Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Karim 2006:63 menyatakan bahwa bank syariah merupakan real sector based banking yang secara mayoritas melibatkan real and financial asset. Hal ini
berbeda dengan bank konvensional yang bergerak dalam financial sector based banking.
Prinsip syariah menurut Pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perbankan adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum islam antara
bank dengan pihak lain untuk penyimpanan dana atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain
pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal musyarakah, prinsip jual beli barang
dengan keuntungan murabahah, atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan ijarah, atau dengan adanya pilihan
pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain ijarah wa iqtina.
2. Prinsip Bank Syariah
Pada dasarnya prinsip bank syariah menghendaki semua dana yang diperoleh dalam sistem perbankan syariah dikelola dengan integritas tinggi dan
sangat hati-hati. a Shiddiq, memastikan bahwa pengelolaan bank syariah dilakukan dengan
moralitas yang menjunjung tinggi nilai kejujuran. Dengan nilai ini pengelolaan diperkenankan halal serta menjauhi cara-cara yang meragukan
subhat terlebih lagi yang bersifat dilarang haram.
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
b Tabligh, secara berkesinambungan melakukan sosialisasi dan mengedukasi masyarakat mengenai prinsip-prinsip, produk dan jasa perbankan syariah.
Dalam melakukan sosialisasi sebaiknya tidak hanya mengedepankan pemenuhan prinsip syariah semata, tetapi juga harus mampu mengedukasi
masyarakat mengenai manfaat bagi pengguna jasa perbankan syariah. c Amanah, menjaga dengan ketat prinsip kehati-hatian dan kejujuran dalam
mengelola dana yang diperoleh dari pemilik dana shahibul maal sehingga timbul rasa saling percaya antara pemilik dana dan pihak pengelola dana
investasi mudharib. d Fathanah, memastikan bahwa pegelolaan bank dilakukan secara profesional
dan kompetitif sehingga menghasilkan keuntungan maksimum dalam tingkat resiko yang ditetapkan oleh bank. Termasuk di dalamnya adalah pelayanan
yang penuh dengan kecermatn dan kesantunan ri’ayah serta penuh rasa tanggung jawab mas’uliyah
3. Lingkup Kegiatan Usaha Bank Syariah a. Teori Pertukaran dan Percampuran
Persamaan dalam konsep fungsi yang terdapat antara bank konvensional dan bank syariah dapat memberikan persepsi yang berkembang di masyarakat
bahwa secara keseluruhan, bank syariah sama dengan bank konvensional. Persepsi ini dibantah secara tidak langsung oleh Karim yang menjelaskan bahwa
bank konvensional bergerak dalam bidang financial sector based banking, sedangkan bank syariah bergerak dalam bidang real sector based banking.
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Pernyataan tersebut sesuai dengan konsep dasar akad yang diajukan oleh Muhammad 2005 : 176. Terdapat lima akad membentuk hubungan ekonomi
menurut syariah Islam secara garis besar, yaitu: a
Prinsip Simpanan Murni al-Wadi’ah Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang disediakan bank
syariah kepada pihak yang kelebihan dana untuk menyimpan dananya pada bank syariah.
b
Bagi Hasil Syirkah Sistem syirkah merupakan sistem yang meliputi tata cara pembagian
hasil usaha antara pihak penyedia dana dengan pihak pengelola dana. Sistem bagi hasil diterapkan pada mudharabah dan musyarakah.
Mudharabah dapat dipergunakan sebagai dasar pembiayaan maupun pendanaan, sedangkan mayoritas akad musyarakah diaplikasikan pada
pembiayaan. c
Prinsip Jual Beli at-Tijarah Prinsip ini merupakan sistem yang menetapkan tata cara jual beli
dengan nasabah sebagai konsumen akhir dan bank syariah sebagai perantara antara produsen dengan nasabah. Dalam akad ini, bank
syariah akan mengambil sejumlah keuntungan margin yang telah disepakati lebih dahulu.
d
Prinsip Sewa al-Ijarah Prinsip sewa secara garis besar terbagi ke dalam dua kelompok yaitu
sewa murni ijarah atau ijarah muntahiyah bittamlik yang merupakan kombinasi antara sewa dan beli.
e
Prinsip Jasa al-Ajr Wal Umulah Prinsip jasa merupakan seluruh layanan yang meliputi layanan non
pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah.
Melalui lima konsep akad yang dijelaskan oleh Muhammad, maka dapat disimpulkan bahwa bank syariah lebih berpihak pada kegiatan dengan basis real
sector. Perbedaan dengan konsep bank konvensional membawa bank syariah pada paradigma berbeda terhadap sistem dan ruang lingkup kegiatan yang
dijalankan oleh bank syariah.
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Berdasarkan tingkat kepastian dari hasil yang diperoleh, jenis kontrak dapat dibedakan ke dalam dua jenis yaitu Natural Certainty Contract dan Natural
Uncertainty Contract Karim, 2006 : 51. Lebih lanjut Karim menjelaskan bahwa dalam setiap kontrak akad, dibedakan dua jenis objek yaitu ‘Ayn Real Asset
dan Dayn Financial Asset. Kombinasi antara jenis kontrak ditinjau dari kepastian hasil yang diperoleh dan objek kontrak, akan menentukan teori yang
akan dipakai dalam menjalankan kontrak tersebut 2006 : 51-52. Natural Certainty Contract merupakan jenis kontrak akad dalam bisnis
yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah maupun waktunya. Aliran kas cash flow pada kontrak ini sudah dapat dipastikan karena
sudah ditentukan lebih dahulu oleh pihak – pihak yang berkepentingan pada awal akad. Kontrak dengan jenis ini secara normal memberikan tingkat pengembalian
return yang tetap dan pasti fixed and presetermined. Sebagai syarat terhadap kontrak jenis ini adalah penentuan awal sifat objek yang meliputi jumlah, mutu,
harga dan waktu penyerahan. Dalam kontrak dengan jenis Natural Certainty Contract, pihak – pihak
yang saling bertransaksi saling mempertukarkan asetnya real atau financial asset sehingga masing – masing pihak berdiri sendiri dan berdampak pada
ketiadaan pertanggungan risiko bersama. Natural Certainty Contract dapat dijelaskan dengan teori yang disebut dengan teori pertukaran the theory of
exchange Karim, 2006 : 51.
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Sebaliknya Natural Uncertainty Contract merupakan akad kontrak yang tidak dapat memberikan kepastian pendapatan baik dari segi jumlah atau
waktunya. Tingkat pendapatan pada kontrak jenis ini dapat berbentuk positif, negatif atau nol. Kontrak jenis ini juga menimbulkan risiko disebabkan oleh
ketidakpastian tingkat pengembalian yang melekat pada kontrak tersebut. Natural Uncertainty Contract dapat dijelaskan dengan teori percampuran the theory of
venture Karim, 2006 : 52. Penjelasan jenis kontrak yang disebutkan oleh Karim secara umum sesuai
dengan pendapat Zulkifli dalam Wiyono 2005 : 35-48 yang menyatakan bahwa sistem ekonomi syariah umumnya membagi akad transaksi ke dalam dua
kelompok besar, yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Akad tabarru’ merupakan akad untuk transaksi kebajikan. Hal ini berarti bahwa transaksi ini bersifat tolong
menolong tanpa mengharapkan adanya keuntungan materiil dari pihak - pihak yang melakukan perikatan. Contoh – contoh transaksi yang menggunakan pola
akad tabarru’ adalah sebagi berikut: o
qard, merupakan akad yang timbul disebabkan salah satu pihak meminjamkan objek perikatan yang berbentuk uang kepada pihak
lain tanpa berharap keuntungan materiil apa pun, o
rahn, merupakan akad yang timbul disebabkan peminjaman yang dilakukan oleh suatu pihak kepada pihak lain dengan disertai
jaminan,
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
o hawalah, merupakan akad yang timbul disebabkan peminjaman
suatu objek perikatan yang berbentuk uang untuk mengambil alih piutangutang dari pihak lain,
o wakalah, merupakan akad yang timbul disebabkan pemberian suatu
objek berbentuk jasa. Jasa tersebut juga dapat disebut dengan peminjaman dirinya atas nama diri pihak lain untuk melakukan
sesuatu, o
wadi’ah, merupakan akad yang timbul sebagai akibat dari pemberian objek perikatan yang berbentuk jasa khusus yaitu
custodian penitipan atau pemeliharaan, o
kafalah, merupakan akad yang timbul disebabkan pemberian objek yang berbentuk jaminan atas suatu kejadian tertentu di masa yang
akan datang contingent guarantee, o
wakaf, merupakan akad yang timbul ketika suatu pihak memberikan suatu objek kepada pihak lain tanpa disertai kewajiban untuk
mengembalikan pinjaman tersebut. Karim 2006 : 66 juga memberikan penjelasan mengenai akad tabarru’
yaitu semua perjanjian yang menyangkut not-for profit transaction. Akad tabarru’ dibagi ke dalam tiga kelompok umum yaitu meminjamkan harta,
meminjamkan jasa, atau memberikan sesuatu.
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Sedangkan akad tijarah merupakan akad yang ditujukan untuk transaksi dengan orientasi laba. Akad tijarah dibagi ke dalam dua kelompok besar yakni
transaksi dengan basis Natural Certainty Contrtact NCC dan Natural Uncertainty Contract NUC.
Penjelasan teori pertukaran dan percampuran kembali dijelaskan oleh Karim 2006 : 52-63 yang akan diuraikan lebih lanjut sebagai berikut.
1 Teori Pertukaran The Theory of Exchange
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kombinasi antara jenis kontrak ditinjau dari kepastian hasil yang diperoleh dengan objek kontrak akan membentuk
kontrak yang diterapkan. Syarat tersebut dilengkapi dengan perbedaan waktu pertukaran, yang terdiri dari naqdan immediate delivery dan ghairu naqdan
deferred delivery. Berdasarkan objek pertukaran dalam transaksi syariah ‘ayn dan dayn,
dapat dibentuk tiga jenis pertukaran, yakni pertukaran ‘ayn dengan ‘ayn real asset vs real asset, pertukaran dayn dengan ‘ayn financial asset vs real asset,
dan dayn dengan dayn financial asset vs financial asset. a
Pertukaran ‘Ain dengan ‘Ain Real Asset vs Real Asset. Transaksi pertukaran ‘ayn dengan ‘ayn real asset vs real asset
diperbolehkan jika jenisnya berbeda. Namun, untuk jenis kontrak pertukaran dengan objek yang sama, hanya diperbolehkan pada lingkup kondisi bahwa
real asset yang dipertukarkan secara kasat mata dapat dibedakan mutunya. Jika real asset yang dipertukarkan terjebak dalam kondisi dengan mana
bahwa mutunya tidak dapat dibedakan dengan kasat mata, maka harus dapat
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
dipastikan bahwa real asset tersebut bermutu, berjumlah, dan diserahkan pada waktu yang sama.
b Pertukaran ‘Ayn dengan Dayn Real Asset vs Financial Asset.
Sedangkan pada kontrak pertukaran ‘ayn dengan dayn, dapat dibedakan dua jenis real asset. Jika real asset merupakan benda, maka kontrak tersebut
disebut dengan kontrak jual beli al-bai’, sedangkan jika real asset merupakan jasa, maka kontrak tersebut akan berbentuk sewa-menyewaupah
mengupah al-ijarah. Islam memperbolehkan kontrak transaksi jual beli baik secara tunai bai’
naqdan now for now, tangguh bayar bai’ muajjal deferred payment atau secara tangguh serah bai’ salam deferred delivery. Bai’ muajjal dapat
dilakukan dengan pembayaran penuh muajjal atau cicilan taqsith. Sedangkan jual beli tangguh serah dapat dilakukan dengan pembayaran lunas
sekaligus di muka bai’ salam atau dengan cicilan namun dengan syarat cicilan harus selesai sebelum barang diserahkan bai’ istishna’.
Akad ijarah dapat dibedakan dalam dua kontrak yaitu ijarah yang pembayarannya tergantung pada kinerja yang disewa ju’alah success fee
dan ijarah yang pembayarannya tidak tergantung pada kinerja yang disewa. Akad ini biasa disebut dengan ijarah saja.
c Pertukaran Dayn dengan Dayn Financial Asset vs Financial Asset
Pertukaran antara dayn dapat dibedakan dengan uang dan bukan uang surat berharga. Pertukaran uang yang sejenis hanya diperbolehkan jika
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
terjadi pada syarat sawa-an bi sawa-in same quantity dan yadan bi yadin same time of delivery.
Sedangkan pertukaran uang yang berbeda jenisnya hanya diperbolehkan dengan syarat yadan bi yadin same time of delivery. Jenis pertukaran ini
disebut juga dengan sharf money changer. Syarat yang diberlakukan pada pertukaran uang yang berbeda jenis menyebabkan pelarangan transaksi
forward dan swap pada pertukaran valutas asing foreign exchange. Hal ini mencegah terjadinya forward selling yang dilindungnilaikan hedged dengan
forward buying dan selanjutnya akan diikuti dengan forward selling – forward buying berikutnya. Pelarangan ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya bubble growth pada sektor finansial, serta mencegah domino effect bila terjadi default pada salah satu mata rantai para pihak yang terlibat dalam
transaksi forward buying – forward selling tersebut. Skema transaksi yang berhubungan dengan Teori Pertukaran The Thoery
of Excange dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
‘Ayn dengan Dayn
Al-Bai’ Goods
Al-Ijarah Services
Ijarah
Ju’alah
Dayn dengan Dayn
Uang
Surat Berharga Representing
‘Ayn Representing
Dayn Now for Now
Deferred Payment
Muajjal
Deferred Delivery
Salam Kasat mata
Mutu beda Kasat mata
Mutu sama
Kasat mata Mutu beda
Kasat mata Mutu sama
Of Same Type
Of Different Type
‘Ayn dengan ‘Ayn
Lain Jenis
Sejenis Kasat mata
Mutu beda Kasat mata
Mutu sama
Gambar 2.1 : Skema Akad Teori Pertukaran
Sumber: Karim 2006 : 59
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Skema transaksi berdasarkan Teori Pertukaran pada halaman sebelumnya menggambarkan pola transaksi yang terdapat dalam lingkup cakupan Teori
Pertukaran. Ringkasan akad berdasarkan Teori Pertukaran ditinjau dari objek pertukaran dapat diterangkan sebagai berikut:
Tabel 2.1 Matriks Transaksi Teori Pertukaran
Matriks yang disajikan di atas memberikan panduan yang menyeluruh pada kehalalan transaksi pertukaran. Semua transaksi dengan sifat tanggung serah
deferred for deferred akan diharamkan, demikian juga halnya dengan transaksi Dayn for Dayn, kecuali pada transaksi sharf.
2 Teori Percampuran The Theory of Venture
Teori Percampuran berlaku pada jenis kontrak dengan sifat Natural Uncertainty Contract, yang mana tingkat pengembalian pada transaksi tersebut
tidak dapat dipastikan. Objek dan jangka waktu yang diaplikasikan pada aplikasi Teori
Percampuran pada dasarnya sama dengan aplikasi Teori Pertukaran, yakni ‘ayn real asset dan dayn financial asset serta dapat dijalankan pada jangka waktu
naqdan immediate delivery dan ghairu naqdan deferred delivery. i
Percampuran ‘Ayn dengan ‘Ayn Percampuran ‘ayn dengan ‘ayn terjadi ketika dua pihak atau lebih
sepakat untuk berkolaborasi membentuk atau membangun sesuatu dengan
Time Now for Now
Now for Deferred Deferred for Deffered
Ayn for Ayn V
V X
Ayn for Dayn V
V X
Dayn for Dayn X
X X
Object
Sumber: Karim 2006 : 60
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
memadukan sumber daya dari pihak – pihak yang terkait. Dalam percampuran ‘ayn dengan ‘ayn sumber daya yang dipadukan berupa real asset, tidak ada pihak
yang memberikan sumber daya dalam bentuk financial asset. ii
Percampuran ‘Ayn dengan Dayn Percampuran ‘ayn dengan dayn terjadi ketika beberapa pihak terkait
setuju untuk berkolabari dengan memadukan aset mereka, dengan satu atau lebih pihak memberikan financial aset sedangkan pihak lain memberikan
real aset dalam perjanjian tersebut. iii
Percampuran Dayn dengan Dayn Percampuran dayn dengan dayn dapat mengambil beberapa jenis
kontrak, di antaranya adalaah syirkah mufawadhah dan syirkah ‘inan. Syirkah mufawadhah terjadi pada kontrak kerjasama dengan jumlah
financial asset yang sama antara pihak – pihak yang terkait. Hal ini merupakan kebalikan dari sirkah ‘inan, bahwa kontrak yang terjadi dengan
jumlah financial asset yang berbeda. Matriks untuk transaksi percampuran dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.2 Matriks Transaksi Teori Percampuran
Melalui matriks yang terdapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa bagi transaksi percampuran, hanya dengan karakteristik now for now yang
Time Now for Now
Now for Deferred Deferred for Deffered
Ayn for Ayn V
X X
Ayn for Dayn V
X X
Dayn for Dayn V
X X
Object
Sumber: Karim 2006 : 63
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
diperbolehkan, sedangkan transaksi dengan karakteristik now for deferred dan deferred for deferred dilarangdiharamkan.
Ringkasan transaksi yang diperbolehkan dalam perbankan syariah dapat dilihat pada skema berikut ini:
Gambar 2.2 : Skema Akad Perbankan Syariah
Akad
Transaksi Sosial
Transaksi Komersial
Natural Certainty
Contract Natural
Uncertainty Contract
1. Murabahah
2. Salam
3. Istishna’
4. Ijarah
1. Musyarakah
2. Muzara’ah
3. Musaqah
4. Mukhabaran
Teori Pertukaran
Teori Percampuran
1. Qard
2. Wadiah
3. Wakalah
4. Kafalah
5. Rahn
6. Hibah
7. Waqf
Sumber: Karim 2006 : 71
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
b. Kegiatan Operasional Bank Syariah
Secara umum, kegiatan operasional bank syariah dapat dilihat dari jenis produk yang ditawarkan oleh bank syariah. Produk yang ditawarkan bank syariah
secara umum adalah Karim, 2006: 97 dan Muhammad, 2005: 177: 1
Penyaluran Dana Financing 2
Penghimpunan Dana Funding 3
Jasa services Penjelasan masing – masing produk juga dijelaskan oleh Karim 2006: 97-
112 dan Muhammad 2005: 178-190. Terdapat sedikit perbedaan antara penjelasan Karim dan Muhammad mengenai penyaluran dana. Karim
berpendapat bahwa produk penyaluran dana terdiri dari pembiayaan dengan prinsip jual beli, pembiayaan dengan prinsip sewa, pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil, pembiayaan dengan akad pelengkap. Sedangkan Muhammad berpendapat bahwa penyaluran dana hanya terdiri dari pembiayaan dengan
prinisp jual beli, prinsip sewa dan prinsip bagi hasil. Menurut Muhammad 2005: 188, akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa.
a Penyaluran Dana Financing
Produk penyaluran dana dapat dilakukan dengan prinsip sebagai berikut: 1
Pembiayaan dengan prinsip jual beli. Pembiayaan ini dilakukan sehubungan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda.
Berdasarkan bentuk pembayaran dan waktu penyerahan, transaksi jual beli dapat dibedakan menjadi:
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
a Pembiayaan Murabahah al-bai’ bi tsaman ajil. Akad ini
lebih dikenal dengan murabahah saja. Dalam skema murabahah, bank bertindak sebagai penjual, sedangkan
nasabah bertindak sebagai pembeli. Kedua belah pihak harus menyepakati harga jual dan waktu penyerahan. Hal
harus diperhatikan adalah bahwa bank harus memberitahukan tingkat keuntungan yang diambil bank
pada transaksi tersebut. b
Pembiayaan Salam. Akad ini merupakan akad transaksi jual beli dengan barang yang bertindak sebagai objek belum ada.
Namun, sebagai syarat transaksi ini adalah bahwa kuantitas, kualitas, harga dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. c
Pembiayaan Istishna’. Akad ini hampir sama dengan akad salam, namun pada akad istishna’, pembayaran yang
dilakukan oleh bank dapat dicicil. Pembiayaan ini biasanya dilakukan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi.
2 Pembiayaan dengan prinsip sewa. Transaksi ijarah didasari atas
perpindahan manfaat. Perbedaan prinsip sewa dengan prinsip jual beli terletak pada objek transaksi. Pada prinsip sewa, objek
transaksi adalah jasa, sedangkan pada prinsip jual beli objeknya adalah barangbenda. Terdapat akad sewa yang diikuti dengan
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
perpindahan kepemilikan objek pada akhir masa sewa. Akad ini disebut dengan ijarah muntahhiyah bittamlik IMBT.
3 Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil. Pembiayaan dengan prinsip
bagi hasil dapat dibedakan sebagai berikut: i
Pembiayaan Musyarakah. Akad pembiayaan ini merupakan bentuk umum dari pembiayaan dengan prinsip bagi hasil.
Akad musyarakah merupakan perpaduan aset dua pihak atau lebih guna membentuk usaha. Asset yang dipadukan dapat
berbentuk berwujud maupun tidak berwujud. Secara spesifik, bentuk kontribusi yang dipadukan oleh pihak –
pihak yang terkait dapat berbentuk dana, barang perdagangan, kewiraswastaan, kepandaian skill,
kepemilikan property, peralatan, intangible asset, atau bahkan reputasi.
ii Pembiayaan
Mudharabah. Pembiayaan mudharabah terbentuk dengan komposisi pemilik modal shahib al-
maal, dalam hal ini bank, dengan pengelola usaha modharib. Dalam bentuk kerjasama ini, proporsi
kontribusi modal 100 diberikan oleh shahib al-maal, yaitu bank. Hal ini membedakan pembiayaan mudharabah
dengan pembiayaan musyarakah. Dalam pembiayaan mudharabah, modal hanya berasal dari satu pihak
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
sedangkan pada pembiayaan musyarakah, dana modal dapat berasal dari dua pihak atau lebih.
b Penghimpunan Dana Funding
Penghimpunan dana yang dilakukan oleh bank dapat berbentuk giro, tabungan dan deposito, namun dengan melekatkan prinsip operasional
syariah pada penghimpunan dana tersebut. Prinsip operasional syariah yang dapat diterapkan pada penghimpunan dana adalah prinsip
wadi’ah dan prinsip mudharabah. 1
Prinsip Wadi’ah. Terdapat dua jenis simpanan dengan prinsip wadi’ah, yaitu wadi’ah yad dhamanah dan wadi’ah amanah. Jenis
wadi’ah yad dhamanah merupakan akad yang sering diterapkan pada rekening giro. Dalam prinsip wadi’ah yad dhamanah,
nasabah yang menitipkan dana pada bank tersebut tidak dijanjikan imbalan pendapatan, namun juga tidak menanggung kerugian.
Keuntungan dan kerugian murni dipegang oleh bank. Bank dapat memberikan bonus pada nasabah, namun tidak boleh dijanjikan
pada awal pembentukan akad. 2
Prinsip Mudharabah. Dalam prinsip himpunan dana mudharabah, bank bertindak sebagai mudharib pengelola sedangkan nasabah
bertindak sebagai sahib al-maal pemilik modal. Prinsip mudharabah diaplikasikan dalam produk tabungan berjangka dan
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
deposito berjangka. Prinsip mudharabah dapat dibagi ke dalam dua bagian, ditinjau dari kewenangan pengelola:
• Mudharabah Mutlaqah. Prinsip mudharabah mutlaqah juga
disebut dengan Unrestricted Investment Account URIA. Dalam prinsip URIA, tidak terdapat limitasi yang dibebankan
pemilik dana kepada bank sebagai pihak pengelola dana. Hal ini berarti bahwa bank selaku pihak pengelola dana tersebut
bebas menentukan penyaluran dana tersebut ke sektor manapun.
• Mudharabah Muqayyadah. Prinsip mudharabah muqayyadah
disebut juga dengan Restricted Investment Account RIA. Dalam prinsip RIA, terdapat limitasi yang dibebankan oleh
pemilik dana kepada bank selaku pengelola dana. Artinya, dalam penyaluran dana tersebut yang dilakukan oleh bank,
terdapat syarat – syarat yang diajukan oleh pemilik dana. c
Jasa Services Sehubungan dengan perbedaan pendapat yang terjadi antara Karim dan
Muhammad pada akad pelengkap, maka perbedaan tersebut juga berimplikasi pada produk jasa perbankan syariah. Menurut Karim
2006: 112 jasa perbankan meliputi sharf forex trading dan ijarah sewa. Sewa dalam hal ini adalah jasa penyewaan kotak simpanan
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
safe deposit box dan jasa tata laksana administrasi dokumen custodian.
4. Laporan Keuangan Bank Syariah
Laporan keuangan pada sektor perbankan syariah, sama seperti sektor lainnya, adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,
kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktifitas operasi bank yang bermanfaat dalam mengambil keputusan.
Suatu laporan keuangan pada hakikatnya merupakan sebuah hasil akhir output dari proses akuntansi selama suatu periode tertentu. Laporan keuangan
tersebut mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh entitas pada suatu periode tersebut. Kegiatan entitas pada periode tersebut harus dipertanggunjawabkan oleh
manajemen entitas terkait, yang direfleksikan dalam pertanggungjawaban laporan keuangannya.
Laporan keuangan yang dipertanggungjawabkan tersebut utamanya dapat digunakan sebagai alat pengambil keputusan decision making oleh pihak –
pihak yang berkaitan dengan entitas. Hal ini menyebabkan para manajemen entitas seharusnya memiliki social contract dengan para stakeholder.
Menurut IAI dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 31 Revisi 2000 paragraf 80, laporan keuangan bank umum meliputi:
Neraca,
Laporan Laba Rugi,
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas,
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan bank dalam PSAK No. 31 tersebut tidak secara umum tidak berbeda dengan laporan keuangan perusahaan lain. Hal ini dapat dibuktikan
bahwa menurut International Accounting Standards IAS Number 1, presentasi laporan keuangan suatu perusahaan harus meliputi dalam Robinson, Munter dan
Grant, 2004 : 52: o
Balance Sheet Neraca, o
Income Statement Laporan Laba Rugi, o
Statement showing either all changes in equity or changes in equity other than those arising from capital transactions with owners dan
distributions to owners Laporan Perubahan Ekuitas, o
Cash-flow Statement Laporan Arus Kas, o
Accounting Policies and Explanatory Notes Catatan Atas Laporan Keuangan.
Laporan keuangan bank syariah ternyata tidak sama dengan laporan bank konvensional sebagaimana telah disebutkan dalam PSAK No. 31 Revisi 2000.
Dalam PSAK No. 59 Revisi 2003 tentang Akuntansi Perbankan Syariah
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
dijelaskan pada paragraf 152 bahwa bank syariah yang beroperasi di Indonesia disaranakan menyusun laporan keuangannya secara lengkap yang terdiri dari:
Neraca,
Laporan Laba Rugi,
Laporan Arus Kas,
Laporan Perubahan Ekuitas,
Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dasa Zakat, Infaq, dan Shadaqah,
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan, dan
Catatan Atas Laporan Keuangan.
Investasi terikat merupakan investasi yang berasal dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank sebagai manajer investasi
berdasarkan mudharabah muqayyadah atau sebagai agen investasi. Investasi terikat bukan merupakan aset maupun kewajiban karena bank tidak mempunyai
hak untuk menggunakan atau mengeluarkan investasi tersebut serta bank tidak memiliki kewajiban mengembalikan atau menanggung risiko investasi.
Dalam hal bank bertindak sebagai manajer investasi dengan akad mudharabah muqayyadah, bank mendapatkan keuntungan sebesar nisbah atas
keuntungan investasi. Jika terjadi kerugian, maka bank tidak mendapat imbalan
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
apapun. Sedangkan dalam hal bank bertindak sebagai agen investasi, imbalan yang diterima adalah sebesar jumlah yang disepakati tanpa memperhatikan hasil
investasi tersebut PSAK No. 59, Revisi 2003 : paragraf 167-171 Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan merupakan
merupakan komponen utama laporan keuangan bank syariah. Penjelasan tentang Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan dapat dilihat pada PSAK
No. 59 Revisi 2003 paragraf 178-182 dan Muhammad 2005 : 233-234 yang meliputi:
a. Sumber dana qardhul hasan yang berasal dari:
1 infaq,
2 shadaqah,
3 denda,
4 pendapatan nonhalal.
b. Penggunaan dana qardhul hasan yang meliputi:
a pinjaman,
b sumbangan.
c. Kenaikan atau penurunan sumber dana qardhul hasan
d. Saldo awal dana penggunaan qardhul hasan
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
e. Saldo akhir dana penggunaan qardhul hasan.
Contoh bentuk Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Sedekah dapat dilihat pada bentuk laporan berikut ini:
Sedangkan contoh bentuk Laporan Sumber dan Penggunaan Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:
Nama Bank Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat, Infak, dan Sedekah
Untuk Tahun yang Berakhir xxxx tahun Catatan
xxxx tahun Unit Moneter
Sumber-Sumber Zakat dan Sumbangan xxx
Zakat Jatuh Tempo dari Bank xxx
Zakat Jatuh Tempo dari Para Pemilik Rekening xxx
Sumbangan xxx
Total Sumber Zakat xxx
Penggunaan Zakat dan Sumbangan xxx
Zakat Untuk Fakir Miskin xxx
Zakat Untuk Ibnu Sabil xxx
Zakat Untuk Gharimin dan Membebaskan Budak xxx
Zakat Untuk Muallaf xxx
Zakat Untuk Fisabilillah xxx
Zakat Untuk Amil Zakat Biaya Adm dan Umum xxx
Total Penggunaan Dana xxx
Kenaikan Penurunan Sumber - Sumber Terhadap Penggunaan xxx
Zakat dan Sumbangan yang Belum Dibagikan Pada Awal Tahun xxx
Zakat dan Sumbangan yang Belum Dibagikan Pada Akhir Tahun xxx
Gambar 2.3 Contoh Laporan Sumber dan Penggunaan Dana
Zakat, infak dan Sedekah
Sumber: Arifin dalam Muhammad 2005 : 244 dengan modifikasi
Dina Rizkiah Hutasuhut : Pengaruh FDR, BOPO Dan NPF Terhadap Profitabilitas ROE Perbankan Syariah Di Indonesia, 2010.
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Qardhul Hasan Untuk Tahun yang Berakhir xxxx Tahun
Uraian Cat
xxxx Tahun
Saldo Awal Pinjaman Kebajikan xxx
Sumber - Sumber Dana Qardhul Hasan xxx
Alokasi dari Rekening Koran xxx
Alokasi dari Pendapatan yang Dilarang Syariah xxx
Sumber di Luar Bank xxx
Total Sumber Dana Selama Tahun ini xxx
Penggunaan Qardhul Hasan xxx
Pinjaman Kepada Para Pelajar xxx
Pinjaman Kepada Para Pengrajin xxx
Penyelesaian Rekening Koran xxx
Total Penggunaan Dana Selama Tahun ini xxx
Saldo Akhir Tahun Pinjaman Kebajikan xxx
Dana Tersedia Untuk Pinjaman xxx
B. Penilaian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan suatu entitas dapat diukur melalui analisis laporan keuangan yang diimplementasikan pada penggunaan elemen – elemen laporan
keuangan untuk membentuk rasio keuangan kunci agar dapat menilai kondisi kesehatan keuangan perusahaan Garrison Noreen, alih bahasa Budisantoso,
2004 : 780. Metode – metode lain yang dapat digunakan sebagai penilaian kinerja perusahaan adalah analisis common-size, studi diferensiasi komponen
Gambar 2.4 Contoh Laporan Sumber dan Penggunaan Qardhul
Hasan
Sumber: Arifin dalam Muhammad 2005 : 245 dengan modifikasi