- Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan - Menyelenggarakan pelayanan rujukan
- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan - Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan
- Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan Anonim
b
, 2000.
1.2 Kerangka Konsep Penelitian
Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut :
VARIABEL BEBAS
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor ketidakpatuhan apa saja yang mempengaruhi pasien
rawat jalan penyakit hipertensi di RSU H. Adam Malik untuk tidak melakukan pola pengobatan yang maksimal sesuai anjuran dokter?
- Usia Pasien
- Pendidikan
- Lamanya Menderita
Hipertensi -
Kesembuhan pasien -
Banyaknya Jenis Obat
- Pemeriksaan Ulang
Check Up -
Reaksi Obat yang Merugikan
- Pengobatan Lain
- Pelayanan
Kesehatan -
Pelayanan Dokter -
Informasi Penyakit -
Mahalnya Biaya Pengobatan
- Kemudahan
Mendapatkan Obat -
Pelayanan Apotik
KEPATUHAN MELAKSANAKAN
TERAPI OBAT FAKTOR
KETIDAKPATUHAN
VARIABEL TERIKAT
Gambar 1.1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis
Terdapat beberapa faktor-faktor ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi di RSU H. Adam Malik dalam melakukan pola pengobatan secara maksimal, yaitu
usia pasien, pendidikan, lamanya menderita hipertensi, kesembuhan pasien, banyaknya jenis obat, pemeriksaan ulang Check Up, reaksi obat yang
merugikan, pengobatan lain, pelayanan kesehatan, pelayanan dokter, informasi penyakit, mahalnya biaya pengobatan, kemudahan mendapatkan obat, dan
pelayanan apotik.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan
pengobatan yang maksimal.
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai gambaran untuk kajian kedepan bagi praktisi kesehatan dalam mengurangi terjadinya ketidakpatuhan tersebut
sehingga tujuan pengobatan yang maksimal pada pasien yang bersangkutan dapat tercapai.
Universitas Sumatera Utara
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ketidakpatuhan Pasien
Ketidakpatuhan merupakan suatu sikap dimana pasien tidak disiplin atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah diinstruksikan oleh dokter
kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu survei yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lima puluh juta orang amerika mempunyai tekanan darah tinggi, 68 dari
ini mengetahui diagnosisnya, 53 mendapat terapi dan hanya 27 terkontrol. Penyebab kontrol yang tidak baik ini antara lain karena banyak pasien yang tidak
meminum obat yang diresepkan. Pada kebanyakan survei, kira-kira 25-50 pasien-pasien yang mulai meminum obat antihipertensi kemudian
menghentikannya dalam 1 tahun Irmalita, 2003. Oleh karena itu, sangat penting memberikan edukasi akan manfaat pengontrolan penyakit dalam jangka panjang
yang pada akhirnya akan sangat berguna untuk mencapai terapi yang diinginkan Kaplan, 2001.
Banyak faktor yang mendorong pasien penderita hipertensi untuk tidak patuh dan disiplin dalam meminum obatnya sehingga penyakit pasien tersebut
tidak terkontrol dengan baik. Faktor tersebut antara lain :
1. Pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan obat. Beberapa efek samping terkadang dirasa cukup mengganggu sehingga
mengakibatkan keengganan mengkonsumsi obat tersebut. Efek samping yang biasanya dirasakan oleh penderita hipertensi disaat setelah meminum obatnya
seperti hidung mampat dan mulut kering, jantung berdebar-debar, rasa letih dan lesu, gangguan lambung dan usus mual, diare, gangguan penglihatan, kadang
impotensi. Sedangkan kenyamanan menggunakan obat berhubungan dengan bentuk, rasa, dan kemudahan memakainya.
2. Pengalaman pasien terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai. Semua konsumen obat berharap bahwa obat yang digunakan
akan secepatnya dapat dirasakan manfaat dan kemanjurannya. Obat-obat yang dirasakan lambat atau tidak memberikan efek, akan mendorong mereka tidak lagi
merasakan membutuhkan obat tersebut.
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi antara pasien dengan dokter atau apoteker. Komunikasi yang
baik bisa memperjelas informasi mengenai penyakit maupun obatnya dan sekaligus memberikan motivasi untuk menaati penggunaan obat yang benar, dan
akan terjadi sebaliknya jika komunikasi berjalan buruk.
4. Pengaruh teman atau keluarga akan memberikan sikap yang positif atau negatif bagi pengguna obat. Sikap orang yang dekat ini akan memiliki arti yang
besar terhadap kepatuhannya dalam menggunakan obat.
5. Faktor ekonomi. Kepatuhan menggunakan obat kadang dirasakan sebagai
sebuah pemborosan atau sangat membebani secara ekonomi, sehingga pasien hanya membeli sebahagian obat saja dari yang seharusnya.
6. Kepercayaanpersepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya.
Yaitu besarnya harapan untuk sembuh dari sakit dan kepercayaan bahwa obat yang digunakannya akan memberikan kesembuhan. Orang-orang yang telah putus
asa terhadap kesembuhan penyakitnya atau terhadap obat yang ia gunakan, akan lebih sulit bersikap patuh, begitu pula sebaliknya.
7. Faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus-menerus akibat lamanya pasien tersebut telah menderita penyakit hipertensi. Pengobatan
jangka panjang yang berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup, mungkin akan membuat pasien merasa bosan sehingga tidak mempedulikan lagi
aturan yang benar. Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obatnya akan mengakibatkan
kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan aturan yang benar. Kesalahan- kesalahan tersebut antara lain :
1. Kelebihan dosis Overdosis
a. Menggunakan obat lebih dari dosis yang dianjurkan untuk satu kali pakai.
b. Menggunakan obat lebih dari aturan yang telah dianjurkan untuk satu hari
pakai. c.
Menggunakan obat tidak mengikuti aturan waktu yang telah ditetapkan.
2. Kurangnya dosis underdosis a. Menggunakan obat kurang dari jumlah yang dianjurkan untuk sekali pakai.
b. Mengabaikan satulebih dosis.
c. Menghentikan pemakaian sebelum waktunya.
Universitas Sumatera Utara
d. Tidak menggunakan obat sama sekali dalam satu hari.
3. Lain-lain
a. Menggunakan obat tidak pada waktunya seperti yang telah dianjurkan. b. Salah cara menggunakan obat.
c. Tidak mengambilmenebus obat. d. salah dalam teknik penggunaan obat..
Akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat dapat menyebabkan:
a. Kegagalan pengobatan, dimana obat sama sekali atau kurang berarti bagi
penanganan penyakitnya. b.
Meningkatkan biaya perawatan. Hal ini bisa disebabkan karena penyakit tidak membaik atau justru semakin bertambah parah, mungkin juga karena
keracunan toksik dan efek samping obat lainnya. Ini dapat memperlama perawatan dan menaikkan biaya.
c. Memerlukan perawatan tambahan. Tidak efektifnya obat bisa menaikkan
tingkat keparahan penyakit yang akan memerlukan perawatan tambahan. d.
Resiko terhadap keracunan obat. Terutama bila takaran obatnya berlebih atau overdosis Widodo, 2004.
Suatu hasil penelitian lain menyebutkan bahwa sukarnya sarana transportasi dapat menyebabkan pasien tidak teratur melakukan pengobatan ke
tempat pelayanan kesehatan. Penelitian tersebut memaparkan, dengan adanya sarana transportasi yang mudah didapatkan maka seorang pasien mempunyai
kemungkinan 3 kali untuk teratur dan patuh melakukan pengobatan dibandingkan pasien yang menyatakan sukar mendapatkan sarana transportasi Senewe, 2002.
Oleh karena itu faktor ketidakpatuhan ini sangat penting untuk ditekan seminimal mungkin untuk tidak terjadi sehingga tujuan pengobatan yang
diinginkan dapat tercapai.
2. 2 Defenisi Hipertensi
Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on detection, education, and treatment of high blood pressure JNC VII, hipertensi adalah
suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140
Universitas Sumatera Utara
mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg Rahmawati, 2006.
Hipertensi merupakan faktor resiko untuk banyak kasus koroner. Dari kelompok penyakit kardiovaskuler, hipertensi paling banyak ditemui. Antara 10-
15 orang dewasa menderita kelainan ini. Penting sekali untuk dokter mencoba mengenali dan mengobati penderita-penderita hipertensi pada masyarakat Tagor,
1996. Namun demikian, tekanan darah dapat diturunkan melalui terapi yang tepat,
sehingga menurunkan resiko stroke, kejadian koroner, gagal jantung dan ginjal. Patogenesis hipertensi melibatkan banyak faktor. Termasuk diantaranya
peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer, vasokonstriksi dan penurunan vasodilatasi. Ginjal juga berperan pada regulasi tekanan darah melalui
kontrol sodium dan ekskresi air, dan sekresi renin, yang mempengaruhi tekanan vaskular dan ketidakseimbangan elektrolit. Mekanisme neuronal seperti sistem
saraf simpatis dan sistem endokrin juga terlibat pada regulasi tekanan darah. Oleh karena itu, system-sistem tersebut merupakan target untuk terapi obat untuk
menurunkan tekanan darah Gormer, 2007.
2.2.1 Penyesuaian jantung terhadap hipertensi
Jantung harus menyesuaikan diri untuk dapat memompakan darah melawan tahanan pembuluh yang meningkat dengan jalan hipertrofi. Tujuan penyesuaian
adalah untuk mengurangi regangan stress dinding. Hipertrofi menyebabkan penebalan dinding akibat penambahan dalam ukuran sel-sel miokard dan bukan
karena hiperplasia sel-sel otot miokard. Terdapat beberapa persoalan dengan hipertrofi ini :
a. Penambahan dalam sintesis kolagen sehingga jantung mempunyai potensi
untuk menjadi alat yang kurang efesien sesuai dengan ukurannya. b.
Mempertahankan penyediaan oksigen yang cukup. Dengan adanya perfusi yang berat di subendokard dapat berkurang
c. Hipertensi dapat mempercepat pengkapuran pembuluh koroner dan ini
dapat mengurangi aliran darah miokardium dan penyediaan oksigen.
Universitas Sumatera Utara
Para peneliti menemukan bukti-bukti secara ekokardiografi, bahwa adanya penambahan masa ventrikel kiri 23-28 pada penderita hipertensi. Gangguan
fungsi jantung pertama kali terjadi pada penyakit jantung hipertensi timbul pada saat diastolik. Sejak bertahun-tahun telah diketahui bahwa EKG Ekokardiogram
dapat menunjukkan bukti-bukti kelainan atrium sebagai salah satu tanda gangguan fungsi jantung. Akan tetapi ekokardiogram telah dengan jelas melukiskan
kelainan-kelainan ini. Bila jantung mulai hipertrofi, penyesuaian menurun dan pengisian
ventrikel kiri menjadi lebih sukar. Gambaran klinik EKG menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri. Dari ekokardiogram dapat kita ketahui beberapa kelainan
yang berhubungan dengan penyesuaian yang menurun ini, yaitu : relaksasi isovolemik, pengisian ventrikel yang lambat, tergangunya indeks pengosongan
atrium kiri Tagor, 1996.
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut Rahmawati, 2006, JNC VIII mengklasifikasi hipertensi untuk usia
Tabel 2.1. klasifikasi Hipertensi untuk usia ≥ 18 Tahun
18 tahun , klasifikasi hipertensi tersebut dapat kita lihat pada tabel 2.1. berikut:
Klasifikasi Tekanan Sistolik
mmHg Tekanan Diastolik
mmHg
Normal 120
80 Pre Hipertensi
120-139 80-89
Stadium I 140-159
90-99 Stadium II
≥160 ≥100
2.3.Patofisiologi 2.3.1 Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimetermerkurimmHg. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur,
tekanan darah sistolik TDS dan tekanan darah diastolik TDD. TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik
jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara
Universitas Sumatera Utara
potensial dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah Anonim
a
, 2006.
Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik tonus simpatis danatau variasi diurnal, mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress
psikososial, produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium garam berlebihan, tidak cukupnya asupan
kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron, defisiensi vasodilator
seperti prostasiklin, nitrogen oksida NO, dan peptide natriuretik, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal,
diabetes mellitus,resistensi insulin, obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus
vaskular, dan berubahnya transpor ion dalam sel.
2.4 Etiologi Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui essensial atau
hipertensi primer. Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai
penyebab khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
dapat diidentiikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial Anonim
a
, 2006.
2.4.1 Hipertensi Primer Essensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti
genetik, lingkungan, hiperaktivasi susunan saraf simpatis, sistem renin- angiotensin, efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Cl intraseluler, dan
faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan dalam 4 kategori :
a. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkata kronik
resistensi perifer total yang disebabkan oleh ateroslerosis. b.
Hipertensi renal ginjal dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi parsial arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.
1. Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen arteri renalis atau kompresi eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke
ginjal. Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini meningkatkan retensi garam dan air selama pembentukan
urin, sehingga volume darah meningkat untuk mengkompensasi penurunan aliran darah ginjal. Ingatlah bahwa angiotensin II juga merupakan vasokontriktor kuat.
Walaupun kedua efek tersebut peningkatan volume darah dan vasokontriksi akibat angiotensin merupakan mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran
darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya juga menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri keseluruhan.
2. Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeleminasi beban garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduks i
retensi air, sehingga volume plasma bertambah dan timbul hipertensi. c.
Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan endokrin dan sindrom cronn
1. Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan.
Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas
untuk penyakit ini. 2. Sindrom conn berkaitan dengan peningkatan pembentukan oleh korteks
adrenal. Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal. beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh
akibat peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat. d.
Hipertensi neurogenik terjadi akibat lesi saraf .
Universitas Sumatera Utara
1. Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor.
2. Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap ganguan ini,
muncullah suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat Sherwood,
2001.
2.5 Diagnosis Hipertensi dan Gejala Klinis 2.5.1 Diagnosis Hipertensi