwa metoda kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian. 36

2.14.6. Pekerjaan

Pekerjaan dari peserta KB dan suami akan mempengaruhi pendapatan dan status ekonomi keluarga. Suatu keluarga dengan status ekonomi atas terdapat perilaku fertilitas yang mendorong terbentuknya keluarga besar. Status pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keikutsertaan dalam KB karena adanya faktor pengaruh lingkungan pekerjaan yang mendorong seseorang untuk ikut dalam KB, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi status dalam pemakaian kontrasepsi. 37 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan penelitian Sophiatun 2008 di desa Pilangwetan Demak dengan menggunakan desain cross sectional ada hubungan pekerjaan dengan penggunaa alat kontrasepsi suntik. 38 Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP

3.1. Kerangka Konsep

Dari teori dan beberapa penelitian terdahulu di susun kerangka teori yang merupakan alur pikir peneliti, faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan Alat Kontrasepsi suntik seperti terlihat di bawah ini : Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian FAKTOR HOST: a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Umur menikah e. Pengetahuan f. Paritas FAKTOR ENVIRONMENT: a. Dukungan Keluarga Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Universitas Sumatera Utara 3.2. Defenisi Operasional 3.2.1. Pengguna kontrasepsi suntik adalah akseptor KB yang berdomisili di kelurahan Harjosari I Kecamatan Medan Amplas tahun 2010. 3.2.2. Pengetahuan adalah pemahaman akseptor KB tentang alat kontrasepsi suntik 1. Baik 2. Kurang Untuk mengukur pengetahuan akseptor KB maka skala pengukuran digunakan sistem skoring dan pembobotan. Jumlah pertanyaan sebanyak 6 yang akan di jawab responden dengan memberikan skor jawaban sebagai berikut : 1. Tahu diberi skor 1 2. Tidak tahu skor 0 Berdasarkan jumlah pertanyaan maka skor tertinggi adalah 6 dan terendah 0. Berdasarkan skoring maka pengetahuan istri dibedakan atas : 1. Baik, jika akseptor KB mendapatkan nilai 3 2. Kurang, jika akseptor KB mendapatkan nilai ≤ 3 3.2.3. Pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang pernah dicapai akseptor KB berdasarkan ijazah terakhir yang dimiliki 1. Tidak sekolahtidak tamat SD 2. Tamat SDsederajat 3. Tamat SMPsederajat 4. Tamat SLTAsederajat 5. Tamar diploma 6. Tamat sarjana Universitas Sumatera Utara Tingkat pendidikan di ukur dengan menggunakan skala ordinal yang dibedakan atas : 1. Pendidikan tinggi, jika pendidikan akseptor KB tamat SLTAsederajat, tamat diploma, dan tamat sarjana. 2. Pendidikan rendah, jika pendidikan akseptor KB tidak sekolahtidak tamat SD,tamat SDsederajat, tamat SMP. 3.2.4. Pekerjaan adalah aktivitas kegiatan rutin yang dilakukan sehari-hari oleh akseptor KB pada saat dilakukan survei, yang di kelompokkan atas: 1. PNSTNI 2. Pegawai swastakaryawanburuh 3. Wiraswasta 4. Ibu rumah tangga Pekerjaan merupakan kegiatan sehari-hari akseptor KB yang di ukur berdasarkan skala ordinal yang dibedakan atas : 1. Bekerja : PNSTNI, Pegawai swasta, Wiraswasta. 2. Tidak bekerja : Ibu rumah tangga 3.2.5. Umur adalah usia dalam tahun. Untuk uji staistik umur akseptor KB di ukur dengan menggunakan skala ordinal di bedakan atas : 1. Risiko rendah, jika umur akseptor KB 20-35 tahun. 2. Risiko tinggi, jika umur akseptor KB 20 dan 35 tahun. 3.2.6 Umur Menikah adalah usia akseptor KB pertama kali menikah dalam tahun.Untuk uji statistik umur menikah akseptor KB di ukur dengan menggunakan skala ordinal dibedakan atas: Universitas Sumatera Utara 1. Risiko rendah, jika umur menikah akseptor KB 20-35 tahun 2. Risiko tinggi, jika umur menikah aksepto KB 20 dan 35 tahun 3.2.7. Paritas adalah jumlah anak akseptor KB ketika menggunakan alat kontrasepsi. Untuk uji statistik dikategorikan menjadi: 1. 2 orang 2. ≥ 2 orang 3.2.8. Dukungan keluarga adalah siapa yang mendukung akseptor KB dalam menggunakan alat kontrasepsi yaitu : 1. Suami 2. Mertua 3. Orang tua 4. Tidak ada Untuk uji statistik dikategorikan menjadi: 1. Ada dukungan 2. Tidak ada dukungan

3.3. Aspek Pengukuran Ratio Prevalens

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB di kelurahan Suka Raja Kecamatan Siantar Marihat Tahun 2010

1 44 122

Analisis Perubahan Metode Alat Kontrasepsi Pada Akseptor KB Di Desa Cempa Kecamatan Hinai Tahun 2010

2 31 147

Analisis Faktor-faktor yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pil KB Pada Akseptor KB di Desa Pandiangan Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi Tahun 2010

2 38 112

Karakteristik Akseptor KB Di Kelurahan Setia Negara Pematangsiantar Tahun 2009

4 62 169

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Akseptor Kb Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Di Desa Kateguhan Kabupaten Boyolali.

0 3 14

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Akseptor Kb Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Suntik Di Desa Kateguhan Kabupaten Boyolali.

0 3 17

ANALISIS PERMUKIMAN PENDUDUK DI KELURAHAN HARJOSARI I KECAMATAN MEDAN AMPLAS.

0 2 24

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN.

1 1 9

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK TERHADAP BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS BANYUDONO I KECAMATAN BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI.

0 1 16

GAMBARAN EFEK SAMPING KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB SUNTIK

0 0 5