gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan dan gaya hidup serta factor psikososial Prodjosudjadi, 2000.
2.5.2 Gejala Klinis
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer.
Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan,
eksudat kumpulan cairan, penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema pupil.
Corwin, 2000, menyebutkan bahwa sebahagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun Rohaendi, 2008 :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat
peningkatan tekanan darah intrakranial b.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi. c.
Ayunan langkah yang tidak mantap akibat susunan saraf pusat telah rusak d.
Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus e.
Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.
2.6 Kemungkinan Penyakit Komplikasi Akibat Hipertensi
1. Penyakit jantung dan pembuluh darah Dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi
yaitu penyakit jantung koroner PJK dan penyakit jantung hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel kiri. Waktu yang lama
dan naiknya tekanan darah tidak mutlak sebagai timbulnya hipertrofi ventrikel kiri, karena adanya faktor-faktor lain selain peninggian tekanan darah yang
penting untuk perkembangannya. 2. Penyakit hipertensi serebrovaskuler
Universitas Sumatera Utara
Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke karena pendarahan atau eteroemboli.
3. Ensefalopati hipertensi Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan-
perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat, dan kembali normal bila tekanan darah kembali
diturunkan. Enselofati hipertensi biasanya ditandai oleh rasa sakit kepala hebat,
bingung, lamban dan sering disertai dengan muntah-muntah, mual dan gangguan penglihatan.
2.7 Penatalaksanaan Hipertensi 2.7.1 Terapi Nonfarmakologi
Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam
penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada
pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah
prehipertensi Anonim
a
, 2006. Pengobatan non-farmakologik yang utama terhadap hipertensi adalah
pembatasan garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi minuman alkohol. Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendiri-
sendiri atau dalam kombinasi. Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan darah diastolik antara 90-95 pada penderita dengan usia 50 tahun yang
tidak mempunyai faktor – faktor resiko kardiovaskuler lkainnya seperti : hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, laki-laki, kulit hitam, riwayat keluarga,
atau bukti-bukti adanya kerusakan organ target. Pengobatan non-farmakologi diberikan sebagai tambahan pada penderita-penderita yang mendapat terapi
dengan obat-obat Tagor, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2.7.1.1 Pembatasan Garam Dalam Makanan
Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka terhadap garam salt-sensitive dan ada yang resisten terhadap garam. Penderita – penderita yang
peka terhadap garam cenderung menahan natrium, barat badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam. Sebaliknya, penderita yang
resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau tinggi. Reaksi terhadap garam ini
menerangkan mengapa beberapa orang yang mempunyai panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam makanan, sedang pada orang
lain tekanan darah tetap tidak berubah. Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg
natrium hari, dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 7-16 mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000
mg natrium hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita hipertensi.
2.7.1.2 Mengurangi Berat Badan
Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 pada penderita-penderita yang gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang
cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg
dapat mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat hubungan yang erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah
dengan ramalan tekanan darah sebesar 2515 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.
2.7.1.3 Pembatasan Alkohol
Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa
hipertensi yang berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12 dari
Universitas Sumatera Utara
kasus mengurangi minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah Tagor, 1996.
Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet Anonim
a
, 2006: a.
Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan ideal
b. Lebih dari 60 pasien dengan hipertensi adalah gemuk overweight
c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound 4.5 kg dapat
menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk d.
Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang
dapat berlanjut ke DM tipe 2. e.
Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.
f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam,
kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium.
JNC VII menyarankan pola makan dengan diet yang kaya dengan buah,sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak
jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan 2.4 g 100 mEqhari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur
paling tidak 30 menithari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang,
jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan.
Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok
merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang
dapat diakibatkan oleh merokok.
Universitas Sumatera Utara
2.7.2 Terapi Farmakologi
Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin ACEI, penghambat reseptor angiotensin ARB, dan
antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama . Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien
dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini misalnya diuretik dan antagonis kalsium
mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, ,
penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.
Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar,
jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien danatau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data
yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar
menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat
yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin ACEI, penghambat reseptor angiotensin ARB, penyekat beta, dan antagonis
kalsium CCB.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian