5.1.3. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis.
Analisis pendapatan usahatani jeruk nipis menggunakan pendekatan perhitungan penerimaan dan biaya usahatani per hektar pe tahun. Hal ini dilakukan kaena
tanaman jeruk nipis menghasilkan setiap waktu. Tanaman jeruk nipis memiliki umur produktif berkisar 4
– 8 tahun sehingga dalam perhitungan biaya dan pendapatan dalam usahatani haruslah berdasarkan biaya yang dikeluarkan setiap
tahunnya baik biaya tetap maupun biaya variabelnya. Hal ini dikarenakan setiap tahunnya para petani selalu mengeluarkan biaya yang wajib seperti biaya
pemupukan dan biaya pestisida. Selain itu, perhitungan pendapatan juga harus berdasarkan umur produktif tanaman jeruk nipis tersebut. Hal ini dikarenakan
tanaman jeruk nipis dapat dipanen setiap hari ketika tanaman tersebut sudah memasuki masa produktif yang dimana pada setiap harinya petani dapat memanen
sebesar 0.5 Kg sampai 2 Kg per rantenya. Namun tanaman jeruk nipis tidak selalu berproduksi dalam jumlah yang sama setiap waktu. Periode produksi tertinggi
berada pada bulan Januari- Februari dan periode terendah pada bulan Juli- Agustus. Ketika produksi jeruk nipis pada periode tertinggi petani mendapatkan
harga jual yang relative rendah.
Tabel 10. Analisis Penerimaan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar Dalam Ribuan
Tahun I
II III
IV V
VI VII
VIII Produksi
Kg -
- -
4,5625 7,3
9,125 13,6875 18,250
Harga Rp.
2 2
2 2,5
2,5 2,5
3 3
Penerimaan Rp.
- -
- 11.406,25 18.250 22.812,5 41.062,5 54.750
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 10, penerimaan usahatani mulai dari tanaman berbuah sampai sudah berjalan 4 tahun terus meningkat. Hal ini terjadi dikarenakan tanaman
belum mencapai periode puncak menghasilkan sehingga setiap tahun akan memberikan output produksi yang terus meningkat. Hal ini juga seiring dengan
peningkatan harga jual jeruk nipis per-Kg memberikan peningkatan juga terhadap penerimaan petani jeruk nipis dari tahun ke tahun.
Tabel 11. Analisis Pendapatan Usahatani Jeruk Nipis per Hektar Dalam Ribuan
Tahun Penerimaan
Biaya Pendapatan
I -
18.541,75 - 18.541,75
II -
3.490 - 3.490
-III -
3.737,75 - 3.737,75
IV 11.406,25
4.120 7.286,25
V 18.250
1.270 16.980
VI 22.812,5
1.270 21.542,5
VII 41.062,5
1.460 39.602,5
VIII
54.750 1.460
53.290
TOTAL 112.931,75
Dari tabel 11 dapat dilihat bahwasanya dalam waktu 5 tahun tanaman jeruk nipis sudah memberikan BEP kepada petani. Hal ini terjadi dikarenakan yang terus
meningkatnya produksi jeruk nipis dan berkurangnya biaya yang dikurangi oleh petani pada tanaman jeruk nipis ketika sudah menghasilkan. Biaya yang
dikeluarkan petani untuk tanaman yang sudah menghasilkan hanya memberikan pupuk dan herbisida untuk menyuburkan tanaman dan pengendalian hama
tanaman jeruk nipis.
Pada tahun ke-8 petani memperoleh pendepatan sebesar Rp. 53.290.000. pendapatan petani ini merupakan pendapatan bersih yang dimana sudah
Universitas Sumatera Utara
dikurangkan oleh biaya-biaya yang dikeluarkan oleh petani. Dengan memperoleh pendapatan sebesar Rp. 53.290.000 secara rata-rata petani menghasilkan Rp.
4.400.000 bulannya. Jika dibandingkan dengan UMR kabupaten pendapatan pendapatan petani ini sudah sangat mencukupi kebutuhan dari petani jeruk nipis.
5.2. Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis di Desa Marjanji, Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai.
Proyeksi arus kas meupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan dan pengeluaran. Dalam penelitian mengenai usaha budidaya jeruk
nipis ini, arus kas di proyeksikan selama delapan tahun sesuai dengan lamanya petani jeruk nipis menjalankan usahanya.
Inflow merupakan aliran kas masuk bagi suatu usaha atau pendapatan dari suatu usaha. Komponen inflow pada usaha budidaya jeruk nipis di Desa Marjanji,
Kecamatan Sipispis, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan penjumlahan hasil penjualan dari petani jeruk nipis setiap tahunnya.
Pada dasarnya pada kegiatan usahatani jeruk nipis hasil produksi tanaman jeruk nipis dapat dipanen setiap hari mulai tanaman jeruk nipis sudah mulai belajar
berbuah. Namun ada periode-periode tertentu tanaman jeruk nipis menghasilkan dalam jumlah yang cukup besar da nada periode dimana tanaman jeruk nipis
mengalami penurunan produksi sehingga dalam menganalisis arus masuk usahatani menggunakan rata-rata produksi jeruk nipis per-harinya.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan Outflow adalah aliran kas yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Outflow berupa biaya-biaya yang dikeluarkan baik saat usaha tersebut sedang dibangun
maupun saat usaha tersebut sedang berjalan, outflow terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya yang dikeluarkan pada usahatani jeruk nipis ini
paling besar hanya dikeluarkan pada saat memulai usaha. Hal ini dikarenakan pada tahun-tahun berikutnya petani hanya cukup memberikan pupuk dan
memberikan herbisida guna untuk menjaga kualitas dan kuantitas buah yang dihasilkan oleh tanaman jeruk nipis tersebut.
Penilaian kelayakan usahatani jeruk nipis ini menggunakan kriteria NPV, IRR dan Net BC. Semua biaya dan penerimaan dari usahatani didata dan disusun dalam
sebuah tabel. Dari data tersebut akan digunakan untuk menghitung masing-masing kriteria. Dalam perhitungan kelayakan proyek ini digunakan harga jual yang
bervariasi mulai dari Rp. 2.000 – Rp. 3.500 Kg. Harga jual ini merupakan harga
jual yang diketahui berdasarkan hasil wawancara kepada petani jerruk nipis. Tingkat discount factor sebesar 10 persen dan 15 persen. Penggunaan tingkat
diskonto ini bertujuan untuk mengantisipasi perubahan harga karena harga yang digunakan dalam analisis ini termasuk dalam kategori harga konstan. Selain itu
teknik ini digunakan untuk menyesuaikan nilai uang terhadap waktu.
Pada tingkat diskonto 10 persen dan 15 persen hasil analisis kelayakan menunjukan usahatani jeruk nipis layak untuk dilaksanakan . Nilai NPV pada
masing-masing tingkat diskonto positif, BC lebih besar dari satu dan IRR yang diperoleh lebih besar dari tingkat diskonto yang dikenakan.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Hasil Analisis Finansial Usahatani Jeruk Nipis per Hektar Kriteria
Investasi BC
NPV Rp. IRR
10 Persen 4,19
55.345.282 14
15 Persen 2,56
37.961.757 14
5.2.1. Benefit Cost Ratio BC