Guru dan Murid-muridnya MENGENAL SYEKH MUHAMMAD MUHADJIRIN AMSAR ADDARY

xvii pada waktu itu. Sejak kecil, orang tuanya telah menanamkan prinsip akan pentingnya pendidikan. Oleh karena itu, orangtua Kyai Muhadjirin meminta kepada kerabatnya untuk dapat mengajarkan beliau. Di mulai dengan belajar mengenal huruf Arab hijaiyah sampai dengan membaca al-Quran. Setelah beberapa waktu, Kyai Muhadjirin kecil dikirim oleh orangtuanya untuk belajar kepada para mu’allim untuk mempelajari dasar-dasar ilmu agama dan ilmu alat. Di antara pesantren yang pernah disinggahinya antara lain pesantren di Mester Jati Negara tahun 1939-1946, pesantren di Jawa Barat tahun 1942, pesantren di Jakarta Kota antara tahun 1942-1945 dan pengajian bulanan di Buntet Cirebon dari tahun 1942-1945. Setelah semua dilalui, pada tahun 1947 Kyai Muhadjirin meneruskan pendidikannya ke tanah Haramain, yaitu Mekah dan Madinah.

J. Guru dan Murid-muridnya

Perjalanan menuntut ilmu Kyai Muhadjirin terbagi dalam dua fase besar; pertama, yang dijalani di kota kelahirannya dan fase kedua, adalah ditanah haramain. Dari nkedua fase tersebut, beliau menuntu ilmu kepada beberapa orang gurumu’allim. Guru-gurunya semasa ia belajar di Jakarta dan sekitarnya adalah 8 : 1. Guru Asmat. Beliau mempelajari ilmu shorof, nahwu, fiqih, ushul fiqih, al- bayan, mantiq, ilmu kalam dan tasawuf. Selama 6 tahun Kyai Muhadjirin belajar kepada Guru Asmat. 2. H. Mukhoyar. Ilmu yang dipelajari adalah al-Qur’an serta Ilmu Tajwidnya. 3. H. Ahmad. Ilmu yang dipelajari adalah ilmu nahwu, ‘arud, fiqih dan hadis. Selama 4 tahun Kyai Muhadjirin belajar kepada H. Ahmad. 8 Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, hal. 12 xviii 4. Kyai Haji Hasbiallah, pendiri yayasan al-Wathoniyah Klender Jakarta Timur. Bersama beliau Kyai Muhadjirin belajar selama 3 tahun. Ilmu yang dipelajari meliputi nahwu, balaghah, mantiq, tasawuf, akhlak dan tafsir. 5. H. Anwar. Ilmu yang dipelajari adalah nahwu dan fiqih. 6. Kyai Ahmad Mursyidi. Kepada beliau Kyai Muhadjirin mempelajari ilmu mantiq dan balaghah. 7. H. Hasan Murtaha. Kepada beliau Kyai Muhadjirin mempelajari ilmu nahwu, balaghah, musthalah hadis, ushul fiqih dan adabul bahats wal munazhoroh. 8. Syekh Muhammad Thahir. Bersama beliau Kyai Muhadjirin belajar selama sembilan tahun. Ilmu yang dipelajari adalah nahwu, fiqih, tafsir, mantiq, balaghah, tasawuf, hadis, adabul bahats wal munazhoroh dan ilmu falak. 9. Ahmad bin Muhammad, murid Syekh Manshur al-Falaky. Kepadanya Kyai Muhadjirin mempelajari gerhana bulan dan matahari. 10. Kyai Sholeh Ma’mun Banten. Kepadanya Kyai Muhadjirin mempelajari tata cara membaca al-Qur’an yang benar. 11. Syekh Abdul Majid. Kepada beliau Kyai Muhadjirin mempelajari beberapa cabang ilmu yaitu, faroid, fiqih, tafsir, hadis, mustholah hadis, dan tasawuf. 12. Sayyid Ali bin Abdurahman al-Habsyi. Merupakan guru terakhir sebelum ia berangkat ke tahan haram. Yang dipelajari kebanyakan adalah adabul bahats wal munazhoroh. xix Itulah sekilas perjalanan masa belajar dan guru-gurunya Kyai Muhadjirin di Jakarta. Kemudian pada tahun 1947, beliau bernagkat ke tanah haram. Pada tanggal 4 Dzulqo’dah 1366 HAgustus 1947 Kyai Muhadjirin berangkat menggunakan kapal laut menyebrangi Samudera Hindia menuju Jeddah. Tiba di Jeddah pada akhir bulan Dzulqo’dah dan menetap di sana. Ketika di Jeddah, Kyai Muhadjirin menyempatkan diri untuk berziarah ke makam Umu Hawa. Selanjutnya, Kyai Muhajdirin berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah umroh dan tiba di sana pada tengah malam di bulan Dzul Hijjah tahun 1366 HSeptember 1947. Kemudian Kyai Muhadjirin menetap di kota Mekah dan Madinah dengan tujuan menimba ilmu agama dan umum. Beliau tinggal dirumah Syekh Abdul Ghani Jamal. Kemudian pada pertengahan tahun beliau pindah ke asrama Jailani yang berada di sisi dalam kampung Muda’i. Pada saat tinggal disini dimulailah aktifitas menuntut ilmu beliau. Diantara para Syekh yang beliau datangi adalah 9 : 1. Syekh Muhammad Ahyad, yang menggantikan Syekh Mukhtar Atthorid al-Jawi di Masjidil Haram. Kitab yang dipelajari adalah : Fath al-Wahab, Al-Iqna fi Hilli al-Fadzi Abi Suja’, Al-Muhalla ‘ala al-Qolyubi, Riyad al- Salihîn, Minhaj al-‘Abidin sebuah kitab tasawuf, ‘Umdah al-Abror kitab mantiq dan Fath al-Qodir fi Nusuk al-Ajir. 2. Syekh Hasan Muhammad al-Masyath. Kitab yang dipelajari adalah bagian akhir kitab Sahîh Muslim dan bagian awal kitab Sahih Bukhâri. 9 Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, hal. 6 xx 3. Syekh Zaini Bawean. Kyai Muhadjirin belajar dikediamannya dengan membaca kitab Ihya ‘Ulumiddin. 4. Syekh Muhammad Ali bin Husein al-Maliki, seorang guru besar di wilayah Hijaz pada masa itu yang bermazhab Maliki. Beliau mempelajari kitab Tuhfah yang dilaksanakan di kediamannya. 5. Syekh Mukhtar Ampetan. Dirumahnya Kyai Muhadjirin mempelajari kitab Sahih Bukhâri dan al-Itqan fi ‘Ulumi al-Quran. 6. Syekh Mumammad al-‘Arabi Attubbani al-Sutoyfi al-Jazairi. Bersamanya Kyai Muhadjirin belajar dalam waktu yang berbeda-beda, yaitu setelah subuh mempelajari kitab al-Asymuni. Setelah tamat dilanjutkan dengan membaca kitab Mughni Labib dan Tafsir Ibnu Katsir. Waktu yang kedua setelah shalat asar dengan membaca kitab Sahih Bukhari hingga tamat, kemudian dilanjutkan dengan membaca kitab Sunan Ibnu Majah. Waktu yang ketiga setelah salat magrib dengan membaca kitab al-Targhîb wa al- Tarhib, setelah tamat dilanjutkan dengan membaca kitab Riyadhu al- Saliîin. 7. Syekh Said ‘Alawi Abbas al-Maliki, yang tinggal di daerah Bab as-Salam. Bersamanya beliau mempelajari kitab Mughni Labib, Jauhar al-Maknun, Al-Hikam li Ibni Athoilah al-Sakandari dan Al-Aqdu al-Ma’lam fi Aqsami al-Wahyi al-Mu’adham, sebuah kitab karangan Syaikh Said ‘Alawi sendiri. xxi 8. Syekh Ibrahim Fathoni, kepadanya beliau mempelajari Tafsir Al-Jalalain yang dilaksanakan di Masjidil Harom pada malam hari di bulan Ramadhan. 9. Syekh Muhammad Amin al-Kutbi. Kepadanya Kyai Muhajirin mempelajari kitab Sahîh Bukhâri, Manhaj Dzawi Nazhor fi ‘Alfiat Ilmil Atsar, Jam’ul Jawami’ dan kitab-kitab Fiqih Hanafi yang dilaksanakan di Masjidil Harom. 10. Syekh Isma’il Fathoni. Dirumahnya Kyai Muhadjirin menghadiri pembacaan kitab Hasyiah Ibn ‘Aqil ‘ala Alfiah. Demikianlah sebagian perjalanan belajar dan guru-gurunya Kyai Muhadjirin di Mekah yang telah dilalui selama dua tahun. Setelah dua tahun berada di Mekah Kyai Muhadjirin berfikir apakah akan melanjutkan belajarnya atau pulang ketanah air. Akhirnya ia memutuskan untuk menetap disana dan meneruskan masa belajarnya. Lalu pada bulan Muharam tahun 1369 HJuli 1950, Kyai Muhadjirin masuk ke lembaga pendidikan Darul ‘Ulum Addiniyah 10 yang pada waktu itu dipimpin oleh Syekh Ahmad Manshuri sebagai Mudir dan Syekh Muhammad Yasin al-Fadani sebagai wakilnya. Dua orang Syekh inilah yang paling berperan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan Kyai Muhadjirin. Kitab-kitab yang digunakan dan dipelajari di Darul ‘Ulum Addiniyah adalah : 1 Ilmu Nahwu meliputi : Ibn ‘Aqil ‘ala Alfiah dan Mukhtashor Ma’ani ‘ala al-Tlkhis. 10 Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, hal.8 xxii 2 Ilmu Hadis terdiri dari kitab-kitab : Muwatha’ Malik dan Sunan Abi Daud. 3 Ilmu Fiqih menggunakan kitab Al-Muhalla ‘ala al-Qolyubi. 4 Ilmu Ushul menggunakan kitab Jam’ul Jawami’. 5 Ilmu Tafsir menggunakan kitab Tafsîr Ibnu Katsir. Selain itu juga banyak dipelajari tentang Insya, Tarikh, Adabul ‘Aroby dan metode pengajaran secara modern. Dalam lembaga pendidikan ini juga dipelajari At-Tathbiq Baina al-Mazahib al-Mudawamah, yaitu suatu pelajaran yang mempelajari persesuaian diantara beberapa mazhab. Selain belajar di Darul ‘Ulum Addiniyah, Kyai Muhadjirin juga belajar ilmu faroid diluar jam sekolah kepada seorang temannya yaitu Abdul Hamid Amin Banjar 11 . Demikian pula sebaliknya, Abdul Hamid belajar kepadanya tentang ilmu falak terutama tentang Ijtima’ dan gerhana. Akhirnya Kyai Muhadjirin berhasil menyelesaikan pendidikannya di Darul ‘Ulum Addiniyah pada akhir bulan Dzul Qa’dah tahun 1370 H 28 Agustus 1951 dan lulus dengan predikat Jayyid, teratas diantara teman-temannya. Setelah itu, pada bulan muharrom tahun 1371 H, beliau diminta mengajar disana. Meskipun beliau telah menjadi pengajar, namun beliau tetap bermulazamah kepada Syekh Yasin dengan membaca berbagai kitab hadis, diantaranya Muwatha’ Imam Malik, Sunan Abi Daud, Sunan Tirmidzi, Sunan An- Nasa’i, Sunan Ibnu Majah, Sahih Bukhari dan Sahih Muslim dan semuanya berhasil beliau tamatkan. Dalam mempelajari kitab Muwatha’ dan Sunan Abi Daud, metode yang dipergunakan adalah secara tahqiq dan tatbiq dengan 11 Sejarah Singkat Perjalanan Hidup Syekh Muhammad Muhadjirin Amsar Addary, hal. 9 xxiii memperhatikan kaidah-kaidah ushul fiqih dan ushul hadis dan kaidah fiqih atas mazhab yang berlaku. Kyai Muhadjirin merupakan salah satu murid kesayangan Syekh Yasin. Syekh Yasin pernah berkunjung ke Pesantren Annida dan meresmikan salah satu asrama santri putri. Selain itu, beliau juga mempelajari beberapa kitab lain, diantaranya Al- Maqulat al-Asyr, Fanni al-Wadha dan ‘Ulum al-Isnad. Setelah mempelajari kitab-kitab tersebut, beliau diberi ijazah oleh Syaikh Yasin yaitu Maslak al-Ajla fi Asanidi as-Syaikh Muhammad Ali dan Miftah al-Wajdani min Asanidi as-Syaikh Umar Hamdan. Diantara guru-guru lain yang beliau datangi adalah : 1. Syekh Muhammad Abdul Baqi, kitab yang dipelajari Al-Manahili al- Silsilah fi al-Haditsi al-Musalsalah. 2. Fadhilah As-Sayid Muhammad Musthofa al-Singithi. Kitab yang dipelajari diantaranya Al-Mudawamah al-Qubra Fiqih Maliki, Al-Mughni li Abi Qudamah fiqih Hanafi dan Durru al-Mukhtar li Ibni Abidin fiqih al- Ahnaf. Kyai Muhadjirin berhasil memperoleh Ijazah Al-Musalsal bil Awaliyah al-Haqiqiyah. Itulah guru-gurunya ketika beliau belajar di Mekah. Disamping itu, Kyai Muhadjirin juga belajar kepada para Syekh di kota Madinah. Diantara ulama- ulama Madinah yang beliau datangi adalah Syekh Muhammah Amin al-Singithi dan Syekh Abdurahman al-Afriqy. Selama di Madinah, Kyai Muhadjirin hampir setiap saat mengunjungi perpustakaan yang bernama Maktabah Syaikhul Islam ‘Arif Hakat. xxiv Setelah kurang lebih sembilan tahun bermukim di Haromain, datanglah surat dari ibunda beliau yang memintanya untuk segera pulang ke tanah air. Ada kebimbangan dalam diri Kyai Muhadjirin ketika itu, karena salah seorang gurunya tidak mengizinkan beliau untuk kembali ke tanah air. Kemudian beliau meminta petunjuk kepada Allah Swt. dan mendapat isyarat untuk secepatnya memenuhi permintaaan ibunya untuk pulang ketanah air. Akhirnya pada tanggal 19 Shafar 1375 H Kamis 6 Agustus 1955 beliau tiba ditanah air dan masih dapat menjumpai kedua orangtuanya. Setelah kembali ketanah air, Kyai Muhadjirin mulai mengembangkan ilmunya dengan cara berdakwah. Disamping itu, setelah menikah beliau diberi amanat untuk mengasuh pesantren yang dinamakan pesantren Bahagia yang didirikan oleh mertuanya. Melalui media pesantren inilah aktivitas keilmuannya berjalan dan berkembang. Pesantren tersebut telah berdiri sejak tahun 1920an dan merupakan pesantren tertua yang ada dikota Bekasi. Pesantren ini didirikan oleh metuanya yaitu Kyai K.H. Abdurahman Shodri. Namun setelah K.H. Abdurahman Shadri wafat, mulai terjadi ketidaksesuaian dengan pengurus lainnya yang berlangsung cukup lama sehingga beliau memutuskan untuk melepaskan jabatannya dan mengundurkan diri dari kepengurusan Pesantren Bahagia. Selanjutnya Kyai Muhadjirin mendirikan pondok pesantren sendiri yang beliau namakan Annida Al-Islami. Karena terkenal dengan ke’alimannya dalam ilmu-ilmu keislaman, banyak para santri dari berbagai daerah yang datang untuk mengaji kepada beliau. Sudah ribuan murid-murinya yang belajar kepada beliau xxv dan kini telah mengembangkan majlis ta’lim dilingkungannya masing-masing. Diantara murid-muridnya yang menonjol adalah : 1. K.H. Ahmad Sirajuddin Abdul Ghani, M.A. Setelah nyantri kepada Kyai Muhadjirin beliau meneruskan pendidikan Sarjana S 1 nya di Madinah dan S 2 nya di Ummul Quro’. Saat ini beliau menjabat sebagai salah satu pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, Kembangan, Jakarta Barat. Beliau juga aktif di MUI Jakarta sebagai anggota komisi fatwa. 2. K.H. Alawi Zein. Setelah nyantri kepada Kyai Muhadjirin beliau meneruskan pendidikannya kepesantren Syekh Said Muhammad Alwi al- Maliki, Mekah. Beliau merupakan salah satu pimpinan Pondok Pesantren Al-Hidayah Basmol, Kembangan, Jakarta Barat. 3. K.H. Khairuddin. Beliau berdomisili di daerah Rawa Lele. 4. K.H. Maulana Kamal Yusuf. Beliau adalah alumni Gontor yang kemudian mengikuti pengajian Kyai Muhadjirin setiap selasa dan kamis pagi. 5. K.H. Mahfuzd Asirun. Beliau menamatkan pendidikan Mts dan MA nya di Pondok Pesantren Annida. Beliau merupakan seorang santri yang cemerlang. Ketika menjadi santri beliau dipercaya sebagai ketua harian pondok pesantren yang mengurusi urusan keseharian santri istilahnya lurah pondok. Beliau merupakan santri kesayangan Kyai Muhadjirin. Kyai Mahfuzd Asirun adalah juru ketik ketika menulis ulang dengan mesin tik arab kitab Misbah Az-Zhalam. Saat ini aktivitas beliau sebagai pimpinan Pondok Pesantren Al-Itqon yang terletak di Cengkareng Jakarta Barat. xxvi Demikianlah beberapa orang murid Kyai Muhadjirin 12 yang telah mengembangkan dakwahnya di daerahnya masing-masing. Disamping itu masih banyak murid-murid Kyai Muhadjirin yang tersebar diberbagai daerah.

K. Berumah Tangga