Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi

Winda K. Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga Cu Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007. USU Repository © 2009 4. Bangunan Pengaduk Cepat, bangunan untuk mratakan bahanzat kimia koagulant yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. 5. Bangunan Pembentuk Floc, bangunan ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supay dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil koloidal dengan bahanzat koagulant yang kita bubuhkan. Floc = partikel yang lebih besar dan bisa mengendap dengan gravitasi. 6. Bangunan Pengendap Kedua, bangunan ini berfungsi untuk mengendapkan foc yang terbentuk pada unit bak pembentuk floc. Pengendapan ini dengan gaya berat floc sendiri gravitasi. Penanganan unit bak pengendap kedua sama dengan pada unit bak pengendapan pertama. 7. Filter saringan, dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter yaitu: saringan pasir lambat slow sand filter dan saringan pasir cepat rapid sand filter. 8. Reservoir, air yangtelah melalui filter sudah dpat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pad bak reservoir tandon untuk diteruskan pada konsumen. 9. Pemompaan berfungsi untuk mendistribusikab air bersih dari proses pengolahan ke para konsumen.

2.4. Proses Pengolahan Air PDAM Tirtanadi

1. Bendungan, sumber air baku yang digunakan adalah air permukaan Sungai Deli yang diambil melalui bangunan bendungan dengan panjangf 25 m sesuai lebar air sungai dan tinggi ± 4 m dengan sisi kiri bendungan dibuat sekat Winda K. Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga Cu Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007. USU Repository © 2009 channel berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake tempat masuknya air baku. 2. Intake Tempat masukya air baku, bendungan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi bar screen saringan kasar dan fine screen saringan halus yang berfungsi untuk masuknya kotoran – kotoran yang terbawa arus sungai. Masing – masing saluran dilengkapi dengan pintu sluic gate pengatur ketinggian air dan penggerak electeromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3. Raw water Tank RWT, bendungan ini dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit 4 sel. Setiap unitnya berdimensi 23,3 m x 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah outlet gate dan pintu bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain – lain yang bersifat sedimen. 4. Raw water Pump RWP berfungsi untuk memompa air dari RWT ke Spiltter Box tempat pembubuhan koagulan berupa alum dengan dosis normal rata – rata 20 – 25 gm 3 air dan pendistribusian air ke masing – masing cleator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 ldet dengan total head 15 m memakai electromotor. 5. Cleator Proses Penjernihan Air, bendungan cleator terdiri dari 4 unit, dengan kapasitas masing – masing 350 ldet yang bervolume 1.700 m 3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antar flok – flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan Effluent melalui pembentukan dan pengendapan flok – flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Winda K. Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga Cu Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007. USU Repository © 2009 Endapan flok – flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. 6. Filter Penyaringan, dari cleator kemuadian dilirkan ke filter untuk menyaring turbidity kekeruhan berupa flok - flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada median filter. Dimensi masing – masing filter ini adalah lebar 4 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm dengan lapisan sebagai berikut: a. Pasir kwarsa 0,45 – 1,20 mm dengan ketebalan 61 cm. b. Pasir kwarsa 1,80 – 2,00 mm dengan ketebalan 15 cm. c. Kerikil halus 4,75 – 6,30 mm dengan ketebalan 8 cm. d. Kerikil sedang 6,30 – 10,00 mm dengan ketebalan 7,5 cm. e. Kerikil kasar 20,00 – 40,00 mm dengan ketebalan 15 cm. Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu proses penyaringan dengan menggunakan electromotor. 7. Reservoir Tempat Menampung Air Bersih adalah berupa bendungan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m berfungsi untuk menampung air bersih air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m 3 dan kemudian didistribusikan ke pelanggan melalui reservoir – reservoir distribusi diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor post chlorination dan untuk netralisasi dibuthkan larutan kapur jenuh atau soda ash. Winda K. Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga Cu Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007. USU Repository © 2009 8. Finish Water Pump FWP berfungsi untuk menditribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir – reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi 1.000 mm dan 80 mm. FWP terdiri dari 5 unit pompa dengan kapasitas masing – masing 375 ldet total head 55 m menggunakan motor AC. 9. Sludge Lagoon Tempat menampung Air Buangan, daur ulang adalah cara paling tepat dan aman dalam mengatsi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah mendorong perusahaan untuk membangun sarana pengolahan limbah berupa sludge lagoon. Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian system pebgolah dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali. 10. Monitoring System Sistem Pengawasan, metode pengawasan selama proses pengolahan dimasing – masing unit oleh petugas selain dilakukan secara langsung juga dilakukan dengan sistem pengawasan secara tidak langsung. Fasilitas ini dapat memperlihatkan secar langsung kondisi proses pengolahan dari ruang tertentu baik terhadap kuantitas, kualitas maupun kontinuitas olahan. Fasilitas ini didisain sedemikian rupa sehingga dapat mempermudah pengawasan terhadap proses pengolahan air menurut standart dn ketentuan yang berlaku. Skema pengolahan air PDAM Tirtanadi ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Winda K. Prihatiningsih : Penetapan Kadar Tembaga Cu Pada Sampel Air Dengan Metode Spektrofotometri Di Laboratorium PDAM Tirtanadi Medan, 2007. USU Repository © 2009

2.5. Standart Kualitas Air minum