Metode Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

25 b. Meningkatkan pandangan secara luas menyangkut tugas yang dilakukan oleh masing-masing karyawan c. Meningkatkanmotivasi karyawan, keharmonisan hubungan dalam pencapaian tujuan perusahaan III. Untuk mencapai manfaat dari pengukuran kinerja tersebut, maka paling tidak harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut: a. Didasarkan pada masing-masing aktivitas dan karakteristik organisasi itu sendiri sesuai perspektif pelanggan. b. Evaluasi atas berbagai aktivitas. c. Dapat dinilai dengan menyeluruh, yaitu semua bidang aktivitas dalam organisasi tersebut. d. Membantu seluruh organisasi mengenali masalah-masalah yang ada dengan kemungkinan melakukan perbaikan.

B. Metode Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard

1. Pengertian Balanced Scorecard Balanced Scorecard berasal dari kata benda “Score” yang berarti “penghargaan atas poin-poin yang dihasilkan”. Dalam konteks sebagai kata kerja “Score” berarti “memberikan angka”. Dengan makna yang lebih bebas, scorecard berari suatu kesadaran bersama dimana segala sesuatu perlu 26 diukur. 22 Pengukuran menjadi suatu hal yang penting sebelum melakukan evaluasi atau pengendaliann terhadap objek. Kata “Balanced” yang berada didepan kata score berarti keseimbangan antara sekian banyak elemen penting dalam kinerja. Adapun Balanced Scorecard mempunyai makna bahwa scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja seseorang dan suatu kelompok, juga untuk mencatat rencana skor yang hendak diwujudkannya. Sehingga pengertian balanced adalah kinerja seseorang atau kelompok tertentu yang diukur secara berimbang antara sisi eksternal dan internal perusahan. Dengan begitu, balanced scorecard merupakan metode pengukuran strategi yang tidak melihat bahwa keberhasilan perusahaaan tidak hanya ditentukan dari aspek keuangan saja, tetapi juga aspek non keuangan. di bawah ini disajikan model sytem balanced scorecard. 22 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus Pada Strategi. Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 6 Keuangan Agars sukses secara financial objektif Ukuran Target Inisiatif bagaimana seharusnya penampilan kita di hadapan para pemegang saham Konsumen Untuk Mencapai visi Objektif Ukuran Target Inisiatif Kita, bagaimana Seharusnya Kita tampil Di hadapan Konsumen? Visi Strategi Proses Bisnis Internal Untuk memuas- Objektif Ukuran Target Inisiatif kan pemegang saham dan konsumen, proses bisnis apa yang harus kita kuasai? 27 II. Keempat Penghalang Dalam Keberhasilan Suatu Perusahaan Antara Lain: 1. Visi dan strategi perusahaan tidak dapat dijalankan Hal tersebut biasa terjadi dalam setiap perusahaan, karena belum tentu siap semua individu yang ada pada perusahaan dapat menjalankannya secara penuh. Boleh jadi, hal itu disebabkan karena visi dan strategi kerap merupakan suatu gugusan mimpi yang melangit dan sulit mencari padanannya untuk diturunkan menjadi aksi yang membumi. 2. Strategi tidak terhubung dengan sasaran Suatu hal fatal yang kerap terjadi ketika perusahaan makin membesar adalah tidak dilakukannya perencanaan strategi SDM agar tercipta keselarasan antara tujuan, visi dan kompetensi individu dengan perusahaan disetiap tingkatan. Seperti sistem insentif yang seringkali diabaikan oleh perusahaan. 3. Strategi tidak terhubung dengan alokasi sumber daya, seharusnya dalam setiap menyusun anggaran haruslah dipergunakan strategi yang baik, agar dapat membedakannya dengan perusahan para pesaing. Pembelajaran dan Pertumbuhan Untuk menca- Objektif Ukuran Target Inisiatif pai visi kita, bagaimana kita mempertahankan kemampuan kita untuk berubah dan semakin membaik? 28 4. Umpan balik yang diperoleh masih saja bersifat taktis, bukannya strategis. Itu artinya, porsi pembahasan dan perbincangan tentang strategi yang telah dibuat amatlah minim. Hal ini juga dapat diartikan perusahaan tidak saja kehilangan momentum untuk mengevaluasi efektivitas strateginya secara berkesinambungan. Namun yang lebih parah lagi, perusahaan bahkan tidak akan mampu membuat skenario keunggulan dan kelemahan perusahaan di masa yang akan datang. 23 IV. Berbagai Perspektif yang Diukur dalam Balanced Scorecard Balanced scorecard merupakan suatu system manajemen, pengukuran dan pengedalian yang secara tepat, tepat dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer tentang performance bisnis. Pengukuran kinerja tersebut memandang unit bisnis dalam empat perspektif yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal dalam perusahaan serta perspektif pembelajaraan dan pertumbuhan. Melalui mekanisme sebab akibat cause and effect. 1. Perspektif Keuangan Ukuran financial merupakan komponen penting dari balanced scorecard dalam perusahaan laba, swasta, dan nirlaba. Dalam domain perusahaan yang mencari keuntungan, ukuran dalam perspektif ini memberitahukan apakah pelaksanaan strategi kita mengarah pada hasil dasar yang membaik. Dalam sector nirlaba dan sector public, ukuran 23 Ibid h, 13 29 financial memastikan bahwa kita sedang mencapai hasil dan melakukannya dengan cara yang Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan, apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan. Di dalam pengukuran kinerja keuangan ada beberapa hal dari siklus kehidupan bisnis yang tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula, diantaranya adalah: 24 a. Growth, merupakan tahap awal dalam siklus kehidupan perusahaan dalam menghasilkan potensi pertumbuhan usaha yang terbaik. Disini, manajemen perusahaan berusaha untuk membangun dan mengembangkan suatu produk atau jasa baru, menambah kemampuan operasi, mengembangkan infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Dalam tahap growth pertumbuhan ini, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Dengan demikian, tolak ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini misalnya, dalam tingkat pertumbuhan pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan. b. Sustain, merupakan tahap kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan reinvestasi dengan mengharapkan tingkat pengembalian 24 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 48 30 yang terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika hal itu dapat dimungkinkan. Mengembangkan kapasitas produksi dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Dalam tahapan ini, sasaran keuangan diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan. c. Harvest, merupakan tahapan ketiga dimana perusahaan benar–benar memanen atau menuai hasil investasi ditahapan sebelumnya. Disini, tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru. Kecuali, pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja. efisien sehingga meminimalkan 25 . 2. perspektif pelanggan Perspektif pelanggang dalam balanced scorecard, perusahaan dalam melakukan identifikasi pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki, karena pelanggan dan segmen pasar merupakan sumber yang menjadi komponen dalam penghasilan tujuan financial perusahaan. Di masa lalu para manajer perusahaan selalu mengedepankan pada kapabilitas internal perusahaan saja, dengan mengandalkan produk dan inovasi teknologi. Namun pada saat ini perusahaan yang hanya memperhatikan 25 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus Pada Strategi. Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 32 31 kapabilitas internal tidak cukup untuk membangun perusahaannya kearah yang lebih baik lagi, hal ini di sebabkan perusahaan tersebut tidak melihat kapabilitas Eksternal yaitu Perspektif pelanggan 26 . Sehingga perusahaan yang tidak memperhatikan potensi dari perspektif pelanggan ini akan mudah tersaingi oleh perusahaan lain yang sejenis melalui penawaran produk dan jasa yang lebih baik. Ada beberapa hal yang dapat diukur oleh perusahaan di dalam perspektif pelanggan ini, yaitu: a. Market Share: Pengukuran ini mencerminkan bagian yang dikuasai perusahaan atas keseluruhan pasar yang ada, yang meliputi: jumlah pelanggan, jumlah penjualan dan volume unit penjualan. b. Costumer Retention: Mengukur tingkat di mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan konsumen. c. Costumer Acquisition: Mengukur tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru. d. Costumer Satisfaction: Menaksir tingkat kepuasan pelanggan e. Costumer Profitability: Mengukur laba bersih dari seorang pelanggan segmen setelah dikurangi biaya yang khusus diperlukan untuk mendukung pelanggan tersebut. 27 26 Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 55 27 Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus Pada Strategi. Jakarta : Gramedika Pustaka Utama, 2007, hal 164 32 3. Perspektif Proses Bisnis Internal Analisis proses bisnis internal, memungkinkan manajer perusahaan untuk mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Yang paling menarik dari perspektif ini adalah perspektif ini harus didesain dengan hati- hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan, yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar karena dalam perpektif ini memungkinkan unit bisnis untuk: 28 • Memberikan proposisi keseimbangan nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar sasaran. • Memenuhi harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang saham. Ada perbedaan dalam perspektif bisnis internal antara pendekatan tradisional dan pendekatan Balanced Scorecard, antara lain: 29 1. Pendekatan tradisional berusaha untuk mengawasi dan memperbaiki dalam peningkatan proses bisnis yang sudah ada sekarang, sebaliknya, Balanced Scorecard melakukan pendekatan atau berusaha untuk mengenali semua proses yang diperlukan untuk menunjang 28 Robert S. Kaplan David P. Norton, h. 24 29 Thomas Secakusuma, Perspektif Proses Internal Bisnis Dalam Balanced Scorecard, 1997, h. 8-9 33 keberhasilan strategi perusahaan. Walaupun proses tersebut sama sekali belum pernah dilaksanakan. 2. Dalam pendekatan tradisional, sistem pengukuran kinerja hanya dipusatkan pada bagaimana cara menyampaikan barang atau jasa saja. Sedangkan dalam pendekatan Balanced Scorecard, proses inovasi turut dimasukkan dalam perspektif proses bisnis internal. Kaplan dan Norton membagi perspektif ini kedalam inovasi, operasi dan layanan purna jual. Ketiga hal tersebut merupakan pedoman dalam pengukuran kinerja di perspektif proses bisnis internal. Ketiga hal tersebut antara lain: a. Proses Inovasi Dalam proses inovasi, perusahaan berusaha menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan menciptakan produk atau jasa yang mereka butuhkan. b. Proses Operasi Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk atau jasa. Dalam proses ini terbagi ke dalam dua hal, yaitu: 1. Proses pembuatan produk dan 2. Proses penyampaian produk kepada pelanggan. c. Proses Pelayanan Purna Jual 34 Pada proses ini merupakan jasa pelayanan kepada pelanggan, setelah penjualan produk atau jasa tersebut dilakukan. Misal: penanganan garansi atas barang yang masuk. Proses Inovasi Proses Operasi ProsesLayanan Purna Jual Gambar Perspektif Proses Bisnis Internal 30 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan Proses pembelajaran dan pertumbuhan ini dapat dikatakan bersumber dari faktor sumber daya manusia, sistem dan prosedur organisasi. Termasuk dalam perspektif ini adalah pelatihan pegawai dan budaya perusahaan yang berhubungan dengan perbaikan individu dan organisasi. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan pertumbuhan dan peningkatan kerja jangka panjang 31 , perusahaan yang melakukan pengukuran kinerja dengan metode balanced scorecard setelah menilai tiga perpektif terdahulu yaitu: Perpektif Finansial, Perpektif Pelanggan dan Perpektif Bisnis Internal. Biasanya menunjukan kesenjangan yang besar antara kemampuan orang, system an prosedur yang ada pada saat ini dengan yang dibutuhkan untuk mencapai 30 Diadaptasi dari: Robert S. Kaplan dan David P. Norton, h. 96 31 Sony Yuwono h 39 Kebutuhan Pelanggan Diidentifikasi Kenali Pasar Ciptakan Produk Jasa Bangun Produk Jasa Luncurkan Produk Jasa Kebutuhan Pelanggan Terpuaskan Layani Pelanggan 35 kinerja yang diinginkan. Untuk itulah, mengapa perusahaan harus melakukan investasi di ketiga faktor tersebut untuk mendorong perusahaan menjadi sebuah organisasi pembelajar. Dalam perspektif ini, ada beberapa yang dapat dijadikan oleh perusahaan sebagai tolak ukur, antara lain: 32 a. Employee Capabilities Kemampuan Pekerja Hal yang paling berarti bagi perusahaan adalah bagaimana para pegawai dapat menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu, perencanaan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan organisasi. b. Information System Capabilities Kemampuan Sistem Informasi Walau bagaimanapun juga, sebaik-baik keahlian pegawai masih diperlukan sistem informasi yang terbaik. Dengan kemampuan yang memadai maka kebutuhan selurh tingkatan manajemen dan pegawai atas informasi yang akurat dan tepat waktu akan dapat dipernuhi dengan sebaik-baiknya. c. Motivation, Empowerment and alignment Motivasi, pemberdayaan dan keselarasan Dalam hal ini sangat penting untuk menjamin adanya proses yang berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif 32 Ibid., h. 42 36 yang sebesar-besarnya bagi para pegawai, agar para pegawai mempunyai wewenang yang memadai untuk mengambil keputusan. Gambar 1. 4. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan 33 ANALISIS SWOT STRENGTHS, WEAKNESSES, OPPORTUNITIES DAN THREATS Pengertian Analisis SWOT Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi, berdasarkan logika yang dapat memaksimalkan kekuatan Sthrength dan peluang Opportunity, dan secara bersamaan dapat 33 Diambil dari Robert S. Kaplan David P. Norton, h. 129 Hasil Kepuasan Kerja Produktivita s Pekerja Retensi Pekerja Iklim Untuk bertindak Infrastruktur Teknologi Kompetensi Staf 37 meminimalkan kelemahan Weakness dan ancaman Threat. Jadi, analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan 34 . Teknis SWOT atau yang dikenal dengan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada dasarnya merupakan satu teknik untuk mengenali berbagai kondisi yang berbasis bagi perencanaan strategi. Setelah mengenali isu permasalahan yang dihadapi secara teoritis perlu dibangun kesepakatan antar stakeholder mengenai “apa yang diinginkan kedepan” terhadap isu tersebut. Komponen atau elemen apa yang diperlukan untuk lebih ditingkatkan, dikurangi, atau justeru diganti, memerlukan proses analisis yang banyak didasarkan pada peta kondisi SWOT dari isu tersebut. SWOT singkatan dari Bahasa Inggris yakni Strength Kekuatan, Weakness Kelemahan, Opportunity Peluang dan Threat Ancaman 35 . Proses pengambilan keputusan strategi selalu berkaitann dengan pengembangan misi, tujuan strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi strategic planner harus menganalisis faktor- faktor strategis perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi. Model yang paling populer untuk analisis situasi adalah analisis SWOT 36 . Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis 34 Freddy Rangkuti, Analisis SWOT teknik membedah kasus bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2006,Cet. ke-12, h.19 35 www. Goodgovernance.co.idTotal Quality Management Dokumentasi 36 Freddy Rangkuti, Analisis Swot Teknik Membedah Kasus Bisnis, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Februari 2006,Cet. ke-12, h.19 38 untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan strength dan peluang opportunity, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan weakness dan ancaman Threat. 37 Fungsi, Manfaat, dan Tujuan Analisis SWOT

a. Fungsi Analisis SWOT

secara umum analisis SWOT sudah dikenal oleh sebagian besar tim teknis penyusun corporate plan. Sebagian dari pekerjaan perencanaan strategi terfokus kepada apakah perusahaan mempunyai sumberdaya dan kapabilitas yang memadai untuk menjalankan misinya dan mewujudkan visinya. Pengenalan akan kekuatan yang dimiliki akan membantu perusahaan untuk tetap menaruh perhatian dan melihat peluang-peluang baru, sedangkan penilaian yang jujur terhadap kelemahan-kelemahan yang ada akan memberikan bobot realisme pada rencana-rencana yang akan dibuat perusahaan, jadi fungsi analisis SWOT adalah menganalisis mengenai kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan, serta analisa mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan yang dilakukan melalui telaah terhadap kondisi eksternal perusahaan.

b. Manfaat Analisis SWOT

Analisis SWOT bermanfaat apabila telah secara jelas ditentukan dalam bisnis apa perusahaan beroperasi, dan arah mana perusahaan menuju ke masa depan serta ukuran apa saja yang digunakan untuk 37 Ibid. h.18 39 menilai keberhasilan manajemen perusahaan dalam menjalankan misinya dan mewujudkan visinya dari hasil analisis akan memetakan posisi perusahaan terhadap lingkungannya dan menyediakan pilihan strategi umum yang sesuai, serta dijadikan dasar dalam menetapkan sasaran- sasaran perusahaan selama 3-5 tahun ke depan untuk memenuhi kebutuhan dan harpan dari para stakeholder atau analisis SWOT berguna untuk menganalisa faktor-faktor di dalam perusahaan yang memberikan andil terhadap kualitas pelayanan atau salah satu komponennya sambil mempertimbangkan faktor-faktor eksternal. 38 38 http:www.goodvernance.co.id Total Quality ManagementDokumentasiA04 40

BAB III OBJEK PENELITIAN