AB 3
4,94444 1,64815
2,78125 4,234
AC 6
6,58333 1,09722
0,67139 8,47
BC 2
6,86111 3,43056
2,09915 10,92
ABC 6
9,80556 1,63426
2,75781 3,222
Kekeliruan 48
42,6667 0,59259
Jumlah 72
93.270 Keterangan :
A : Faktor illuminasi
B : Faktor interval waktu rotasi kerja
C : Faktor shift kerja
AB : Interaksi faktor illuminasi dengan interval waktu rotasi kerja
AC : Interaksi faktor illuminasi dengan shift kerja
BC : Interaksi faktor interval waktu rotasi kerja dengan shift kerja
ABC : Interaksi faktor illuminasi, interval waktu rotasi kerja dan shift kerja
5.4. Perhitungan Persentase Produk Non Standar
Perhitungan persentase produk nonstandar yang tidak tersortir pada pos II akan dapat diketahui pada pos III. Kriteria botol nonstandar pada pos III adalah
botol yang sudah terisi air teh tetapi masih kotor pada bagian dalamnya akibat adanya botol kosong non standar yang tidak tersortir oleh operator pada pos
penyortiran botol yang sudah dicuci pos II. Hal ini secara langsung dapat berakibat pada berkurangnya jumlah produksi teh botol sosro.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai contoh adalah perhitungan persentase botol cacat yang tidak tersortir untuk perlakuan illuminasi 140 lux, waktu interval rotasi 30 menit dan
shift kerja 1 adalah sebagai berikut :
100 Nonstandar
Botol Semua
Jumlah Tersortir
Tidak yang
Nonstandar Botol
Jumlah Tersortir
Tidak yang
Nonstandar Botol
Persentase ×
=
100 406
28 Tersortir
Tidak yang
Nonstandar Botol
Persentase ×
=
Persentase botol nonstandar yang tidak tersortir = 6,89655172 Dari langkah-langkah diatas hasil yang didapatkan dapat dilihat pada tabel
5.11 pada halaman berikut:
5.5. Perhitungan Koefisien Korelasi
Perhitungan koefisien korelasi dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara Flicker Fusion Frequency Detik dengan persentase botol
nonstandar yang tidak tersortir oleh operator pada PT. Sinar Sosro. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai koefisien korelasi ini adalah rumus koefisien
korelasi pearson. Perhitungan koefisien korelasi pearson antara Flicker Fusion Frequency dengan persentase botol Non Standar yang tidak tersortir dapat dilihat
pada Tabel 5.12 sebagai berikut:
Tabel 5.12. Perhitungan Koefisien Korelasi Flicker Fusion Frequency Detik
dengan Persentase Botol Non Standar yang Tidak Tersortir
No Perlakuan
X Y
X
2
Y
2
XY Flicker Fusion
Frequency Detik
Persentase Botol Non Standar yang Tidak
Tersortir
Universitas Sumatera Utara
1 a1b1c1
38 6,9
1444 47,61
262,2 2
a1b1c2 38
12 1444
144 456
3 a1b1c3
34 2,04
1156 4,1616
69,36 4
a1b2c1 36
4,96 1296
24,6016 178,56
5 a1b2c2
37 2,85
1369 8,1225
105,45 6
a1b2c3 33
7,2 1089
51,84 237,6
7 a2b1c1
38 1,73
1444 2,9929
65,74 8
a2b1c2 37
2,85 1369
8,1225 105,45
9 a2b1c3
34 2,01
1156 4,0401
68,34 10
a2b2c1 36
3,98 1296
15,8404 143,28
11 a2b2c2
37 4,39
1369 19,2721
162,43 12
a2b2c3 33
7,17 1089
51,4089 236,61
13 a3b1c1
38 3
1444 9
114 14
a3b1c2 36
4,95 1296
24,5025 178,2
15 a3b1c3
34 4,49
1156 20,1601
152,66 16
a3b2c1 36
6,06 1296
36,7236 218,16
17 a3b2c2
38 5,1
1444 26,01
193,8 18
a3b2c3 34
3,75 1156
14,0625 127,5
19 a4b1c1
38 4,58
1444 20,9764
174,04 20
a4b1c2 37
5,98 1369
35,7604 221,26
21 a4b1c3
35 4,5
1225 20,25
157,5 22
a4b2c1 38
5,03 1444
25,3009 191,14
23 a4b2c2
38 4
1444 16
152 24
a4b2c3 34
4,43 1156
19,6249 150,62
Total
867 113,95
31395 650,3839
4121,9
Dari Tabel 5.12 dapat dihitung nilai koefisien korelasi pearson dengan rumus sebagai berikut :
−
−
− =
∑ ∑
∑ ∑
∑ ∑
∑
= =
= =
= =
= 2
1 2
1 2
1 2
1 1
1 1
n i
i n
i i
n i
i n
i i
n i
i n
i i
n i
i i
Y Y
n X
X n
Y X
Y X
n r
Universitas Sumatera Utara
[ ]
[ ]
2 2
95 ,
113 384
, 650
24 867
31395 24
95 ,
113 867
9 ,
4121 24
− −
− =
r
0604 ,
= r
Universitas Sumatera Utara
BAB VI ANALISIS DAN EVALUASI
6.1. Analisis
Jumlah botol nonstandar yang tersortir pada pos 3 dapat digunakan untuk melihat produktivitas kerja operator pos 2, dimana semakin banyak jumlah botol
nonstandar yang disortir pada pos 3 maka semakin menurun tingkat produktivitas pos 2, hal ini juga akan menyebabkan produktivitas perusahaan menurun karena
botol nonstandar yang tidak tersortir ini secara langsung akan berakibat pada penurunan kapasitas produksi yang telah ditargetkan oleh perusahaan karena
diketahui setelah proses pengisian air teh ke dalam botol filler. Berdasarkan Tabel 5.11, diketahui bahwa terdapat perbedaan persentase
botol non standar yang tidak tersortir pada setiap perlakuan eksperimen. Nilai persentase botol nonstandar yang tidak tersortir pada perlakuan illuminasi160 lux,
interval waktu rotasi kerja 30 menit, dan pada ketiga shift kerja lebih kecil dibandingkan perlakuan dengan illuminasi 140 lux, interval waktu rotasi kerja 30
untuk setiap shift kerja. Hal ini disebabkan karena pada illuminasi 140 lux mata harus
berakomodasi lebih maksimal pada saat mulai bekerja agar dapat melihat kotoran pada botol, dan dilakukan selama interval waktu rotasi kerja. Sedangkan pada
illuminasi 160 lux mata berakomodasi secara normal pada saat mulai bekerja. Dan pada illuminasi 180 lux dan 200 lux, cahaya yang diterima mata lebih terang
sehingga menimbulkan kotoran yang ada pada botol tidak tampak. Kelelahan pada
Universitas Sumatera Utara