BAB 2 KAJIAN TEORI
Pada bab ini dipaparkan teori-teori pendukung yang berkaitan dengan kecemasan dengan prestasi belajar statistik pada mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Secara rinci, bab ini mengulas mengenai teori-teori prestasi belajar, teori-teori kecemasan, definisi statistik, kerangka berpikir, dan hipotesis
penelitian.
2.1 Prestasi Belajar
2.1.1 Pengertian Belajar
Chaplin dengan bukunya, Dictionary of Personality dalam Suryabrata, 2001, h.231 membatasi belajar dengan dua macam rumusan sebagai berikut :
a. Belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap
sebagai akibat latihan dan pengalaman. b.
Belajar adalah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus.
Sejalan dengan pemikiran tersebut, Cronbach dalam Suryabrata, 2001, h.231 mengungkapkan bahwa “learning is shown by a change in behaviour as
as result of exprience” belajar ditunjukan sebagai hasil dari pengalaman.
Dengan demikian, belajar yang baik adalah dengan mengalami karena dengan mengalami, seseorang menggunakan panca inderanya. Hal ini sesuai
dengan pendapat Harold Spears yang mengatakan bahwa “Learning is to observe, 10
11
to read, to imitiate, to try something themselves, to listen, to follow direction ”
Suryabrata, 2001, h. 203. Skinner dalam Muhibbin Syah, 2002 berpendapat bahwa belajar adalah
suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pernyataan ini diungkap dalam pernyataan singkatnya, bahwa belajar
adalah .... a process of progressive behaviour adaptation. Skinner percaya bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal apabila diberi
penguat reinforcer. Reber dalam Muhibbin Syah 66:2004 membatasi belajar dengan dua
macam definisi, yaitu : 1.
Belajar adalah the process of acquiring knowledge, yakni proses memperoleh pengetahuan.
2. Belajar adalah a relatively permanent change in responds potentiality
which occurs as a result of reinforced practise, yaitu suatu perubahan
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat diambil pengertian bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai
hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan menggunakan panca indera yang melibatkan proses kognitif.
12
2.1.2 Pengertian prestasi belajar
Menurut Utami Munandar 1922, h.18, prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan. Prestasi yang sangat menonjol dalam salah satu
bidang mencerminkan bakat yang unggul dalam bidang tersebut. Namun, pada kenyataannya belum tentu orang yang berbakat akan selalu mencapai prestasi
yang tinggi pula. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor lain yang ikut menentukan sejauhmana bakat tersebut dapat diwujudkan.
Secara bahasa prestasi berasal dari bahasa Belanda, yaitu ”prestatie” yang kemudian dalam bahasa Indonesia berkembang menjadi prestasi yang berarti hasil
usaha Arifin, 1991, h.2 Selain itu, kamus Umum Bahasa Indonesia mengartikan prestasi sebagai hasil yang dicapai dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya
Poerwadinata, 1984, h. 768. Hal ini memberi arti bahwa prestasi belajar menunjukan pada hasil yang dicapai oleh individu melalui usaha pembelajaran.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni “prestasi” dan “belajar”. Prestasi diartikan sebagai hasil yang telah dicapai
dari yang telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan suatu kegiatan. Sedangkan belajar
adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang Sudjana, 2005: 28.
Dengan demikian, prestasi belajar bukan hanya perwujudan dari bakat dan kemampuan individu, tetapi juga merupakan hasil dari sebuah upaya belajar.
Pembelajaran dalam sebuah pendidikan adalah usaha manusia pendidik untuk membimbing anak didiknya menuju kedewasaan dengan penuh tanggung
13
jawab. Sebagai suatu usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu, sudah sewajarnya dalam proses belajar mengandung masalah penilaian terhadap hasil
usaha tersebut. Pada dasarnya, pengungkapan hasil belajar yang ideal harus meliputi
segenap ranah psikologis ranah cipta, rasa dan karsa yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun, pengungkapan perubahan
pada keseluruhan tingkah laku, terutama ranah rasa, sangat sulit dilakukan. Hal ini disebabkan oleh adanya bentuk perubahan hasil belajar yang bersifat intangible
tak dapat diraba Syah, 2000, h.150. Oleh karena itu, untuk mengadakan penilaian pada beberapa ranah tersebut dapat dilakukan melalui pengujian atau tes
lisan, tulisan, pemberian tugas atau observasi yang disesuaikan dengan indikator pada ranah yang hendak diungkap.
Untuk mengadakan penilaian yang berkenaan dengan prestasi belajar, dapat dilakukan melalui evaluasi, baik dalam ragam formatif maupun sumatif.
Evaluasi formatif berlangsung di tengah-tengah berjalannya program pengajaran. Sedangkan evaluasi sumatif dilaksanakan pada akhir keseluruhan program
Sidjabat, 1993. Salah satu bentuk penerapan evaluasi sumatif adalah Tes Hasil Belajar
THB yang dijadikan sebagai alat ukur untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah proses belajar mengajar atau untuk menentukan taraf keberhasilan sebuah
pogram pengajaran Syah, 2000, h. 141. Selain itu, hasil belajar pun dapat memberitahukan seberapa jauh kemajuan belajar pada peserta didik. Format
keberhasilan siswa tersebut akan dilaporkan melalui buku laporan siswa raport
14
karena ini merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau hasil belajar murid dalam masa tertentu empat atau enam bulanan
Suryabrata, 201, h. 297. Untuk mengambarkan keberhasilan dan menganalisa prestasi siswa dapat
menggunakan lambang A-B-C-D-E jarang digunakan untuk sekolah lanjutan, skala penilaian dari 0 nol sampai 10, atau peniaian dari 0 nol sampai 100.
Ketika menggunakan standar 0-10, siswa mendapat nilai kurang dari 6 enam atau 5 ke bawah dipandang belum memenuhi target minimal keberhasilan,
mengalami kesulitan belajar, atau memiliki prestasi belajar yang rendah. Asumsi ini pun diberlakukan pada siswa yang memperoleh nilai kurang dari 60, jika
penilaian menggunakan standar 0-100 Hallen, 2002 , h. 134-135. Selain itu, untuk menganalisa adanya siswa yang mengalami kesulitan
belajar dan memiliki prestasi yang rendah pun dapat diperkirakan dengan melihat individu yang menduduki kurang-lebih 25 di bawah urutan kelompok atau
rangking. Atau dengan membandingkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata kelas. Nilai hasil belajar yang berada di bawah ini nilai rata-rata kelas
diperkirakan mendapat kesulitan belajar atau memiliki prestasi belajar yang rendah, secara keseluruhan maupun per-bidang studi.
Dalam Al-Qur’an, surat Alam Nasyroh 94:1-8, tertulis wahyu Allah SWT yang berbunyi :
“Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu dan Kami telah menghilangkan daripadamu beban yang memberatkan punggungmu dan Kami
tinggalkan sebutan nama-mu. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila
kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
15
Dalam versi Al-Qur’an, prestasi bersifat duniawi dan akhirat yang tidak berorientasi pada diri sendiri saja, melainkan pengabdian kepada Allah SWT.
Bertolak dari beberapa deinisi prestasi belajar maka penulis menyimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu aktifitas belajar siswa yang
dicapai dalam jangka waktu tertentu melalui suatu proses pengukuran dan penilaian yang kemudian dituangkan dalam bentuk angka-angka.
2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi belajar