Pengaruh NPF,FDR,profitabilitas dan jumlah pembiayaan terhadap praktik peralatan laba pada perbankan syariah di Indonesia

(1)

(2)

DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum

Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh:

ASSY SHELLA NIM : 1111046100091

Di Bawah Bimbingan:

Pembimbing I Pembimbing II

Supriyono S.E., M.M. Dra. Hj. Nuriyah Thahir, M.M. NIP : 19650550 620021 2 002

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

i

Assy Shella. 1111046100091. Pengaruh NPF, FDR, Profitabilitas dan Jumlah Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia. Muamalat, Sharia and Law, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, 97 pages.

Many researches in financial area had paid much attention about income smoothing. These matters could be occurred because income is one of important’s parameters that can show company’s performance. Income smoothing behavior exists because there was conflict between they are who has interest with company’s financial information especially earnings information.

The study sample were listed in Bank Indonesia. The data using are quarter and month time series data from 2011-2013. The data published by Otoritas Jasa Keuangan in Islamic Banking quarterly and monthly financial reports. The method of analysis used in this study is Logistic Regression. This research is using Eckel Index to determine company with income smoothing or not.

The result indicate that independent variable Non Performing Financing (NPF), Financing Deposit Ratio (FDR), Profitability (Net Operation Margin), and Total Financing concluded were variable silmutaneous or have influence together income smoothing on Islamic Banking in Indonesia. The result of this based on partially test, Profitability (Net Operation Margin) have positive significant influence to income smoothing.

Keyword : NPF, FDR, Profitability, Total Financing, Income Smoothing, Ickel Index

Dosen Pembimbing : - Supriono, S.E, M.M - Dra. Nuriyah Thahir, M.M Daftar Pustaka : Tahun 1997 – 2011


(5)

ii

Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia. Muamalat, Syariah dan Hukum, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015, 97 halaman.

Masalah perataan laba merupakan salah satu masalah yang menarik perhatian banyak peneliti dibidang keuangan. Hal ini disebabkan laba merupakan salah satu parameter untuk mengetahui kinerja suatu perusahaan. Praktik perataan laba merupakan suatu perilaku yang timbul karena adanya konflik antara mereka yang berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan terutama laporan pendapatan.

Sampel dalam penelitian ini adalah sudah terdaftar pada Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data triwulan dan bulanan dari waktu ke waktu dari tahun 2011-2013 yang telah dipublikasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan di bank syariah pada laporan keuangan triwulan dan bulanan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. Penelitian ini menggunakan indeks eckel untuk mengetahui apakah suatu perusahaan melakukan perataan laba atau tidak.

Hasilnya menunjukan bahwa variabel independen NPF, FDR, Profitabilitas dan Jumlah Pembiayaan berpengaruh secara simultan atau secara bersama-sama mempengaruhi praktik perataan laba pada bank syariah di Indonesia. Hasil test diliat secara parsial menunjukan bahwa profitabilitas (NOM) mempunyai pengaruh yang positif signifikan.

Kata Kunci : NPF, FDR, Profitabilitas, Jumlah Pembiayaan, Perataan Laba, Indeks eckel.

Dosen Pembimbing : - Supriono, S.E, M.M - Dra. Nuriyah Thahir, M.M Daftar Pustaka : Tahun 1997 – 2011


(6)

iii

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis khususnya dan seluruh umat manusia pada umumnya. Shalawat serta salam penulis curahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia dari jalan kegelapan ke jalan terang benderang.

Penulisan skripsi ini berjudul “Pengaruh NPF, FDR, NOM dan Jumlah

Pembiayaan terhadap Praktik Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia”,

ditujukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata 1 (S-1) dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis, sehingga dapat mempersembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang penulis sayangi dan semua pihak yang terkait yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Tanpa penulis lupakan bahwa keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini adalah atas berkat bimbingan, dukungan, dan saran-saran dari berbagai pihak. Tanpa partisipasi mereka, upaya penulis dalam menyelesaikan studi di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terutama dalam menyelesaikan skripsi ini tentu akan terasa lebih sulit terwujud. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang terhormat:


(7)

iv

2. Bapak H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH, selaku ketua program studi Muamalat dan Bapak H. Abdurrauf, Lc, MA, selaku sekretaris program studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Supriono, S.E., M.M. selaku dosen pembimbing pertama saya yang tiada hentinya membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini. 4. Ibu Dra. Nuriyah Thahir, M.M. selaku dosen pembimbing kedua saya yang tiada

hentinya membimbing, meluangkan waktu demi terselesaikannya skripsi ini. 5. Ayah Ibu tercinta Abdul Manaf dan Tuty Herawati yang tidak henti-hentinya

memberikan doa, dan dukungan agar terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih untuk kesabaran, nasehat dan curahan kasih sayang yang selalu diberikan kepada penulis.

6. Sahabat-sahabat kesayangan, yang selalu bersama dari semester 1 sampai akhirnya menyelesaikan skripsi ini, terimakasi untuk Chea, Hanni, Ega, Wulan, Vita dan Tisa atas kesetiaannya, waktunya, tawanya, candanya, kegilaannya, yang selalu mengisi hari-hari penulis selama masa kuliah. Semoga persahabatan kita terus berlanjut sampai tua nanti.

7. Nenek Iyah, yang selalu berdoa untuk cucu-cucunya hingga bisa melangkah sejauh ini berkat doa nenek akhirnya cucunya bisa menyelesaikan skripsi ini.


(8)

v menjadi pundak tempat berkeluh kesah.

9. Teman-teman seperjuangan Perbankan Syariah kelas C angkatan 2011, terutama yang sering sharing menegenai skripsi yaitu Dody Frans dan Andy Azhari, terimakasih buat segala kekompakan, kebersamaannya. Semoga kita semua bisa mewujudkan impian masing-masing yaaaa.

Ciputat, 27 Juli 2015


(9)

vi Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 27 Juli 2015


(10)

vii

LEMBAR PENGESAHAN ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah ... 10

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

E. Review Studi Terdahulu ... 13

F. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 15

G. Perumusan Hipotesis ... 19


(11)

viii

B. Laporan Keuangan Bank Syariah ... 23

C. Laba ... 31

D. Manajemen Laba ... 32

E. Teori Keagenan (Agency Theory) ... 38

F. Asimetri Informasi... 40

G. Perataan Laba (Income Smoothing) ... 41

H. NPF ... 44

I. FDR ... 47

J. NOM ... 50

K. Jumlah Pembiayaan (Total Financing) ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 54

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 54

B. Metode Penentuan Sampel ... 54

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data... 55

D. Definisi Variabel Operasional ... 55

E. Teknik Analisis Data ... 57

1. Metode Analisis Data ... 60

2. Pengujian Hopotesis ... 62


(12)

ix

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 67

A. Perhitungan Indeks Eckel ... 67

B. Analisis Statistik Deskriptif ... 68

C. Statistika Inferensial ... 71

1. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit) ... 71

2. Menilai Kelayakan Model Regresi ... 73

3. Model Summary (Koefisien Determinasi) ... 74

D. Pengujian Hipotesis ... 75

1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan ... 76

2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial ... 77

E. Interpretasi dan Pembahasan ... 80

F. Implikasi Penelitian ... 82

BAB V PENUTUP ... 85

A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(13)

x

1.1 Tabel Perkembangan NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan 7 2.1 Tabel Perbedaan Bank Konvensioanl dan Bank Syariah 22 2.2 Tabel Kategori NPF berdasarkan kemampuan bayar nasabah 46 2.3 Tabel Matriks Komponen Kriteria Peringkat Komponen NOM 52

4.1 Tabel Desciptive Statistics 68

4.2 Tabel Overall Model Fit 72

4.3 Tabel Hosmer and Lemeshow Test 73

4.4 Tabel Model Summary 74

4.5 Tabel Omnibus Test of Model Coefficients 76


(14)

xi

No Keterangan Halaman

1 Lampiran Hasil Tabulasi Indeks Eckel 92

2 Data NPF 93 3 Data FDR ... 93

4 Data NOM ... 93

5 Data Jumlah Pembiayaan ... 93


(15)

1 A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi dan modern saat ini, kehidupan manusia tidak terlepaskan dari peran jasa keuangan dan perbankan. Lembaga perbankan merupakan unsur pokok dari sistem pembayaran yang akan disalurkan ke masyarakat untuk suatu kegiatan-kegiatan produktif sehingga pertumbuhan ekonomi dapat terwujud. Oleh karena itu berdirilah lembaga perbankan untuk memenuhi kegiatan produktif masyarakat. Di Indonesia sendiri telah mengeluarkan Undang-Undang Republika Nomer 10 tahun 1998 yang mengatur tentang perbankan. Pada krisis tahun 1998 bank syariah terbukti dapat bertahan dari krisis tersebut dibandingkan dengan bank konvensional. Sejak saat itu bank syariah mulai bermunculan di Indonesia.

Semakin pesatnya pertumbuhan perbankan nasional menjadikan suatu ketentuan bagi pelaporan keuangan perbankan syariah tidak bisa ditunda lagi karena hal itu merupakan keharusan untuk membangun sistem perbankan yang sehat. Sistem perbankan yang sehat membutuhkan ketersediaan laporan keuangan perbankan yang berkualitas dengan tingkat transparansi yang memadai sebagai bagian penting dari good governance.1 Hal ini tentu berlaku juga pada perbankan

1

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h.101.


(16)

syariah sebagai bagian dari sistem perbankan nasional yang memegang peran strategis dalam memobilisasi sumber-sumber keuangan masyarakat dalam menggerakan sektor riil dan pembiayaan pembangunan nasional.

Dalam praktiknya, seringkali terjadi ketidaktransparan antara informasi yang dimiliki oleh pengelola/agen dengan informasi yang disampaikan kepada pemegang saham. Salah satunya adalah dalam laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan suatu cerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena didalam laporan keuangan terdapat informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan.2 Pengguna dari laporan keuangan ini seperti pemegang saham,kreditur/investor,dan pemerintah. Pihak-pihak ini yang berkepentingan dalam hal pengambilan keputusan, menghitung keuntungan yang diperoleh atas penyertaan modal dalam perusahaan tersebut, memprediksi laba yang akan diperoleh periode berikutnya. Selain itu ada pihak lain yang juga berkepentingan atas laporan keuangan yaitu masyarakat sebagai pembaca laporan keuangan yang ikut mengawasi tentang hasil kinerja operasional perusahaan yang terlihat dari laba yang dilaporkan.[

Dalam penyusunan laporan keuangan, dasar akrual dipilih karena lebih rasional dan adil dalam mencerminkan kondisi keuangan perusahaan secara riil, namun disisi lain penggunaan dasar akrual dapat memberikan keleluasan kepada pihak manajemen dalam memilih metode akuntansi selama tidak menyimpang dari

2

Widaryanti, ―Analisis Perataan Laba dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi pada

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”, Jurnal Fokus Ekonomi Vol 4 no.2 Desember 2009 h.1.


(17)

aturan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku. Jika pada suatu kondisi dimana pihak manajemen ternyata tidak berhasil mencapai target laba yang ditentukan, maka manajemen akan memanfaatkan fleksibilitas yang diperbolehkan oleh standar akuntansi dalam menyusun laporan keuangan untuk memodifikasi laba yang dilaporkan. Manajemen termotivasi untuk memperlihatkan kinerja yang baik dalam menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan sehingga manajemen cenderung memilih dan menerapkan metode akuntansi yang dapat memberikan informasi laba yang lebih baik. Tindakan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan untuk mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan tindakan seperti ini disebut earnings management.3

Perkembangan perbankan syariah pada tahun 2013 mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi hal itu mengakibatkan laju pertumbuhan perbankan syariah. Aset perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS) , Unit Usaha Syariah tercatat sebesar Rp.248 triliun pada tahun 2013 atau tumbuh 24,2% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya 34,0% (yoy). Meskipun mengalami perlambatan, laju pertumbuhan aset perbankan syariah tersebut tetap lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan aset perbankan secara nasional, sehingga pangsa perbankan syariah secara keseluruhan dengan memasukan BPRS terhadap industri perbankan nasional meningkat dari 4,61% menjadi 4,93%. Hal ini tercermin pada tren pertumbuhan dan nominal pembiayaan UUS dan BUS yang

3

Rahmawati et, al., ―Pengaruh Asimetri Informasi Terhadap Praktik Manajemen Laba pada Perusahaan Perbankan Publik yang Terdaftar di BEJ‖, makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi IX 2006, hlm. 2.


(18)

lebih tinggi sebesar Rp 188,6 triliun dari dana pihak ketiga sebesar Rp 187,2 triliun.4

Permasalahan keagenan juga terjadi pada perbankan syariah yang tumbuh pesat dewasa ini. Pertumbuhan minat masyarakat terhadap bank syariah menjadikan bank syariah mengalami peningkatan signifikan dari segi aset, pembiayaan yang disalurkan, profitabilitias dan lain-lain. Hal ini selain merupakan potensi bank syariah,namun menjad tantangan bagaimana bank syariah dapat mengelola usaha tersebut sesuai syariah. Bank syariah sebagai lembaga keuangan yang menerapkan prinsip-prinsip syariah tidak seharusnya melakukan aktivitas rekayasa dalam bentuk apapun termasuk dalam laporan keuangan.

Hal yang paling diperhatikan dalam laporan keuangan adalah laba. Hal ini dikarenakan laba mewakili informasi yang dimiliki oleh bank seperti prestasi dan kinerja,pedoman kebijakan investasi dan peramalan laba dimasa yang akan datang.5 Karena peran laporan keuangan yang sangat penting dalam keputusan,seringkali perusahaan melakukan windows dressing atau manajemen dan pengelolaan atas laporan keuangan dan laba sehingga perusahaan nampak bagus secara finansial. Hal inilah yang kemudian disebut dengan manajemen laba. Fleksibilitas manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba dapat dikurangi dengan menyediakan informasi yang lebih berkualitas bagi pihak luar perusahaan. Kualitas laporan keuangan akan mencerminkan tingkat manajemen laba.

4

Otoritas Jasa Keuangan, Laporan Keuangan Bank Syariah tahun 2013, hlm 2.

5


(19)

Ada empat pola manajemen laba yang dapat dilakukan yaitu, taking a bath,

income minimization, income maximization dan income smoothing. Salah satu tindakan pola manajemen laba yang sedang dilakukan bank syariah saat ini adalah

Income Smoothing (Perataan Laba). Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan.6 Bank syariah rentan menghadapi risiko DCR dikarenakan ketatnya persaingan antara bank syariah dengan bank konvensional. Bank syariah harus memberikan imbal hasil yang kompetitif terhadap nasabahnya jika tidak ingin terjadi risiko perpindahan dana (Displaced Commersial Risk). Bank memerlukan Dana Pihak Ketiga yang disimpan lama untuk dikelola dan untuk disalurkan pada pembiayaan. Ketika terjadi resiko DCR akan terjadi penarikan besar-besaran dan itu akan menganggu likuiditas Bank Syariah. Untuk menjaga stabilitas pihak bank menawarkan cara tertentu salah satunya dengan perataan laba.

Dalam perbankan, konsep perataan laba lebih dikenal dengan istilah

dynamic provisioning yang merupakan penyangga yang digunakan bank dalam mengatasi masa-masa sulitnya dengan menciptakan pada masa-masa baiknya. Keberadaan hal ini meningkatkan daya tahan perbankan. baik individu maupun secara keseluruhan,meskipun tidak ada jaminan bahwa bank-bank tersebut dapat

6

Dedhy,Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntasi, h. 43. Jakarta : Salemba Empat, 2011.


(20)

mengatasi permasalahan kreditnya. Sebenarnya dynamic provisioning dapat dijadikan instrument kebijakan prudential banking yang sangat tepat bagi negara-negara berkembang. Apalagi jika terdapat ketidakstabilan ekonomi yang tinggi dan besarnya peran perbankan dalam intermediasi keuangan. Syaratnya dynamic provisioning harus dikelola secara transparansi untuk menghindari manajemen laba tersebut.

Tindakan perataan laba ini menyebabkan pengungkapan informasi mengenai penghasilan bersih atau laba menjadi menyesatkan sehingga akan menyebabkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yaitu khususnya pihak-pihak eksternal. Berdasarkan kenyataan yang ada, seringkali pengguna laporan keuangan hanya berfokus pada informasi laba tanpa memperhatikan bagaimana laba tersebut dihasilkan. Hal ini mendorong manajemen perusahaan untuk melakukan manipulasi laba.

Sedangkan kebijakan mengenai aturan income smoothing telah diatur melalui fatwa DSN nomer 87/DSN-MUI/XII/2012 untuk semua lembaga keuangan syariah. Perbankan syariah boleh menerapkan income smoothing tetapi harus mengikuti ketentuan yang diatur melalui fatwa ini. Metode perataan laba boleh dilaksanakan jika lembaga keuangan syariah diduga dalam kondisi yang diduga kuat berpotensi menimbulkan risiko penarikan dana nasabah akibat tingkat


(21)

imbalan yang tidak kompetitif.7 Seharusnya dalam melakukan perataan laba bank syariah bisa memperlihatkan kondisi keuangan secara transparan. Karena dengan melakukan perataan laba ini maka bank syariah bisa menaikan labanya pada periode tertentu.

1.1 Tabel Perkembangan NPF, FDR , NOM dan Jumlah Pembiayaan

Tahun NPF FDR NOM Jumlah Pembiayaan

2011 2,9 % 84% 3,5% 11.573.375

2012 2,3% 90% 3,2% 16.004.307

2013 2,7% 95% 3,1% 21.737.049

Sumber : Data diolah

Tabel 1.1 menunjukan perkembangan NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan selama periode 2011-2013. Pada kolom pertama yaitu pada kolom NPF pada periode 2011 ke 2012 terjadi penurunan tersebut menurunkan risiko pembiayaan yang ditanggung Bank Umum Syariah juga menurun. Lalu pada tahun 2013 terjadi kenaikan risiko, kenaikan risiko juga akan membuat bank menjadi lebih hati-hati terhadap laba yang akan dilaporkan oleh karena itu bank akan cenderung melakukan perataan laba. Pada kolom kedua terlihat tabel FDR, tahun 2011 sampai 2013 terjadi kenaikan hal itu menunjukan tingkat likuiditas bank syariah masih belum memenuhi likuiditasnya dengan baik karena batas yang ditentukan oleh Bank Indonesia adalah sebesar 100%. Dengan tingkat likudititas yang masih kurang mengharuskan bank syariah untuk memenuhi kebutuhan likuiditasnya secara maksimal.

7 Fatwa DSN MUI nomer 87/DSN-MUI/XII/2012 tentang Metode Perataan Pengghasilan


(22)

Pada kolom NOM pada tahun 2011 sampai dengan 2012 terjadi penurunan tingkat pendapatan operasional yang diterima Bank Umum Syariah dan pada tahun 2013 juga terlihat terjadi penurunan. Bank Umum Syariah Cenderung melakukan perataan laba pada pos-pos pendapatan operasionalnya agar mencapai target laba yang diharapkan. Kolom ke 4 menunjukan pada periode 2011-2013 terjadi peningkatan jumlah pembiayaan yang disalurkan hal itu akan membuat laba yang diterima bank syariah juga akan meningkat juga. Oleh karena itu Bank Umum Syariah akan cenderung membentuk cadangan dari pendapatan yang diterima dari pembiayaan yang disalurkan.

Pada perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai pola praktik manajemen laba. Hal ini karena perbankan syariah memiliki karakteristik yang unik dibanding perusahaan lain. Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-prinsip islami yang menggunakan mekanisme pembagian risiko diantara para investor. Kedua regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak membatasi penggunaan dynamic provisioning,sehingga bank syariah memiliki kecendrungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian.8

Fenomena dan penelitian tersebut sangat menarik untuk diteliti, untuk itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui adanya indikasi praktik Perataan Laba di Perbankan Syariah Indonesia. Oleh karena itu,maka penyusun

8

Wilson RI Tobing,et al., ‗‘Perataan Laba Melalui Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) Sektor Perbankan‖ Jurnal Akuntabilitas Vol 9:1 (September 2009) , hlm. 50.


(23)

bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul ―PENGARUH NPF, FDR, PROFITABILITAS, JUMLAH PEMBIAYAAN, TERHADAP PRAKTIK PERATAAN LABA PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA.

B. Identikasi Masalah

Pada perbankan syariah, masih sedikit penelitian yang dilakukan mengenai praktik perataan laba. Hal ini karena perbankan syariah memiliki karakteristik yang unik dibanding perusahaan lain. Pertama, bank syariah diatur dengan prinsip-prinsip islami yang menggunakan mekanisme pembagian risiko diantara para investor. Kedua, regulasi yang berhubungan dengan akuntansi syariah tidak membatasi penggunaan dynamic provisioning, sehingga bank syariah memiliki kecendrungan untuk membentuk penyisihan kerugian untuk menyerap kerugian dimasa depan.

Oleh karena itu, perataan laba (income smoothing) sering dinyatakan apakah boleh atau tidak. Ada yang berpendapat bahwa income smoothing bukanlah suatu masalah dalam laporan keuangan karena memperbaiki kemampuan laba untuk mencerminkan nilai ekonomi suatu perusahaan dan dinilai oleh pasar tidak efesien. Disisi lain, perataan laba diangap tindakan yang harus dicegah. Oleh karena itu ada kecendrungan bank syariah tidak memperhitungkan labanya pada saat melakukan praktik perataan laba ini. Sebab metode yang sering digunakan adalah Acrual Basis hal itu harus dilakukan karena dengan menggunakan metode ini menghilangkan kemudharatan dan menarik manfaat karena pencatatan terjadi


(24)

saat transaksi dilakukan. Dan praktik perataan laba ini sulit dideteksi untuk itu peneliti akan melakukan perhitungan apakah di Bank Syariah terjadi Perataan Laba atau tidak.

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas, peneliti membatasi permasalahan yang akan diteliti pada aspek yang dianalisis agar tidak keluar dari pembahasan. Karena perataan labamerupakan bagian dari manajemen laba maka peneliti ingin membatasi pada bagian pola manajemen laba itu sendiri yaitu pola perataan laba salah satu pola manajemen laba yang dilakukan oleh bank syariah.

Sedangkan ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi oleh 4 variabel dengan mengabaikan faktor-faktor lain variabel yang digunakan yaitu NPF, FDR, Profitabilitas yang diukur oleh NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing) untuk melihat adanya indikasi praktek perataan laba (Income Smoothing) yang diukur melalui Indeks Eckel. Penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut : 1. Ruang lingkup penelitian ini hanya menguji dan menganalisis faktor-faktor

yang dianggap dapat mempengaruhi pola praktek manajemen laba di Bank Umum Syariah di Indonesia.

2. Penelitian ini hanya menggunakan data yang berasal dari laporan keuangan triwuan periode 2011-2013. Karena peneliti ingin menganalisis apakah terjadi praktik perataan laba berdasarkan laporan triwulan beberapa tahun terakhir yang telah dipublikasikan oleh bank syariah.


(25)

3. Objek data yang digunakan dalam penelitian ini hanya 6 Bank Umum Syariah (BUS).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut ini :

1. Apakah Bank Syariah melakukan Praktik Perataan Laba (Income Smoothing) 2. Apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing)

berpengaruh secara simultan terhadap praktik perataan laba?

3. Apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing) berpengaruh secara parsial terhadap praktik perataan laba?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk menjawab isu terkait yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi salah satu pola dari bagian manajemen laba yaitu perataan laba. Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah di Bank Syariah terjadi pola praktik perataan laba (Income Smoothing).

2. Untuk mengetahui apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing) berpengaruh jika diuji secara simultan terhadap praktik perataan laba.


(26)

3. Untuk mengetahui apakah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan (Total Financing) berpengaruh jika diuji secara parsial terhadap praktik perataan laba.

b. Manfaat Penelitian

1. Bagi pembaca dapat memperluas pemahaman dan pengetahuan tentang perataan laba pada Perbankan Syariah di Indonesia dan melihat secara lebih detail faktor-faktor yang mempunyai pengaruh terhadap praktik perataan laba.

2. Bagi kalangan akademisi dapat menjadi refrensi untuk keperluan studi dan penelitian selanjutnya tentang perataan laba pada perbankan syariah di Indonesia.

3. Bagi perusahaan dan regulator perbankan syariah penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan untuk perbaikan regulasi sistem perbankan syariah di Indonesia. Dengan regulasi dibolehkannya praktik perataan laba pada fatwa DSN Nomor 87/DSN-MUI/XII/2012 hal itu membuat laporan secara transparan pada Laporan Keuangan terutama pada laporan laba.

E. Review Studi Terdahulu

Review studi terdahulu penelitian mengenai praktik income smoothing

(perataan laba) dengan menggunakan perhitungan indeks Eckel sudah pernah dilakukan oleh penelitan sebelumnya tidak hanya perusahaan manufaktur saja


(27)

melainkan juga institusi keuangan yaitu bank. Berikut beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang terangkum dibawah ini. Hal ini juga sekaligus pembeda antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga menjadi jelas bagaimana posisi penelitian ini.

No Penulis, Judul, Instansi Isi Perbedaan

1. Nana Yuliani, Pengaruh Non Performing Financing, Profitabilitas, Ukuran

Perusahaann, PPAP, dan Financial Leverage terhadap praktik perataan laba Perbankan Syariah di

Indonesia periode 2010-2012 (skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga 2012.

Pada skripsi ini dipaparkan secara luas apakah di Bank Umum Syariah terjadi perataan laba dengan objek 4 Bank Umum Syariah. Tujuan dari peneliti ini adalah untuk menganalisis pengaruh NPF, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, PPAP, dan

Financial Leverage. Dengan memakai metode indeks eckel

untuk mengukur perataan laba yang dilakukan. Teknik yang digunakan adalah regresi logistik.

Dalam skripsi ini variabel yang digunakan adalah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan. Periode yang digunakan adalah tahun 2011-2013. objek yang

digunakan 6 Bank Umum Syariah. dengan melihat laporan keuangan yang telah dipublikasikan bank syariah.

2. Rizky Syahfandi, Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba PPAP (Praktik Manajemen Laba Perbankan Syariah di Indonesia) skripsi. Universitas Diponegoro 2012.

Pada skripsi ini faktor-faktor yang digunakan dalam penelitian ini adalah PPAP, total

financing, Non Performing

Dalam skripsi ini variabel yang digunakan adalah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan. Periode yang


(28)

Financing. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bank

Syariah dan BPD syariah di

Indonesia. Dengan menggunakan

indeks eckel. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda.

digunakan adalah tahun 2011-2013. objek yang

digunakan 6 Bank Umum Syariah. dengan melihat laporan keuangan yang telah dipublikasikan bank syariah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik. 3. Yogi Subhekti, Faktor-faktor yang

mempengaruhi perataan laba (Income Smoothing) dan bukan pertaan laba (non-income

smoothing) studi pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002-2006. Tesis. Universitas Sebelas Maret 2008.

Tujuan penelitian ubu adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi praktik perataan laba pada perusahaan manufaktur dan sektor lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalag Ukuran Perusahaan, profitabilitas,

Financial Leverage, dummy sektor industri dan status

winner/losser stock. Indeks eckel juga digunakan dalam penelitian ini. Dengan teknik regresi logistik.

Dalam skripsi ini variabel yang digunakan adalah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan. Periode yang digunakan adalah tahun 2011-2013. objek yang

digunakan 6 Bank Umum Syariah. dengan melihat laporan keuangan yang telah dipublikasikan bank syariah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.


(29)

4. I Nyoman Ari Widana, Perataan Laba serta Faktor-Faktor yang mempengaruhinya di Bursa Efek Indonesia. E- Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 2013.

Fokus pada

penelitian ini adalah ingin melihat faktor-faktor yang diduga berpengaruh pada tindak

perataan laba di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007-2011. Sampel yang digunakan adalah Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan variabel ukuran perusahaan, profitabilitas, dividend payout ratio, net profit margin dan

financial leverage. Dengan

menggunakan indeks eckel dan teknik regresi logistik.

Dalam skripsi ini variabel yang digunakan adalah NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan. Periode yang digunakan adalah tahun 2011-2013. objek yang

digunakan 6 Bank Umum Syariah. dengan melihat laporan keuangan yang telah dipublikasikan bank syariah. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik.

F. Kerangka Pemikiran Penelitian

Salah satu pola atau tindakan manajemen atas laba yang kerap dilakukan yaitu income smoothing (Perataan Laba). Income smoothing adalah cara pengurangan dalam variabilitas laba selama sejumlah periode tertentu atau dalam


(30)

satu periode yang mengarah tingkat atas laba yang dilaporkan9. Dalam hal ini perataan laba menunjukan suatu usaha manajemen perusahaan untuk megurangi batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. Perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatu sarana yang digunakan manajamen untuk mengurangi variabilitas urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu atau transaksi riil.

Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perataan laba merupakan hal yang menjadi fenomena perusahaan. Perataan laba merupakan salah satu strategi dalam earning management, untuk itu perlu kecermatan dalam pemilihan metode akuntansi dalam rangka melakukan perataan laba. Beberapa strategi yang dapat dilakukan antara lain : (1) Increasing Income yaitu dengan mempercepat pendapatan,menunda biata,memindahkan biaya denga periode lain. (2) big taking a bath adalah manajemen menghapus asset-aset yang kurang produktif dan melaporkan biaya-biaya masa datang ke periode sekarang sehingga laba yang dilaporakan periode sekarang laba yang dilaporkan tampak kecil atau bahkan minus cara clear the desk ini biasanya dilakukan ketika perusahaan mengalami krisis reorganisasi, termasuk pergantian manajer puncaknya yang dilakukan saat perusahaan mengalami kemunduran kinerja atau pada saat peristiwa luar biasa (3) income smoothing, yaitu dengan sengaja menurunkan atau meningkatkan laba untuk mengurangi gejolak dalam

9

Assih,Prihat dan Gudono ‗‘Hubungan tindakan perataan laba dengan reaksi pasar atas pengumuman informasi laba perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta‘‘. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, No.3,h 17-34.


(31)

pelaporan laba,sehingga perusahaan terlihat stabil. Sapo Sugiharto menjelaskan beberapa faktor yang mendukung perataan laba oleh manajemen antara lain : kompensasi bonus,kontrak hutangfaktor politik,pengurangan pajak10.

Perataan laba riil menunjukan tindakan manajemen yang berusaha utnuk mengendalikan peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba diperusahaan dimasa yang akan datang..Perataan laba riil mempengaruhi aliran kas. Sebagai contoh suatu perusahaan dapat memilih proyek permodalan berdasarkan kovariannya dengan serangkaian laba yang diharapkan. Sedangkan perataan laba artifisial menunjukan usaha manipulasi yang dilakukan oleh manajemen untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan oleh manajemen untuk meratakan laba. Manipulasi yang dilakukan tidak menunjukan peristiwa ekonomi yang mendasar atau mempengaruhi aliran kastetapi menggeser biaya atau pendapatan dari satu periode ke periode yang lain. Sebagai contoh suatu perusahaan dapat secara sederhana meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dengan cara mengubah asumsi aktuarialnya.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi terjadinya tindak perataan laba pada perusahaan perbankan syariah. Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba dapat dilihat dari bagan berikut :

10E.M Nasser, dan Herlina. 2003. ―Pengaruh Size, Profitabilitas, dan Leverage terhadap


(32)

Gambar 1.1 Alur Kerangka Pemikiran/Flow Chart

INTERPRETASI REGRESI LOGISTIK :

- Uji Overall Model Fit - Uji Goodness of Fit

- Model Summary - Omnibus Test of Model

Coefficients - Variabel in The Equation

NPF FDR NOM Jumlah Pembiayaan

Laporan Keuangan Bank Syariah

Perataan Laba (Income Smoothing)

Indeks Eckel


(33)

G. Perumusan Hipotesis

Proposisi sebagai sebuah pernyataan mengenai konsep yang mungkin dipertimbangkan sebagai benar atau salah jika itu mengacu kepada fenomena yang dapat diamati. Ketika proposisi diformulasikan untuk pengujian empiris, hal ini disebut hipotesis.11

Dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan penelitian terdahulu tentang tema yang terkait dengan skripsi ini, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut.

Ho : NPF, FDR, NOM, Jumlah Pembiayaan tidak berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba

H1 = NPF berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba H2 = FDR berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba H3 = NOM berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba

H4 = Jumlah Pembiayaan (Total Financing) berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba

H5 = NPF, FDR, NOM dan Jumlah Pembiayaan berpengaruh signifikan terhadap praktik perataan laba.

11

Nur Indriantoro dan Bambang Supomo, Metodologi Penelitian Bisnis (Yogyakarta : BPFE 2002 ), h. 72.


(34)

H. Sistematika Penulisan

Berdasarkan Pedoman Penulisan Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab I merupakan pendahuluan yang berisi penjelasan yang erat sekali hubungannya dengan masalah yang akan dibahas dalam bab-bab. Penjelasan-penjelasan tersebut meliputi : latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, kerangka pemikiran penelitian, perumusan hipotesis dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II menyajikan kajian kepustakaan yaitu membahas tentang landasan atau kerangka teori yang dapat membantu penulis berpikir kritis dan analitis saat memahami dan menafsirkan data serta review studi terdahulu yang dapat menghindarkan dari tuduhan duplikasi dan penjiplakan (plagiat).

BAB III METODE PENELITIAN

Bab III menyajikan data penelitian, berupa deskripsi data berkenaan dengan variabel yang diteliti secara objektif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV merupakan analisis terhadap data penelitian yang ada dideskripsikan guna menjawab masalah penelitian, dan implikasi penelitian.


(35)

BAB V PENUTUP

Bab V berisi kesimpulan dan saran yang ditarik dari uraian yang telah ditulis terdahulu dan bertalian erat dengan pokok masalah.


(36)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Bank Syariah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Dengan kata lain,bank islam (bank syariah) adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.12

Tabel 2.1

Perbandingan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

BANK ISLAM BANK KONVENSIONAL 1. Melakukan investasi-investasi

yang halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil,

1. Investasi yang halal dan haram. 2. Memakai perangkat bunga. 3. Profit Oriented.

12

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMP YKPN,2005),h.1


(37)

jual beli atau sewa.

3. Profit dan Falah Oriented.

4. Hubungan nasabah dalam bentuk kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai fatwa Dewan Pengawas Syariah.

4. Hubungan nasabah dalam bentuk debitur dan kreditur.

5. Tidak tedapat dewan sejenis.

Sumber : Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori Ke Praktik, 2001. B. Laporan Keuangan Bank Syariah

1. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah organisasi. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan hasil proses akuntansi yang dimaksudkan sebagai sarana mengkomunikasikan informasi keuangan terutama kepada pihak eksternal.

Laporan keuangan merupakan produk atau hasil akhir dari suatu proses akuntansi. laporan keuangan inilah yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan atau sebagai laporan pertanggungjawaban manajemen atas pengelolaan perusahaan.13

13


(38)

2. Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi, menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Beberapa tujuan lannya adalah :14

a. Meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah dalam semua transaksi dan kegiatan usaha

b. Informasi kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah serta informasi aset, kewajiban, pendapatan dan beban yang tidak sesuai dengan prinsip syariah bila ada dan bagaimana perolehan dan penggunaannya. c. Informasi untuk membantu mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab

entitas syariah terhadap amanah dalam mengamankan dana, menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak.

d. Informasi mengenai tingkat keuntungan investasi yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer, dan informasi mengenai pemenuhan kewajiban fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq, sedekah dan waqaf.

14

Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2011) h. 95


(39)

Adapun manfaat laporan keuangan adalah :15

a. Bagi pemilik perusahaan dapat menilai sukses tidaknya manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manajer biasanya diukur dari laba yang diperoleh perusahaan.

b. Bagi pihak manajemen berguna untuk menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem pengawasan dan menentukan kebijakan yang lebih tepat.

c. Bagi investor dapat mengetahui prospek keuntungan di masa mendatang dan perkembangan perusahaan di masa selanjutnya, mengetahui jaminan investasi dan mengetahui kondisi kinerja atau kondisi keuangan jangka pendek perusahaan tersebut

d. Bagi kreditur dapat mengetahui penentuan kebijaksanaan penanaman modal, apakah perusahaan mempunyai prospek yang cukup baik dan akan diperoleh keuntung (rate of return) yang cukup baik

e. Bagi pemerintah untuk mengetahui besarnya pajak yang harus ditanggung oleh perusahaan.

Laporan keuangan menjadi penting karena memberikan input informasi yang bisa dipakai untuk mengambil keputusan. Banyak pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan, mulai dari investor atau calon investor,pihak pemberi dana maupun calon pemberi dana,sampai dengan

15


(40)

manajemen perusahaan itu sendiri. Berikut ini pos-pos yang ada dalam laporan keuangan perbankan syariah adalah sebagai berikut :16

- Laporan Posisi Keuangan/Neraca

Laporan posisi keuangan mencerminkan sumber dana dan pengelolaan dana atau menggambarkan hak dan kewajiban dari perbankan syariah. Oleh karena karakteristik bank syariah berbeda dengan bank konvensional dimana lembaga keuangan syariah tidak membedakan dengan jelas pada sektor keuangan atau sektor riil, maka beberapa akun dalam laporan posisi keuangan bank syariah menunjukan karakteristik tersebut. akun-akun pokok yang ada pada laporan posisi keuangan (neraca) dapat digambarkan sebagai berikut :

Neraca,minimal mencakup pos-pos berikut : a. Posisi Aktiva (Aset)

Yaitu kekayaan bank yang berbentuk benda berwujud atau tidak berwujud yang diperoleh melalui utang dan atau modal sendiri. Lembaga keuangan seperti bank mempunyai karakteristik khusus karena asetnya ada yang berbentuk penyaluran dana (pembiayaan).

Contohnya : Kas dan Setara Kas, Penempatan pada Bank Indonesia,Giro pada Bank Lain, Penempatan pada bank lain,Efek-Efek atau Surat Berharga Syariah,Piutang Usaha dan Piutang lainnya,Investasi,Pinjaman Qard,

16 Dwi Nur‘aini Ihsan, Analisis Laporan Keua

ngan Perbankan Syariah, (Jakarta : UIN Jakarta Press,2013). h.29


(41)

Persediaan, Aset yang diperoleh untuk Ijarah, Aset Istishna dalam penyelesaian (setelah dikurangi termin istishna, Penyertaan pada Entitas Lain, Aset tetap dan Akumulasi Penyusutan,dan Aset lain-lain.

b. Posisi Kewajiban

Yaitu kemungkinan pengorbanan manfaat ekonomi masa depan dengan adanya keharusan bank saat periode berjalan untuk mentransfer aktiva atau menyediakan jasa kepada entitas lainnya dimasa depan sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu atau hak para kreditur atas kekayaan bank yang berasal dari dana masyarakat,dana pinjaman dari pihak ketiga bukan bank dan sumber dana lain yang sesuai syariah.

Contohnya : Kewajiban Segera, Bagi hasil yang belum dibagikan, Kewajiban kepada Bank Indonesia, Kewajiban kepada bank lain,Simpanan Wadiah, Simpanan bank lain,Kewajiban lain,Pembiayaan yang dterima, Hutang Pajak,Estimasi kerugian dan komitmen kontinjensi,Pinjaman Subordinasi, Dana Syirkah Temporer dari bukan bank dan bank,Ekuitas.

- Laporan Kinerja (Laba Rugi)

Laporan kinerja atau laporan laba rugi bank syariah ini menunjukan kinerja yang telah dicapai oleh bank syariah. Bank syariah memiliki kegiatan usaha yang lebih luas dari bank konvensional sehingga dalam laporan kinerja ini juga dapat menggambarkan hasil usaha yang diperoleh bank syariah. Beberapa unsur laporan laba rugi yang ada dalam laporan laba rugi bank syariah adalah :


(42)

1. Pendapatan Operasi Utama

Pendapatan usaha utama bank syariah ini bukan seluruhnya pendapatan bank syariah, tetapi merupakan pendapatan milik bersama antara bank syariah dan pemilik dana (shahibul maal) yang diperoleh dari pengelolaan dana yang dilakukan oleh bank syariah. Oleh karena itu bank syariah hendaknya menjaga amanah ini dan tidak diperkenankan untuk digabung dengan pendapatan milik bank syariah sendiri. Pendapatan operasi utama terdiri dari pendapatan dari transaksi jual beli,pendapatan dari sewa,pendapatan bagi hasil, dan pendapatan operasi utama lainnya. Pendapatan operasi utama ini dipisahkan supaya dapat memberikan informasi kepada pemakaian laporan keuangan atas pendapatan utama operasional bank syariah dan akan dikaitkan dengan bagi hasil yang telah diberikan oleh bank syariah.

2. Hak Pihak Ketiga Atas Bagi Hasil Investasi Tidak Terikat (Dana Syirkah Temporer)

Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer merupakan bagian bagi hasil milik pihak ketiga yang didasarkan pada prinsip mudharabah mutlaqah atas hasil pengelolaan dana mereka oleh Bank dengan menggunakan sistem revenue sharing. Tidak dikategorikan sebagai beban bank syariah karena besarnya sangat tergantung pada pendapatan operasi utama bank syariah, besarnya sebanding dengan pendapatan operasi utama,besarnya tidak tetap.


(43)

3. Pendapatan Operasi Lainnya

Unsur ini untuk menampung pendapatan operasi utama lainnya,yang merupakan milik bank syariah sepenuhnya (tidak dibagi hasilkan). Seperti pendapatan atas fee mudharabah muqqayadah, fee wakalah, fee kafalah dan pendapatan atas layanan berdasarkan imbalan lainnya.

4. Beban-beban

Beban-beban ini adalah semua beban yang menjadi tanggugan bank sebagai mudharib sebagaimana layaknya bank. Seperti beban tenaga kerja,beban umum dan administrasi dan beban operasi lainnya.

5. Pendapatan Non Operasi Terdiri dari :

a.Keuntungan pelepasa aktiva tetap b.Pendapatan hibah

c.Pendapatan lainnya 6. Beban Non Operasi

Terdiri dari :

a.Kerugian pelepasan aktiva tetap b.Beban lainnya

7. Zakat adalah pengeluaran zakat bank selama satu periode akuntansi

8. Pajak Penghasilan adalah taksiran pajak penghasilan yang harus dibayarkan bank selama satu periode akuntansi yang meliputi pajak kini,tangguhan dan pajak penghasilan.


(44)

9. Laba adalah keuntungan yang diperoleh bank selama satu atau periode akuntansi. Laba mencakup laba bersih dan laba bersih per saham dasar atau

earning per share. Laba bersih yaitu keuntungan bank setelah dikurangi semua biaya dan pajak. Laba bersih per saham dasar adalah hak perlembar atas laba bersih bank.

- Laporan Arus Kas

Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukan penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas pada bank selama periode tertentu yang dikelompokan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

- Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan ekuitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama periode pelaporan.

- Laporan Perubahan Dana Investasi Terikat

Investasi terikat adalah investasi yang bersumber dari pemilik dana investasi terikat dan sejenisnya yang dikelola oleh bank syariah sebagai agen investasi.17

- Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil

Bank syariah menyajikann Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi hasil yang merupakan rekonsiliasi pendapatan bank syariah, yang menggunakan dasar akrual (accrual basic),dan pendapatan yang

17


(45)

dibagihasilkan kepada pemilik,dana yang menggunakan dasar kas (cash basis). Perbedaan dasar pengakuan tersebut mengharuskan bank syariah menyajikan Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil sebagian bagian komponen utama laporan keuangannya.

- Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

Laporan sumber dan penggunaan ZIS merupakan laporan yang menunjukan sumber dan penggunaan dana selama suatu jangka waktu tertentu,serta saldo ZIS pada tanggal tertentu.

- Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

Laporan ini berisi informasi penerimaan dana kebajikan dari beberapa komponen yang mungkin diterima oleh bank syariah seperti infaq, shodaqoh, hasil pengelolaan dana wakaf.

C. Laba

Bagi perusahaan yang bertujuan untuk mencari keuntungan laba merupakan hal penting sekaligus menjadi tujuan pokok pendirian perusahaan. Untuk dapat mencapai laba yang diharapkan diperlukan perhatian yang cermat terdapat pendapatan dan biaya sebagai unsur-unsur laba. Dan juga dibutuhkan pengukuran yang wajar atas keduanya agar dapat diperoleh perhitungan-perhitungan laba yang tetap setiap periode.


(46)

Pada dasarnya laba merupakan kelebihan pendapatan atas biaya yang terjadi selama satu periode akuntansi. semua perhitungan ini akan terlihat dalam laporan keuangan.

Dilihat dari segi penghasilannya laba dapat dibagi kedalam dua bagian yaitu : a. Laba yang sudah di realisasikan yaitu laba yang sudah bias diakui yang

terjadi karena adanya transaksi penjualan.

b. Laba yang belum di realisasikan yaitu laba yang terjadi karena peningkatan kekayaan, sebagai akibat dari kenaikan aktiva dan belum terjadi transaksi penjualan.

Menurut Syofyan Syarif laba didefinisikan sebagai berikut : ―Perbedaan revenue yang di realisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu

diharapkan dengan biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut‖.18

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan suatu kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak diterima oleh perusahaan,karena perusahaan tersebut telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan pihak lain pada jangka waktu tertentu.

D. Manajemen Laba

Ada alasan mendasar mengapa manajer melakukan manajemen laba. Harga pasar saham suatu perusahaan secara signifikan dipengaruhi oleh laba, risiko dan spekulasi. Oleh sebab itu perusahaan yang labanya selalu mengalami

18

Sofyan Syarif, Teori Akuntansi, (Jakarta : Lembaga Pengembangan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE Usakti,1999), h. 147.


(47)

kenaikan dari periode ke periode secara konsisten akan mengakibatkan risiko perusahaan ini mengalami penurunan lebih besar dibandingkan prosentase kenaikan laba. Hal inilah yang mengakibatkan banyak perusahaan yang melakukan pengelolaan dan pengaturan laba sebagai salah satu upaya untuk mengurangi risiko.

Secara logika hal itu bisa dipahami karena manusia merupakan pribaadi yang cenderung menghindari risiko (risk adverse) yang selalu berusaha mengeliminasi atau meminimalkan kerugian yang mungkin akan dialaminya,walaupun upaya yang dilakukannya mungkin merugikan pihak lain.

Secara umum ada beberapa definisi yang berbeda satu dengan yang lainyaitu definisi manajemen laba yang diciptakan oleh Davidson, Stickney,dan Weil (1987), Schipper (1989), Fisher dan Rozenzweig (1995), Lewitt, serta Healy dan Wahlen (1999).19

1. Davidson, Stickney,dan Weil

Earning management is the process of taking deliberate steps within the constrains of generally accepted accounting principles to bring about desired level of reported earnings (Manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja dalam batas-batas prinsip akuntansi berterima umum untuk menghasilkan tingkat yang diinginkan dari laba yang dilaporkan).

19


(48)

2. Schipper

Earnings management is a purposes intervention in the external financial reporting process with the inten of obtaining some private gain (a opposed to saymerely faciliting the neutral operation of the process (Manajemen laba adalah campur tangan dalm proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi (pihak yang tidak setuju mengatakan bahwa hal ini hanyalah upaya untuk memfasilitasi operasi yang tidak memihak dari sebuah proses.

3. Fisher dan Rozenzweig

Earnings management is a actions of a manager which serve to increase (decrease) current reported earnings of the unit which the manager the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in long term economic profitability of the unit (Manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk menaikan (menurunkan) laba periode berjalan dari sebuah yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan (penurunan) keuntungan ekonomi perusahaan jangka panjang). 4. Lewitt

Management laba is flexibility in accounting allows it to keep pace with business innovations. Abuses such as earnings occur when people exploit this pliancy. Trickery is employed to abscure actual financial volatility. This is turn make the true consequences of management decisions (Manajemen laba adalah fleksibilitas akuntansi untuk menyetarafkan diri


(49)

dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik memanfaatkan hasilnya. . Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu semua untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer). 5. Healy dan Wahlen

Earnings management occurs when managers uses judgement in financial reporting and in structuring transactions to alter financial reports to either mislead some stakeholders about underlying economics performance of the company or to influence contractual outcomes that depend on the reported accounting numbers (Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stakeholder yang ingn mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu).20

- Motivasi Perusahaan Terjadinya Manajemen Laba

Menurut Ahmed Riahi motivasi manajer dalam melakukan manajemen laba disebabkan oleh hal-hal berikut ini :21

a. Hipotesis Program Bonus (the bonus plan hypothesis)

Bahwa manajer perusahaan dengan rencana bonus kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laporan laba

20

Ibid, h. 49.

21


(50)

diperiode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak terdapat penyesuaian terhadap metode terpilih.

b. Hipotesis Perjanjian Utang (the debt covenant hypothesis).

Berpendapat bahwa semakin tinggi utang atau ekuitas perusahaam yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahan terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian utang dan semakin besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan teknis,maka semakin besar kemungkinan bahwa para manajer meggunakan metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.

c. Hipotesis Biaya Politik (the political cost hypothesis)

Berpendapat bahwa perusahan besar dan bukannya perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan laporan laba.

Scott merangkum pola umum yang banyak dilakukan dalam praktik manajemen laba, yaitu taking a bath, income minimization, income maximization dan income smoothing22.

22

Dedhy,Sulistiawan, dkk, Creative Accounting Mengungkap Manajemen Laba dan Skandal Akuntasi, h. 42.


(51)

a. Taking a bath

Pola ini dilakukan dengan cara mengatur laba perusahaan tahun berjalan menjadi sangat tinggi atau rendah dibandingkan dengan laba periode tahun sebelumnya atau tahun berikutnya. Pola ini biasa dipakai pada perusahaan yang sedang mengalami masalah organisasi (organization stress) atau sedang dalam proses pergantian pimpinan manajemen perusahaan. Pada perusahaan yang baru mengalami pergantian pimpinan. Jika perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan sehingga harus melaporkan kerugian, manajer baru cenderung bersemangat melaporkan nilai kerugian dalam jumlah yang sangat ekstrem agar pada periode berikutnya dapat melaporkan laba sesuai target.

b. Income Minimization

Pola ini dilakukan dengan menjadikan laba yang periode tahun berjalan lebih rendah dari laba sebenarnya. Secara praktis, pola ini relatif sering dilakukan dengan memotivasi perpajakan dan politis. Agar nilai pajak yang dibayarkan tidak terlalu tinggi, manajer cenderung menurunkan laba periode tahun berjalan,baik melalui penghapusan aset tetap maupun melalui pengakuan biaya-biaya periode mendatang ke periode tahun berjalan.

c. Income Maximization

Pola ini merupakan kebalikan dari pola income minimization. Menurut pola ini, manajemen laba dilakukan dengan cara menjadikan laba tahun berjalan lebih tinggi dari laba sebenarnya. Teknik yang dilakukan pun


(52)

beragam. Mulai dari menunda pelaporan biaya-biaya periode tahun berjalan ke periode mendatang, pemilihan metode akuntansi yang dapat memaksimalkan laba, sampai dengan meningkatkan jumlah penjualan dan produksi.

d. Income Smoothing.

Pola ini dilakukan dengan mengurangi fluktuasi laba sehingga laba yang dilaporkan relatif stabil. Untuk investor dan kreditur yang memiliki sifat

risk adverse, kestabilan laba merupakan hal penting dalam pengambilan keputusan.

E. Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Anthony & Govindarajan, kata ―agent‖ berarti mekanisme yang

dihasilkan perusahaan produksi atau perusahaan bisnis yang diatur. Pada dasarnya fungsi agen terkait dengan hubungan antara aturan yang dilakukan. Anthony & Govindarajan mengemukakan asumsi agency theory bahwa masing-masing individu semata-mata termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga menimbulkan konflik kepentingan antara principal dan agent. Prinsipal termotivasi mengadakan kontrak untuk mensejahterakan dirinya sendiri dengan profitabilitas yang selalu meningkat.23

23

Sri Padmantyo, Analisis Manajemen Laba pada Laporan Keuangan Perbankan Syariah, Jurnal Manajemen dan Bisnis Vol. 14 no 2 desember 2010. h. 53-65.


(53)

Agency Problem potensial untuk terjadi dalam perusahaan dimana manajer memiliki kurang dari seratus persen saham perusahaan. Dalam perusahaan perseorangan pemilik sekaligus manajer akan selalu bertindak memaksimumkan kemakmuran mereka dan meminimumkan pengeluaran yang tidak diperlukan. Tetapi jika pemilik perusahaan kemudian menjual sebagian saham kepada investor lain maka munculah agency problem.24

Timbulnya manajemen laba dijelaskan dengan teori agency. Sebagai agen, manajer secara moral bertanggung jawab untuk mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai imbalannya akan memperoleh kompensasi sesuai dengan kontrak. Dengan demikian terdapat dua kepentingan yang berbeda didalam perusahaan dimana masing-masing pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendaki.

Eisenhardt dan Ujiyanto dan Bambang menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu : (1) manusia pada umumnya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut manajer sebagai manusia akan bertindak opportunistic, yaitu mengutamakan kepentingan pribadinya.25

24

Agus Sartono, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi (Yogyakarta: BPFE Universitas Gajah Mada,2010) h.xxi.

25 Muh Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka, ―Mekanisme Corporate

Governance, Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur)‖, makalah disampaikan pada Simposium Nasional Akuntansi X Universitas Hasanudin Makassar, 26-28 juli 2007, hlm. 5.


(54)

Adanya asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan kesejahteraan dirinya sendiri, mengakibatkan agen memanfaatkan adanya asimetri informasi yang dimilikinya untuk menyembunyikan beberapa informasi yang diketahui principal. Asimetri informasi dan konflik kepentingan yang terjadi antara principal dan agen mendorong agen untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya kepada principal, terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja agen. Hal ini memicu agen untuk menggunakan asimetri informasi sebagai sarana untuk memaksimalkan kepentingannya. Salah satu bentuk tindakan agen tersebut adalah yang disebut dengan praktek manajemen laba (earnings management).

F. Asimetri Informasi

Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Sinyal yang diberikan dapat melalui pengungkapan informasi seperti laporan keuangan. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenernya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymetric). Asimetri informasi terjadi karena manajer lebih superior dalam menguasai informasi dibandingkan pihak lain (pemilik atau pemegang saham).


(55)

Menurut Scott dalam Wisnumurti terdapat dua macam bentuk asimetri informasi, yaitu adverse selection dan moral hazard.26

a. Adverse Selection adalah jenis asimetri informasi dimana salah satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha memiliki informasi lebih atas pihak lain. Adverse selection terjadi karena para manajer serta orang-orang dalam lainnya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan pihak luar. Dan hal ini menjadi penyebab kemungkinan terdapat faktafakta yang tidak disampaikan kepada principal.

b. Moral Hazard, adalah jenis asimetri informasi dimana satu pihak atau lebih yang melangsungkan suatu transaksi usaha dapat mengamati tindakan-tindakan mereka dalam penyelesaian transaksi-transaksi mereka sedangkan pihak lainnya tidak.

Adverse selection memiliki kesamaan dengan moral hazard dalam hal unsur kesengajaan,namun berbeda dalam hal perencanaan.

G. Perataan Laba (Income Smoothing)

Menurut budhijono dalam ratnasari Perataan Laba (Income Smoothing)

didefinisikan sebagai cara yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi

26 Adhika Wisnumurti, ― Analisis Pengaruh Corporate Governance Terhadap Hubungan

Asimetri Informasi dengan Praktik Manajemen Laba ( Studi pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI)‖, skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang (2010), h. 11.


(56)

fluktuasi income baik secara artificial atau ekonomi.27 Hal ini berakibat investor tidak memiliki informasi akurat tentang laba. Sehingga investor gagal dalam menaksir risiko investor mereka. Pemilihan metode akuntansi yang menyajikan adanya laba yang rata dari tahun ketahun merupakan salah satu hal yang sangat disukai oleh manajemen dan para investor. Karena laba yang rata mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut kuat dan stabil.

Teori Efficiency Market Hypotesis (EMH) menyebutkan bahwa laporan keuangan dapat mempengaruhi pasar saham. Ini berarti menunjukan betapa pentingnya peranan laporan keuangan,terutama pada laporan laba rugi.28 Perhatian yang besar dari investor terhadap tingkat laba yang dihasilkan perusahaan menjadi salah satu alasan yang mendorong manajemen untuk melakukan beberapa tindakan dysfunctional behavior (perilaku tidak semestinya), yaitu dengan melakukan manipulasi laba atau manajemen laba yang erat kaitannya dengan teori keagenan.

Perataan laba dibedakan menjadi dua jenis utama, yaitu (1) artificial smoothing, yaitu perataan laba yang dilakukan melalui prosedur akuntansi yang diterapkan untuk memindahkan biaya atau pendapatan dari satu period ke periode lain, yaitu dengan mengubah kebijakan akuntansi. (2) real smoothing,

27

Dhiar, Ratnasari, Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perataan Laba pada Perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2007-2010. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dipenogoro,Semarang. h. 35

28


(57)

yaitu perataan laba real yang dimanipulasi melalui transaksi nyata, yaitu dengan mengatur (menunda atau mempercepat transaksi.29

Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba,diantaranya ialah : 30 a) Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak

manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals).

b) Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu.

c) Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi dalam kategori yang berbeda.

Menurut foster dalam Dwiatmini dan Nurkholis tujuan perataan laba adalah sebagai berikut : 31

1. Memperbaiki citra perusahaan dimata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.

29 Ni‘matus Sholihah, ― Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, PLAN dan Risiko

Perusahaan Terhadap Perataan Laba pada Perbankan Syariah di Indonesia‖. Skripsi program studi keuangan islam, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2007), h. 31.

30

Sugiarto, Sopa. Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Simposium Nasional Akuntansi VI Oktober, 2003. H. 350-359.

31

Dwiatmini S, Nurkholis, ―Analisis Reaksi Pasar Terhadap Informasi Laba : Kasus Praktik Perataan Laba pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta,2001. Jurnal TEMA. Vol 2 (1)


(58)

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba dimasa yang akan datang.

3. Meningkatkan kepuasan relasi bisnis

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemakmuran manajemen 5. Meningkatkan kompensansi bagi manajemen.

H. NPF

Non Performing Financing (NPF) / pembiayaan bermasalah adalah risiko kerugian yang diderita bank. Terkait dengan kemungkinan pada saat jatuh tempo debitur/pengguna dana gagal memenuhi kewajibannya.32 Non Performing Financing atau pembiayaan bermasalah merupakan risiko dari pembiayaan. NPF menyebabkan kerugian bagi bank karena pembiayaan yang telah disalurkan tidak dapat dikembalikan nasabah dengan baik. Non Performing Financing atau Pembiayaan bermasalah berarti pembiayaan yang dalam pelaksanaannya belum mencapai atau memenuhi target yang diinginkan pihak bank seperti :

a. Pengembalian pokok atau bagi hasil yang bermasalah

b. Pembiayaan yang memiliki timbulnya resiko dikemudia hari bagi bank. c. Pembiayaan yang termasuk dalam golongan perhatian khusus, diragukan dan

macet.

32

Ali Mashud, Manajemen Risiko Strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Global Bisnis, (Jakarta : PT Grafindo Persada,2006), h. 199.


(59)

d. Golongan lancar yang berpotensi terjadi penunggakan dalam pengembalian.33 Menurut kamus Bank Indonesia NPF adalah kredit bermasalah yang terdiri dari kredit yang berklasifikasi Kurang Lancar, Diragukan dan Macet. Termin NPL diperuntukan bagi bank umum, sedangkan NPF untuk bank syariah. NPF merupakan rasio yang menunjukan jumlah pembiayaan yang tergolong dalam kolektabilitas 3 sampai 5. Jika NPF suatu bank selalu tinggi maka akan mempengaruhi permodalan bank tersebut karena dengan NPF yang tinggi akan membuat bank mempunyai kewajiban untuk memenuhi PPAP yang terbentuk. Bila hal ini terus menerus terjadi maka mungkin saja modal bank tersebut akan tersedot untuk membayar PPAP. Karena itulah bank menginginkan NPF yang rendah. Nilai NPF yang rendah akan meningkatkan nilai profitabilitas bank syariah.

Rumus yang dipakai untuk menghitung rasio NPF di bank syariah adalah sebagai berikut : 34

NPF =

X 100%

33

Veitzal Rivai, Bank dan Financi Institution Management (Conventional and Sharia System), (Jakarta: PT Grafindo Persada,2007) h. 256

34


(60)

Tabel 2.2

Kategori NPF berdasarkan kemampuan bayar nasabah (debitur di Bank Syariah)

Jenis Pembiayaan

Kategori yang di Perhitungkan dalam NPF

Kurang Lancar Diragukan Macet

Murabahah,

Istishna, Ijarah, Qardh.

Tungakan lebih dari 90 hari s.d 180 hari

Tunggakan lebih dari 180 hari s.d 270 hari

Tunggakan lebih dari 270 hari

Salam Telah jatuh tempo s.d 60 hari

Telah jatuh tempo s.d 90 hari

Lebih dari 90 hari

Mudharabah, Musyarakah

Tunggakan s.d 90 hari realisasi bagi hasil di atas 30% s.d 90% dari proyek pendapatan

Tunggakan lebih dari 90 s.d 180 hari realisasi bagi hasil kurang dari 3%

Tunggakan lebih dari 180 hari realisasi

pendapatan kurang dari 30% dari proyeksi

pendapatan lebih dari 3 periode pembayaran.


(1)

BNIsyariah 2011 Maret 0,403 1,024 0,394 Tidak Juni 0,553 0,054 10,213 Ya September 0,624 0,303 2,507 Ya Desember 0,954 0,551 1,730 Ya 2012 Maret 1,213 1,368 0,886 Ya

Juni 0,295 0,372 0.793 Tidak September 0,851 0,241 3,517 Ya Desember 0,150 0,155 0,965 Tidak 2013 Maret 1,212 1,215 0,997 Tidak

Juni 0,530 0,269 1,964 Ya September 0,522 0,047 11,015 Ya Desember 0,706 0,132 5,320 Ya BRIsyariah 2011 Maret 0,523 1,212 0,431 Tidak

Juni 0,438 0,053 8,166 Ya September 1,142 0,236 4,284 Ya Desember 0,662 0,150 4,392 Ya 2012 Maret 1,547 1,271 4,392 Ya Juni 0,534 0,224 2,382 Ya September 0,184 0,220 0,835 Tidak Desember 0,422 0,208 2,023 Ya 2013 Maret 1,301 1,321 0,984 Tidak

Juni 0,057 0,115 0,498 Tidak September 1,133 0,211 5,364 Ya Desember 0,803 0,282 2,845 Ya BCAsyariah 2011 Maret 1,296 1,155 1,155 Ya

Juni 0,025 0,057 0,444 Tidak September 0,118 0,007 15,685 Ya Desember 0,048 0,020 2,328 Ya 2012 Maret 1,571 1,286 1,221 Ya Juni 0,879 0,069 12,605 Ya September 0,273 0,050 5,353 Ya Desember 0,271 0,052 5,194 Ya 2013 Maret 1,222 1,298 0,941 Tidak

Juni 0,058 0,061 0,960 Tidak September 0,021 0,036 0,575 Tidak Desember 0,216 0,080 2,703 Ya


(2)

LAMPIRAN 2

TABULASI VARIABEL DEPENDEN DAN INDEPENDEN Bank Periode NPF FDR NOM Jumlah

Pembiayaan

Status BMI 2011 : 1 0,047 0,958 0,035 16.734.939 1 BMI 2011 : 2 0,043 0,957 0,067 18.652.902 0 BMI 2011 : 3 0,045 0,924 0,095 19.974.700 0 BMI 2011 : 4 0,026 0,851 0,104 21.803.791 0 BMI 2012 : 1 0,027 0,971 0,028 23.009.572 0 BMI 2012 : 2 0,028 0,998 0,057 25.883.546 1 BMI 2012 : 3 0,022 0,999 0,082 28.775.656 1 BMI 2012 : 4 0,021 0,941 0,093 34.069.712 0 BMI 2013 : 1 0,021 1,021 0,026 36.864.304 0 BMI 2013 : 2 0,022 1,065 0,054 39.928.458 1 BMI 2013 : 3 0,021 1,034 0,078 41.388.015 0 BMI 2013 : 4 0,013 0,991 0,104 45.757.387 0 BSM 2011 : 1 0,033 0,841 0,041 27.698.513 0 BSM 2011 : 2 0,034 0,885 0,081 31.173.229 1 BSM 2011 : 3 0,032 0,898 0,111 33.268.888 1 BSM 2011 : 4 0,024 0,861 0,154 35.758.363 0 BSM 2012 : 1 0,025 0,872 0,039 38.020.308 0 BSM 2012 : 2 0,031 0,922 0,081 41.538.151 1 BSM 2012 : 3 0,031 0,939 0,121 43.887.184 1 BSM 2012 : 4 0,028 0,944 0,165 46.445.621 0 BSM 2013 : 1 0,034 0,956 0,044 48.465.056 0 BSM 2013 : 2 0,029 0,942 0,093 51.546.244 1 BSM 2013 : 3 0,034 0,912 0,137 53.204.409 0 BSM 2013 : 4 0,043 0,893 0,176 54.711.700 1 Megasyariah 2011 : 1 0,042 0,849 0,118 4.105.108 1 Megasyariah 2011 : 2 0,038 0,814 0,208 4.121.401 1 Megasyariah 2011 : 3 0,037 0,831 0,332 4.396.179 0 Megasyariah 2011 : 4 0,031 0,831 0,403 4.880.150 0 Megasyariah 2012 : 1 0,029 0,792 0,129 5.124.859 0 Megasyariah 2012 : 2 0,028 0,921 0,203 5.263.087 0 Megasyariah 2012 : 3 0,028 0,881 0,252 6.335.487 1 Megasyariah 2012 : 4 0,026 0,888 0,318 7.014.946 1 Megasyariah 2013 : 1 0,028 0,983 0,142 8.018.732 1 Megasyariah 2013 : 2 0,036 1,041 0,186 8.489.883 1 Megasyariah 2013 : 3 0,033 1,028 0,294 8.668.364 1 Megasyariah 2013 : 4 0,029 0,933 0,382 8.691.398 1


(3)

BNIsyariah 2011 : 1 0,044 0,765 0,053 5.311.206 0 BNIsyariah 2011 : 2 0,036 0,844 0,114 5.813.425 1 BNIsyariah 2011 : 3 0,036 0,861 0,171 6.036.036 1 BNIsyariah 2011 : 4 0,036 0,786 0,235 6.234.880 1 BNIsyariah 2012 : 1 0,042 0,787 0,049 6.769.802 1 BNIsyariah 2012 : 2 0,024 0,809 0,131 7.197.007 0 BNIsyariah 2012 : 3 0,023 0,853 0,173 8.117.093 1 BNIsyariah 2012 : 4 0,021 0,849 0,232 9.208.723 0 BNIsyariah 2013 : 1 0,021 0,801 0,056 10.307.353 0 BNIsyariah 2013 : 2 0,021 0,921 0,102 11.959.554 1 BNIsyariah 2013 : 3 0,021 0,963 0,151 13.482.913 1 BNIsyariah 2013 : 4 0,018 0,978 0,204 14.699.102 1 BRIsyariah 2011 : 1 0,024 0,974 0,036 6.315.928 0 BRIsyariah 2011 : 2 0,034 0,933 0,102 6.800.437 1 BRIsyariah 2011 : 3 0,028 0,955 0,124 7.514.776 1 BRIsyariah 2011 : 4 0,027 0,992 0,155 9.263.445 1 BRIsyariah 2012 : 1 0,033 1,017 0,049 9.844.692 1 BRIsyariah 2012 : 2 0,028 1,027 0,084 10.656.876 1 BRIsyariah 2012 : 3 0,028 0,999 0,119 11.275.101 0 BRIsyariah 2012 : 4 0,031 0,993 0,144 12.518.566 1 BRIsyariah 2013 : 1 0,031 1,009 0,031 13.229.669 0 BRIsyariah 2013 : 2 0,021 1,036 0,062 14.956.519 0 BRIsyariah 2013 : 3 0,029 1,056 0,101 15.737.663 1 BRIsyariah 2013 : 4 0,041 1,027 0,136 16.546.720 1 BCAsyariah 2011 : 1 0,001 0,768 0,073 378.444 1 BCAsyariah 2011 : 2 0,002 0,776 0,145 393.346 0 BCAsyariah 2011 : 3 0,003 0,799 0,207 504.457 1 BCAsyariah 2011 : 4 0,001 0,788 0,243 626.458 1 BCAsyariah 2012 : 1 0,001 0,741 0,063 639.284 1 BCAsyariah 2012 : 2 0,001 0,774 0,133 665.309 1 BCAsyariah 2012 : 3 0,001 0,916 0,195 841.165 1 BCAsyariah 2012 : 4 0,001 0,799 0,205 1.001.622 1 BCAsyariah 2013 : 1 0,009 0,863 0,054 1.072.506 0 BCAsyariah 2013 : 2 0,001 0,858 0,104 1.141.018 0 BCAsyariah 2013 : 3 0,007 0,889 0,141 1.299.983 0 BCAsyariah 2013 : 4 0,101 0,834 0,161 1.522.217 1


(4)

LOGISTIC REGRESSION VARIABLES PerataanLaba

/METHOD=ENTER LN_NPF LN_FDR LN_NOM LN_JumlahPembiayaan /CLASSPLOT

/PRINT=GOODFIT CORR ITER(1)

/CRITERIA=PIN(0.05) POUT(0.10) ITERATE(20) CUT(0.5).

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent

Selected Cases

Included in Analysis 72 100.0 Missing Cases 0 .0

Total 72 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 72 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood Coefficients Constant

Step 0

1 97.804 .333

2 97.804 .336

3 97.804 .336

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 97.804 c. Estimation terminated at iteration number 3 because parameter estimates changed by less than


(5)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood Coefficients

Constant LN_NPF LN_FDR LN_NOM LN_JumlahPem biayaan

Step 1

1 88.424 9.601 .111 5.203 .802 -.409 2 88.273 10.845 .126 5.972 .914 -.460 3 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462 4 88.273 10.897 .126 6.006 .919 -.462 a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 97.804

d. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.

Classification Tablea

Observed Predicted

Perataan Laba Percentage Correct .000 1.000

Step 1 Perataan Laba

.000 14 16 46.7

1.000 9 33 78.6

Overall Percentage 65.3

a. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant .336 .239 1.981 1 .159 1.400


(6)

Omnibus Tests of Model Coefficients Chi-square df Sig.

Step 1

Step 9.531 4 .049 Block 9.531 4 .049 Model 9.531 4 .049

Hosmer and Lemeshow Test Step Chi-square df Sig.

1 7.141 8 .521

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a

LN_NPF .126 .333 .144 1 .705 1.135

LN_FDR 6.006 3.508 2.931 1 .087 405.744

LN_NOM .919 .440 4.366 1 .037 2.507

LN_JumlahPembiayaan -.462 .319 2.090 1 .148 .630 Constant 10.897 6.134 3.156 1 .076 53996.625 a. Variable(s) entered on step 1: LN_NPF, LN_FDR, LN_NOM, LN_JumlahPembiayaan.

Model Summary Step -2 Log likelihood Cox & Snell R

Square

Nagelkerke R Square

1 88.273a .124 .167

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.