Ta’liqot ‘ala Matan Baiqûni

xlii لﺎ أ ﷲا ر ةﺮ ﺮه أ : ﷲا ﻰ ﺎ اﻮ ا ىﺪ ﻚّ ا ا مﻮ ضر ا ﷲا لﺎ و و ﺔ . ﺪ ا ﺬﻬ تاوﺮ ا ﺪ او آ ﻚ Dari Abu Hurairah r.a. katanya, Abul Qosim memegang tanganku seraya berkata : “Allah menciptakan bumi pada hari sabtu…” Hadis ini musalsal karena diriwayatkan secara berantai dengan cara masing-masing perawi menggenggam tangan orang yang meriwayatkan hadis ini. 3 Musalsal dengan sifat-sifat perawi yang berupa ucapan dan perbuatan sekaligus. Contohnya hadis Annas bin Malik r.a, Nabi Saw bersabda ّﺮ و ﻮ ﺮ و ﺮ رﺪ ﺎ ﺆ ﻰّ نﺎ ﻹا ةو ﺪ . لﺎ و ﷲا ﻰ و ﺔ . ﺎ ﺁ لﺎ و ﻮ ﺮ و ﺮ رﺪ ّﺮ و . ﺁ ﻮ ﻮ تاوﺮ ا تﺎ ا ﺪ ا اﺬهو و ّﺮ و ﻮ ﺮ و ﺮ رﺪ ﺎ . ﺪ ا اﺬهو أ ﺁ لﻮ و ا ﺎ ا و و . “Seorang hamba tidak akan merasakan manisnya iman, sehingga ia beriman kepada qadar, baik dan buruknua, manis dan getirnya. Rasulullah seraya memegang jenggot kemudian bersabda lagi ّﺮ و ﻮ ﺮ و ﺮ رﺪ ﺎ ﺁ Aku beriman kepada qadar, baik dan buruknya, manis dan getirnya. Hadis ini dikatakan musalsal karena masing-masing perawi melakukan dan mengatakan apa yang dilakukan dan dikatakan oleh Nabi Saw. Menurut penulis, kitab ini sangat bermanfaat dalam mempelajari ilmu musthalah al-hadits. Karena materinya yang lengkap dan disajikan secara ringkas sehingga dapat mudah diingat dan difahami. Disamping itu, kitab ini memang ditujukan untuk para pelajar agar mudah memahami ilmu musthalah al-hadits.

C. Ta’liqot ‘ala Matan Baiqûni

29 Latar belakang beliau dalam menulis kitab ini sama dalam menulis kitab Al-Qaul al-Hatsîts fî Mustalah al-Hadîts yaitu untuk memberikan pengajaran 29 Syekh Muhammad Muhadjirin, Ta’liqot ‘ala Matan Baiqûn, Annida al-Islami, Bekasi, cet. Kelima. 1411 H1991 M. xliii yang mudah difahami oleh para santri di Pesantren Bahagia. Materinya hampir sama dengan kitab Al-Qaul al-Hatsits. Namun kitab ini lebih luas dan rinci pembahasannya dari kitab Al-Qaul al-Hatsîts Kitab ini dinamakan Ta’liqot ‘ala Matan Baiqûni karena kitab ini merupakan ta’liqkomentar atas Matan Baiquni, sebuah nazam mustalah al-hadîts yang terdiri dari 34 bait. Kitab ini terdiri dari 58 halaman. Selesai ditulis pada akhir bulan Rabi’ul Tsani tahun 1377 H November 1957 M di Bekasi. Karya ini ditujukan kepada para santri di Pesantren Bahagia. Kitab ini pertama kali dicetak pada tahun 1975 dan telah mengalami lima kali cetak ulang. Karya yang ada pada penulis merupakan cetakan kelima tahun 1411 H1991 M. Sampai dengan cetakan kelima, kitab ini masih berbentuk tulisan tangan yang diperbanyak. Formatnya dalam ukuran sedang, tulisannya terdapat didalam dan pada pinggirnya dibuatkan bingkai berupa garis lurus. Nomor halamannya terdapat di atas. Dimulai dengan kata pengantar dan diakhiri dengan daftar isi. • Metode penulisan : Pembahasannya dimulai dengan menulis bait-bait Matan Baiquni, setelah itu dijelaskan maksudnya. Baitnya tidak dinomori, sebagaimana bait pada Matan Baiquni yang tidak diberi nomor. Pembahasan bait dilakukan satu persatu dan berkelompokbeberapa bait pada pembahasan tetentu. Setiap akan menjelaskan bait diawali dengan tulisan Qola al-Musanif lalu dituliskan baitnya kemudian dijelaskan secara rinci kata perkata dengan menjelaskan pengertian secara bahasa dan istilah, mengutip pendapat para ulama hadis dan menjelaskan jika ada perbedaan pemahaman diantara mereka. Diantara ulama yang pendapatnya dikutip xliv adalah : Imam al-Khatabi, Imam at-Tirmidzi, Imam Ibn. Al-Jauzi, Imam Az- Zarqoni, Imam Asy-Syafi’iy, Syekh Khalili al-Maliki, Al-Hafidz As-Suyuthi, Ibn. Shalah, Imam Al-Hakim An-Naisaburi, Ibn. Al-‘Arobi, Ibn. Hibban, Syekh Muhammad Abdul Baqi, Syekh Hasan Muhammad al-Masyath, Imam Nawawi, Imam Al-Qosthalani dll. Kyai Muhadjirin menyertakan contoh hadis untuk menguatkan pengertian hadis dalam menjelaskan baitpengertian hadis tertentu. Kyai Muhadjirin tidak hanya memberikan komentar terfokus pada Matan Baiquni, tetapi beliau juga menyertakan penjelasan tambahan pada beberapa pembahasan tertentu. Pada akhir setiap pembahasan, Kyai Muhadjirin menyimpulkan pendapatnya dari beberapa pendapat yang dikemukakan para muhaditsin. Ciri-cirinya adalah beliau selalu menggunakan kalimat fa khulasahfalhasil. Pada bait terakhir ta’liqot ini, beliau menjelaskan bahwa jumlah bait-bait pada matan baiquni berjumlah 34 bait dari awal sampai akhir dan jumlah hadis yang dibahas berjumlah 32 hadis. • Contoh pembahasan, hal. 6 ّ ﺎ ﻮهو ا ﺎﻬ ّوأ - وأ ّﺬ و دﺎ إ وﺮ ﺎ لﺪ - و ﺪ Yang pertama adalah hadis shahih yaitu hadis yang bersambung sanadnya dan tidak terdapat syadz atau ‘illat. Diriwayatkan oleh perawi yang ‘adil dhabith dan semisalnya yang dipegang ke-dhabith-an dan akalnya. ﺬه ﺪ ا ﺔ طﺮ نﺎ ا نا . مﺎ ا او ﺔ اﺪ او لﺎ ﻹا هو ﺪ ﺎ ا دﻮ وو ىﺮ أ ةرﺎ وأ ﺔ ﺎ ا دﻮ وو ذوﺬ ا مﺪ و . Dua bait ini adalah syarat bagi hadis shahih. Yaitu bersambung sanadnya, periwayatnya ‘adil, sempurna kedhabith-annya, tidak ada syadz, adanya pengikut atau dalam pengertian lain adanya dukungan dari jalur lain. xlv ﻮه لﺎ ﻹﺎ ﻰ إ ﺪ لوأ ﺎ ر آ نﻮﻜ نأ ﺮ أ ا ﻰ اﺎ ﻬ ﻰ و ﷲا . Yang dimaksud bersambung sanadnya yaitu setiap periwayatnya mendengar dari gurunya dari awal sanad sampai akhir sanadnya sampai berakhir kepada Nabi Saw. ﺔ ﺎ ﻹا ﺔ ﺔ ادﻷاو . ﺔﻜ ﺎ او ا وا ةﺮ آ بﺎﻜ ر ﺎ ﻰ ﺎ ةﺮ ﻰ راﺮ ا . او ﺎ ه ﺔ اﺪ وأ ةﺮ آ بﺎﻜ را ﻰ ا ﺎ ا ا ﻮهو ﺔ اور لﺪ ةﺮ ﻰ راﺮ ا . ‘Adil menurut bahasa artinya istiqomah. Menurut istilah yaitu mencegahmenjauhi diri dari melakukan dosa besar atau terus menerus melakukan dosa kecil sehingga kebaikannya mengalahkan kejelekannya. Yang dimaksud ‘adil disini adalah periwayat yang adil, yaitu muslim, baligh, menjaga dirinya dari melakukan dosa besar atau terus menerus melakukan dosa kecil. نﺎ ﻹا ﺔ او . ﻜ ﺎ نا ﺎ او ﺎ ا ءﺎ ﻰ ر . عﺎ اﺬﻬ . نأ ﻮﻬ بﺎ ﻜ ا ﺎ او ﺎ ﺬ ﺪ ﻮ وﺮ نأ ﻰ إ و . Dhabith menurut bahasa artinya yakin. Menurut istilah yaitu ketetapanketerjagaan apa yang dia dengar dengan sekiranya mampu menghadirkannya kapan saja ia mau. Ini adalah dhabit pendengaran. Sedangkan dhabith tulisan adalah memelihara apa yang ada disisinya semenjak apa yang ia dengar itu didalam tulisannya dan menshahihkan apa yang diriwayatkan darinya. نأﻮه ﺔ ا مﺪ و ﺔ دﺎ ﺔ ﺮ ﺪ ا نﻮﻜ . Tidak adanya ‘illat yaitu hadis tersebut bukan hadis yang mu’allal karena terdapat ‘illat. تﺎ ا ﺎ ﺎ ذﺎ ﺮ ﺪ ا نﻮﻜ نأ ﻮه ذوﺬ ا مﺪ و . Tidak adanya syadz bukan hadis yang syadz yang berbeda dengan apa yang diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqoh. ىﺮ أ ﺮ ﺎ و ﺪهﺎ ﺪ ا نﻮﻜ نأ ﻮه ﺔ او . Mutabi’at yaitu hadis yang dikuatkan atau diikuti oleh hadis dari jalur yang lain. Demikianlah penjelasan mengenai Ta’liqot ‘ala Matan Baiquni. Karya Kyai Muhadjirin ini lebih simpel dibanding karya sejenis, diantaranya adalah Syarah al-Manzûmah al-Baiquniyah fii Musthalah al-Hadits karya Syekh Muhammad bin xlvi Shalih al-‘Utsaimin terbitan Daar al-Tsurayya Linnasyir Mekah al-Mukarromah. Kitab ini merupakan Syarah Matan Baiquni yang terdiri dari 128 halaman. Pada kitab ini, Matan Baiquni ditulis seluruhnya di halaman depan disertai nomor dan riwayat singkat penulisnya. Setelah itu diberi kata pengantar singkat tentang musthalah al-hadits baru kemudian mensyarah Manzumah al-Baiquniyah-nya. Pembahasannya dimulai dengan menyebutkan bait-baitnya dan diberi nomor. Kemudian bait-bait tersebut dirinci dan dijelaskan kata perkata. Penjelasannya disertai gramatika bahasa, nahwu, ayat-ayat Al-Qur’an, hadis Nabi, mengutip pendapat ulama dll. Pembahasan dari segi nahwu mendapat porsi yang cukup besar. Setiap hadis yang dikutip ditakhrij dan dipaparkan berbagai riwayatnya diletakan pada foot note. Berbeda dengan Kyai Muhadjirin yang pembahasannya lebih globalmenyeluruh dan langsung kepada intinya. Bagi penulis, kedua karya ini merupakan karya yang unggul yang memiliki kelebihan masing-masing. Karya Kyai Muhadjirin lebih simpel karena ditujukan sebagai pelajaran dasar untuk memudahkan para santri dalam memahami ilmu hadis sementara karya Syekh Muhammad al-‘Utsaimin lebih luas dan panjang lebar dengan tujuan tersendiri. Namun demikian, kedua karya ini sangat bermanfaat dalam mempelajari mustalah al-hadîts.

D. Mishbah al-Zhalam Syarah Bulugh al-Marom min Adillatil Ahkam