BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
Saman 2006, “Pengaruh motivasi dan kepemimpinan terhadap disiplin kerja dalam rangka peningkataan Kinerja Pegawai pada Dinas Tata
Ruang dan Pemukiman Propinsi Jawa Barat“. Hasil analisis ini menunjukkan ada pengaruh motivasi dan kepemimpinan dengan disiplin kerja dengan arah yang
positif. Hal ini berarti jika motivasi kerja pegawai ditingkatkan dan kepemimpinan yang baik, maka disiplin kerja pegawai meningkat. Berdasarkan
uji t, pengaruh motivasi kerja terhadap disiplin kerja adalah signifikan, demikian juga dengan pengaruh kepemimpinan terhadap disiplin kerja pegawai adalah
signifikan. Dalam penelitian ini faktor kepemimpinan digabungkan dengan motivasi dan disiplin digabungkan kinerja.
Eriandi 2005, “Persepsi bawahan atas perilaku pimpinan yang efektif untuk meningkatkan kepuasan dan disiplin kerja bawahan di unit-unit
usaha koperasi Produksi di Indonesia” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pimpinan yang efektif akan memberikan persepsi yang positif kepada
bawahan. Dalam penelitian Eriandi tersebut, perilaku pimpinan akan membentuk persepsi bawahan, sedangkan dalam penelitan ini perilaku pimpinan langsung
diuji dalam pengarunya terhadap disiplin kerja pegawai.”
Universitas Sumatera Utara
B. Disiplin Kerja 1. Pengertian Disiplin Kerja
Nitisemito 2002: 199 menyatakan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan dari perusahaan baik
tertulis maupun tidak tertulis. Handoko 2004:208 menyatakan bahwa disiplin adalah kegiatan manajemen
untuk menjalankan standar-standar organisasional. Dari pendapat beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan disiplin bahwa kerja
adalah suatu usaha dari manajemen organisasi perusahaan untuk menerapkan atau menjalankan peraturan ataupun ketentuan yang harus dipatuhi oleh setiap
karyawan tanpa terkecuali. Handoko 2004:208 membagi 3 tiga disiplin kerja yaitu:
1. Disiplin Preventif yaitu: kegiatan yang dilaksanakan untuk mendorong
para karyawan agar mengikuti berbagai standar dan aturan, sehingga penyelewengan dapat dicegah.
2. Disiplin Korektif yaitu: kegiatan yang diambil untuk menangani
pelanggaran terhadap aturan-aturan yang mencoba untuk menghindari pelanggaran-pelanggaran lebih lanjut. Kegiatan korektif sering berupa suatu
bentuk hukuman dan disebut tindakan pendisiplin. 3.
Disiplin Progresif yaitu: kegiatan memberikan hukuman-hukuman yang lebih berat terhadap pelanggaran-pelanggaran yang berulang. Tujuan dari disiplin
progresif ini agar karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan korektif sebelum mendapat hukuman yang lebih serius.
Universitas Sumatera Utara
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kedisiplinan
Menurut Saydam 2006:202,faktor yang mempengaruhi tegak tidaknya suatu disiplin kerja dalam suatu perusahaan, antara lain:
a. Besar kecilnya pemberian kompensasi
b. Ada tidaknya keteladanan pimpinan dalam perusahaan
c. Ada tidaknya aturan pasti yang dapat dijadikan pegangan
d. Keberanian pimpinan dalam mengambil tindakan
e. Ada tidaknya pengawasan pimpinan
f. Ada tidaknya perhatian kepada pada karyawan
g. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang mendukung tegaknya disiplin.
3. Hal-Hal yang Menunjang Kedisiplinan
Menurut Nitisemito 2002:123 ada beberapa hal yang dapat menunjang keberhasilan dalam pendisiplinan karyawan yaitu:
1.Ancaman Kedisiplinan dapat diterapkan melalui berbagai cara salah satu ialah
adanya ancaman meskipun ancaman yang diberikan tidak bertujuan untuk menghukum, tetapi lebih bertujuan untuk mendidik supaya bertingkah laku sesuai
dengan yang kita harapkan. 2. Kesejahteraan
Kesejahteraan yang cukup yaitu besarnya upah yang mereka terima, sehingga minimal mereka dapat hidup secara layak.
Universitas Sumatera Utara
3.Ketegasan Pemimpin seharusnya tidak membiarkan suatu pelanggaran yang ia
ketahui tanpa tindakan atau membiarkan pelanggaran tersebut berlarut-larut tanpa tindakan yang tegas.
4.Partisipasi Partisipasi diperlukan kepada para karyawan karena mereka akan merasa
peraturan tentang ancaman hukuman adalah hasil persetujuan bersama. 5. Tujuan dan Kemampuan
Kedisiplinan hendaknya dapat menunjang tujuan perusahaan serta sesuai dengan kemampuan dari karyawan.
6. Keteladanan Pimpinan Mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan kedisiplinan
sehingga keteladanan pimpinan harus diperhatikan.
4. Cara Menegakkan Disiplin Kerja
Tugas yang paling sulit bagi seorang atasan adalah bagaimana menegakkan disiplin kerja secara tepat. Jika karyawan melanggar aturan tata
tertib, seperti terlalu sering terlambat atau membolos kerja, berkelahi, tidak jujur atau bertingkah laku lain yang dapat merusak kelancaran kerja suatu bagian,
atasan harus turun tangan. Kesalahan semacam itu harus dihukum dan atasan harus mengusahakan agar tingkah laku seperti itu tidak terulang.
Menurut Sutrisno 2009:94, ada beberapa cara menegakkan disiplin kerja dalam suatu perusahaan:
Universitas Sumatera Utara
1. Disiplin harus ditegakkan seketika Hukuman harus dijatuhkan sesegera mungkin setelah terjadi
pelanggaran,jangan sampai terlambat, karena jika terlambat akan kurang efektif. 2. Disiplin harus didahului peringatan dini
Peringatan dini dimaksudkan bahwa semua karyawan hams benar benar tahu secara pasti tindakan-tindakan mana yang dibenarkan dan mana yang
tidak 3.Disiplin harus konsisten
Konsisten artinya seluruh karyawan yang melakukan pelanggaran akan diganjar hukuman yang sama. Jangan sampai terjadi pengecualian, mungkin
karena alasan masa kerja telah lama, punya keterampilan yang tinggi atau karena mempunyai hubungan dengan atasan itu sendiri.
4.Disiplin harus impersonal Atasan sebaiknya jangan menegakkan disiplin dengan perasaan marah atau
emosi. Jika ada perasaan semacam ini ada baiknya atasan menunggu beberapa menit agar rasa marah dan emosinya reda sebelum mendisiplinkan karyawan
tersebut. Pada akhir pembicaraan sebaiknya diberikan suatu pengarahan yang positif guna memperkuat jalinan hubungan antara karyawan dan atasan.
5.Disiplin harus setimpal Hukuman itu setimpal artinya bahwa hukuman itu layak dan sesuai dengan
tindak pelanggaran yang dilakukan. Tidak terlalu ringan dan juga tidak terlalu berat. Jika hukuman terlalu ringan, hukuman itu akan dianggap sepele oleh pelaku
pelanggaran dan jika terlalu berat mungkin akan menimbulkan kegelisahan dan menurunkan prestasi.
Universitas Sumatera Utara
C. Kepemimpinan
Menurut pendapat Toha 2003:1, Organisasi akan berhasil atau bahkan gagal sebagian besar ditentukan oleh kepemimpinan. Seorang pemimpinlah yang
bertanggungjawab atas kegagalan pelaksanaan suatu pekerjaan, merupakan suatu ungkapan yang mendudukan posisi pemimpin dalam suatu organisasi pada posisi
yang terpenting dan akan selalu mempertanggungjawabkan kepemimpinannya
1 Pengertian Pemimpin
Gorda 2006:157 menyatakan bahwa, pemimpin adalah orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau kelompok orang lain agar mereka
bersedia, komitmen dan setia melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya di dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Umar
2005:31 menyatakan bahwa,pemimpin merupakan orang yang menerangkan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin, dan produktivitas jika
bekerja sama dengan orang lain, tugas, dan situasi agar dapat mencapai sasaran perusahaan. Kenyataannya para pemimpin dapat mempengaruhi moral dan
semangat kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat prestasi suatu organisasi. Handoko, 2004 : 293 menyatakan bahwa pemimpin adalah
orang yang membina dan menggerakkan seseorang atau sekelompok orang lain dengan prinsip dan teknik yang memastikan motivasi, disiplin dan produktivitas
sehingga dapat mempengaruhi moral dan kepuasan kerja agar tercapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.
2 Pengertian Kepemimpinan
Gorda 2006:157 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah sifat, karakter, atau cara seseorang dalam upaya membina dan menggerakkan seseorang
Universitas Sumatera Utara
atau sekelompok orang agar mereka bersedia, komitmen dan setia untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas dan tanggung jawab untuk
mewujudkan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Wexly dan Yulk 2003:189 menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
penggunaan pengaruh positif terhadap orang lain untuk melakukan usaha lebih banyak dalam sejumlah tugas atau mengubah perilakunya.
Kepemimpinan kadangkala diartikan sebagai pelaksana otoritas dan pembuatan keputusan. Kepemimpinan diartikan juga suatu inisiatif untuk
bertindak yang menghasilkan suatu pola yang konsisten dalam rangka mencari jalan pemecahan dari suatu persoalan bersama. Lebih jauh lagi Toha 2003:5
menyatakan bahwa kepemimpinan itu adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Pengertian dari
beberapa ahli tersebut dapat dikatakan kepemimpinan adalah sifat atau karakter, atau kegiatan atasan atau pimpinan untuk mempengaruhi perilaku sekelompok
karyawan secara positif, membimbing dan mengarahkannya agar bekerja dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai dengan baik.
3 Fungsi Kepemimpinan
Menurut Gorda 2004 : 154 , fungsi kepemimpinan dalam hubungannya dengan peningkatan aktivitas dan efisiensi perusahaan yaitu :
a Fungsi kepemimpinan sebagai innovator
Sebagai innovator, pemimpin mampu mengadakan berbagai inovasi- inovasi baik yang menyangkut pengembangan produk, sistem manajemen yang
efektif dan efisien, maupun dibidang konseptual yang keseluruhannya
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan dalam upaya mempertahankan dan atau meningkatkan kinerja perusahaan.
b Fungsi kepemimpinan sebagai komunikator Sebagai komunikator, maka pimpinan harus mampu menyampaikan
maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga timbul pengertian di kalangan mereka.
1. Mampu menyampaikan maksud dan tujuan komunikasi yang dilakukan secara baik kepada seseorang dan atau sekelompok karyawan sehingga
timbul pengertian di kalangan mereka. 2. Pemimpin harus mampu memahami, mengerti dan mengambil intisari
pembicaraan-pembicaraan orang lain. c Fungsi kepemimpinan sebagai motivator
Sebagai motivator, pemimpin merumuskan dan melaksanakan berbagai kebijaksanaan yang mengarah kepada upaya mendorong karyawan untuk
melaksanakan sesuatu kegiatan tertentu sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya yang mampu memberikan sumbangan terhadap keberhasilan
pencapaian tujuan perusahaan. d Fungsi kepemimpinan sebagai kontroler
Sebagai kontroler pengendali pemimpin melaksanakan fungsi pengawasan terhadap berbagai aktivitas perusahaan agar terhindar dari
penyimpangan baik terhadap pemakaian sumber daya maupun didalam pelaksanaan rencana dan atau program kerja perusahaan sehingga pencapaian
tujuan menjadi efektif dan efisien.
Universitas Sumatera Utara
4 Kepemimpian dan Kekuasaan
Robbins 2002:508 menyatakan bahwa kekuasaan adalah kemampuan seorang pemimpin untuk mempengaruhi tindakan-tindakan atau keputusan kerja.
Karena kepemimpinan itu mengenai proses pengaruh, kita perlu melihat bagaimana pemimpin-pemimpin mendapatkan kekuasaan, yang dikutip dari buku
John French dan Bertran Raven mengidentifikasi lima sumber kekuasaan: a. Kekuasaan legitimasi
Kekuasaan yang dimiliki seseorang sebagai akibat kedudukannya dalam hirarki organisasi resmi: juga disebut wewenang.
b. Kekuasaan paksaan Kekuasaan yang didasarkan pada penerapan, atau ancaman penerapan
sangsi-sangsi fisik seperti pelimpahan rasa sakit, timbulnya frustasi akibat dibatasinya gerak, pengendalian melalui paksaan terhadap kebutuhan-kebutuhan
dasar fisiologis atau kebutuhan rasa aman. c. Kekuasaan imbalan
Kekuasaan yang menghasilkan manfaat-manfaat positif atau hadiah- hadiah.
c. Kekuasaan keahlian
d. Pengaruh yang timbul dari keahlian, keterampilan khusus, atau pengetahuan.
e. Kekuasaan rujukan Kekuasaan yang timbul dari identifikasi dengan seseorang yang memiliki
sumber-sumber yang didambakan atau ciri-ciri pribadi yang didambakan. Kepemimpinan menyangkut kekuasaan merupakan proses pengaruh yang
dimiliki pemimpin terhadap pengikut mereka dan bagaimana mereka
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kekuasaan ini untuk mempengaruhi perilaku dan kinerja pengikut. Kebanyakan pemimpin-pemimpin yang efektif mengandalkan beberapa basis
kekuasaan yang berbeda.
5 Tipe Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Secara relatif ada tiga tipe gaya kepemimpinan yang berbeda yaitu
otokratis, demokratis atau partisifatif dan laisseez-faire yang semuanya pasti mempunyai kelemahan-kelemahan dan kelebihan. Menurut Supardi dan Saiful
Anwar 2002 : 76 ketiga tipe gaya kepemimpinan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a Otokratis 1.Semua penentuan kebijaksanaan dilakukan oleh pemimpin.
2. Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan didikte oleh atasan setiap waktu sehingga langkah-langkah yang akan datang selalu tidak pasti untuk tingkat
lurus. 3.Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja bagian dan kerjasama setiap
anggota. 4. Pemimpin cendrung menjadi “pribadi” dalam pujian dan kecamannya
terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari partisipasi kelompok kecuali bila menunjukkan keahliannya.
b Demokratis 1. Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok diskusi dan keputusan dengan
dorongan dan bantuan dari pemimpin.
Universitas Sumatera Utara
2. Kegiatan-kegiatan didiskusikan langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan petunjuk-petunjuk teknis pemimpin menyerahkan dua
atau lebih alternatif prosedur yang dapat dipilih. 3.
Para anggota bebas bekerja dengan siapa saja yang mereka pilih dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
4. Pemimpin adalah obyek atau “fact-minded” dalam pujian dan kecamannya
dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok bisa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan
c Laizzez-Faire 1. Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu, dengan partisipasi
minimal dari pemimpin. 2. Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan oleh pemimpin yang
membuat karyawan selalu siap memberikan informasi pada saat ditanya. Karyawan tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja.
3. Sama sekali tidak ada partisipasi dari pemimpin dalam penentuan tugas. 4. Kadang-kadang memberi komentar spontan terhadap kegiatan anggota atau
pertanyaan dan tidak bermaksud menilai atau mengatur suatu kejadian-kejadian Supardi dan Syaiful Anwar, 2002 : 76.
Kebanyakan manajer menggunakan ketiganya pada suatu waktu, tetapi gaya yang paling sering digunakan akan dapat dipakai untuk membedakan
seorang manajer sebagai pemimpin yang otokratis demokratis atau laissez-faire. Dalam praktek, sulit untuk menentukan gaya apa yang sedang dipakai oleh
seorang pemimpin. Suatu saat pimpinan bisa keras otokratis dan di saat lain menunjukkan sikap yang lunak demokratis. Memang, tidak selamanya gaya
Universitas Sumatera Utara
lunak itu baik begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu gaya kepemimpinan keras- lunak nampaknya menentukan kesuksesan seorang pemimpin. Perbedaan tipe
gaya kepemimpinan dalam organisasi akan mempunyai pengaruh yang berbeda pula pada partisipasi individual dan perilaku kelompok. Sebagai contoh partisipasi
dalam pengambilan keputusan pada gaya kepemimpinan demokratis akan mempunyai dampak pada peningkatan hubungan manajer dengan bawahan,
menaikkan moral dan kepuasan kerja serta menurunkan ketergantungan terhadap pemimpin.
Gaya kepemimpinan ini menimbulkan kerugian dengan menurunnya produktivitas dan sulit mengambil keputusan yang dapat memuaskan semua
pihak. Ini akan dapat dihindari dari pada gaya kepemimpinan otokratis. Kepemimpinan otokratis lebih banyak menghendaki masalah pemberian perintah
kepada bawahan. Kepemimpinan demokrasi cenderung mengikuti pertukaran pendapat antara orang-orang yang terlibat. Kepemimpinan laissez-faire, pemimpin
memberikan kepemimpinannya bila diminta.
D. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap disiplin Kerja.