1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dekade  ini  boleh  jadi  periode  keemasan  bagi  ekonomi  syariah,  terutama  di
Indonesia.  Sejak  tahun  2000  silam,  lebih  dari  50  lembaga  ekonomi  berbasis  syariah telah tumbuh dengan suburnya. Hal ini sangat wajar mengingat mayoritas penduduk
Indonesia adalah Muslim
Pertumbuhan  bank syariah dari tahun ke tahun  mengalami peningkatan  yang sangat  signifikan.  Dinamika  pertumbuhan  bank  syariah  ini  bisa  dicermati  dari  data
yang  dipublikasikan  oleh  BI.  Pada  akhir  1999,  total  aset  bank  syariah  di  Indonesia baru  Rp1,12  triliun  atau  0,11  dari  pangsa  pasar  perbankan  nasional.  Saat  itu  baru
ada Bank Muamalat BMI yang didirikan pada 1992, Bank Syariah Mandiri BSM dan  Unit  Usaha  Syariah  Bank  IFI  yang  mulai  menjalankan  operasional  perbankan
pada1999
1
. Pada  Desember  2002,  total  aset  bank  syariah  meningkat  pesat  261,18
dibandingkan tiga tahun sebelumnya menjadi Rp 4,05 triliun. Pada saat itu sudah ada dua  Bank  Umum  Syariah  BUS  dan  enam  Unit  Usaha  Syariah  UUS.  Setahun
kemudian,  dengan  jumlah  total  dua  BUS  dan  delapan  UUS,  total  aset  bank  syariah per Desember 2003 naik 94,28  dari tahun sebelumnya menjadi Rp7,86 triliun.
1
Ahmad Ilham, Bisnis Indonesia BDE Karim Busieniness Consulting artikel di akses di tangerang, sabtu 20 November 2007  melalui
www.Steisebi.com dengan 1 halaman
2 Pada  16  Desember  2003,  Majelis  Ulama  Indonesia  MUI  mengeluarkan
fatwa  tentang  haramnya  bunga  bank  yang  menyebabkan  terjadinya  Unorganic Growth
. Hingga Desember 2004, total bank syariah menjadi tiga BUS Bank Umum Syariah dan 15 UUS Usaha Unit Syariah dengan kenaikan total aset 95,01  dari
tahun  sebelumnya  menjadi  Rp15,33 triliun. Pada akhir 2005, dengan total tiga BUS dan  19  UUS,  total  aset  bank  syariah  meningkat  36,24    dari  tahun  sebelumnya
menjadi Rp20,88 triliun 1,4 pangsa pasar. Setahun  kemudian  jumlah  bank  syariah  menjadi  tiga  BUS  dan  20  UUS
dengan  kenaikan  total  aset  27,98   dari  tahun  sebelumnya  menjadi  Rp26,72  triliun 1,58  pangsa pasar
2
. Bank syariah diperkirakan akan terus tumbuh secara signifikan. Pada Februari
2007, dengan total tiga BUS dan 21 UUS, total aset bank syariah mencapai Rp27,69 triliun atau 1,6  pangsa pasar.
3
BPRS  memiliki  peran  penting  dalam  mendorong  perkembangan  sektor  riil. Sebabnya,  BPRS  berperan  dalam  mendukung  perkembangan  sektor  usaha  kecil  dan
menengah UKM melalui penyaluran pembiayaan. Selain itu, BI juga menginginkan agar  perkembangan  ekonomi  syariah  di  Indonesia  juga  didukung  pesatnya
perkembangan BPRS. Karena itu, perlu adanya dorongan  kepada industri BPRS agar terus  bertambah  dan  berkembang.  Sehingga  ekonomi  syariah  berkembang  melalui
UKM Berdasarkan  data  publikasi  BI  juga  menyebutkan  hingga  Agustus  lalu  aset
BPRS  tercatat  berada  pada  posisi  Rp  1,092  triliun,  Sedangkan    penyaluran
2
Ibid.
3
Republika Online, Koran Ekonomi jum,at 23 maret 2007artikeldiakses di tangerang 20 november 2007, melalui situs
www.republika .com dengan 1 halaman
3 pembiayaan  BPRS  pada  bulan  Agustus  tahun  2006  lalu  tercatat  berjumlah  Rp
822,772  miliar.  Sedangkan  penghimpunan  dana  pihak  ketiga  DPK  BPRS  per Agustus lalu tercatat sebesar Rp 651,391 miliar
4
. Sayangnya,  di  tengah  gebyar  ekonomi  berbasis  syariah,  terselip  berbagai
kelemahan dalam penerapan prinsip syariah itu sendiri. Disinyalir lebih dari 80 dari lembaga  yang  ada  belum  mampu  menjalankan  prinsip-prinsip  syariah  secara  utuh.
Kelemahan pertama, produk-produk syariah yang dipasarkan justru masih didominasi oleh  produk  murabahah  jual  beli.  Produk  ini  dipasarkan  tidak  hanya  untuk
pembiayaan  konsumtif,  entah  itu  berbentuk  KPR,  kendaraan,  dan  sebagainya,  tetapi juga  dipasarkan  untuk  pembiayaan  yang  sifatnya  produktif.  Meskipun  tidak  salah,
tetapi  bila  produk  murabahah  yang  lebih  banyak  digunakan  untuk  pembiayaan produktif,  ia  akan  kurang  mengena  pada  prinsip  syariah  yang  menggunakan  sistem
bagi  hasil.  Harusnya,  produk  yang  paling  gencar  dipasarkan  dan  digunakan  adalah mudharabah dan musyarakah.
Kelemahan lainnya, di lembaga syariah, penunjukan dan pengelolaan sumber daya  manusia SDM  juga  masih  bias. Prinsip syariah, sejatinya  membutuhkan 70
moral  heavy ,  baru  diikuti  dengan  knowledge  dan  appearance.  Namun  pada
praktiknya,  mereka  justru  dijejali  hafalan-hafalan  berbahasa  Arab  dan  hanya diikutkan  pelatihan  instant  ekstra  cepat.  Terkadang  etika  bisnis  dan  konsep  Islami
belum  dikuasai  secara  komprehensif.
5
Kendala  lain  di  bidang  SDM  ini  dalam perkembangan  Perbankan  Syari’ah  juga  dikarenakan  lebih  kepada  belum  lamanya
sistem perbankan itu.sehingga lembaga-lembaga Akademisi belum dapat atau sangat
4
Ibid.
5
Rahmat Syafei, SDM Bank Syari’ah, Pikiran Rakyat, diakses melalui www.pikiran
rakyat.com  h.1
4 terbatas sekali menerapkan pelatihan-pelatihan  membuka ruang baru dalam lembaga
pendidikan.
6
Sehingga  sumber  daya  manusia  yang  diserap  oleh  bank-bank  syariah  yang kenyataannya  adalah  sarjana-sarjana  ekonomi  yang  belajar  dalam  beberapa  bulan
bahkan minggu lewat kursus-kursus itu menjadi tidak kompeten dalam melaksanakan tugasnya,  sementara  sarjana  syariah  jurusan  muamalah  belajar  ekonomi  Islam  itu
bertahun-tahun. Dari sisi kompetensi tentu saja sarjana syariah perlu dipertimbangkan sebagai upaya untuk menumbuhkan kepercayaan dan keyakinan masyarakat.
Di  samping  itu  pula  beberapa  hal  yang  perlu  disempurnakan  dalam  upaya menjadikan  bank  syariah  sebagai  perbankan  yang  mendapat  kepercayaan  dan
keyakinan masyarakat serta terpisah dari bank konvensional antara lain mengenai: a. Ketentuan-ketentuan yang mengatur mengenai prinsip kehati-hatian.
b. Standar akuntansi, audit dan pelaporan. c. Instrumen yang diperlukan untuk pengelolaan likuiditas.
d. Instrumen  moneter  yang  sesuai  dengan  prinsip  syariah  untuk  keperluan pelaksanaan tugas bank sentral, dan lain sebagainya.
e. Memberikan  kepercayaan  kepada  perguruan  tinggi  yang  berkompetensi syariah,  UIN  dan  lembaga  pendidikan  tinggi  syari’ah  misalnya  hal-hal
tersebut  di  atas  sangat  diperlukan  agar  bank  syariah  dapat  menjadi elemen  dari  sistem  moneter  yang  dapat  menjalankan  fungsinya  secara
baik dan mampu berkembang serta bersaing dengan bank konvensional.
6
M, Syafi’i Antonio, Bank Syari’ah Dari Teori Ke Praktek Jakarta: PT Tazkia Cendikia, 2001, hal. 226.SSS
5 Pada  era  globalisasi  dan  informasi  dimana  persaingan  bisnis  semakin
kompetitif,  mengerahkan  dan  mengarahkan  sumber  daya  untuk  mencapai  visi perusahaan  melalui  penerapan  strategi  yang  ditetapkan  merupakan  tanggung  jawab
yang  harus  dipikul  oleh  seluruh  bagian  perusahaan.  Untuk  mengetahui  apakah implementasi  strategi  telah  sejalan  dengan  tujuan  perusahaan,  maka  diperlukan  alat
untuk  menterjemahkan  implementasi  strategi  serta  mengukur  pencapaian  kinerja perusahaan yaitu dengan balanced scorecard.
Idealnya,  setiap  manajemen  perusahaan  memerlukan  suatu  alat  ukur  untuk mengetahui  seberapa  baik  performa  perusahaan.  Objek  yang  selalu  diukur  adalah
bagian  keuangan,  mengapa  hanya  bagian  keuangan  ?  Jawabannya  sederhana  karena keuangan  berbicara  mengenai  angka,  sesuatu  yang  mudah  dihitung  dan  dianalisa.
Dengan  perkembangan  ilmu  manajemen  dan  kemajuan  teknologi  informasi,  sistem pengukuran  kinerja  perusahaan  yang  hanya  mengandalkan  perspektif  keuangan
dirasakan banyak memiliki kelemahan dan keterbatasan.
7
Balanced  Scorecard merupakan salah satu solusi  yang  baik untuk  mengukur
kinerja,  karena  balanced  scorecard  mempunyai  keistimewaan  dalam  hal  cakupan pengukurannya  yang komprehensif,  yaitu  mempertimbangan kinerja pada perspektif
keuangan  dan  perspektif  non  keuangan  yang  mencakup;  perspektif  pelanggan, perspektif  proses  bisnis  internal  serta  perspektif  pertumbuhan  dan  pembelajaran.
Konsep  balanced  scorecard  dikembangkan  sebagai  sistem  pengukuran  kinerja  yang memungkinkan  para  eksekutif  memandang  perusahaan  dari  berbagai  perspektif
secara  simultan.  Balanced  scorecard  sebagai  sistem  manajemen  strategis  yang
6
Jonathan  Sofian  Lusa, Berkenalan  dengan  Balanced  Scorecard  BSc,  ,  artikel  diakses  di Tangerang: Senin, 22 Oktober 2007, diakses melalui
www.jsofian.wordpress.com , dengan 1 halaman.
6 menterjemahkan  visi,  misi  dan  strategi  ke  dalam  seperangkat  tolak  ukur  yang
menyeluruh  yang  memberi  kerangka  kerja  bagi  pengukuran  dan  sistem  manajemen strategis.  Jika  hal  ini  dihubungkan  dengan  model  manajemen  strategi  maka  dapat
dikatakan  bahwa  konsep  balanced  scorecard  sebagai  sistem  manajemen  strategis yang  berada  pada  area  perumusan  dan  implementasi  strategi,  sedangkan  balanced
scorecard sebagai pengukur kinerja berada pada area evaluasi strategi.
8
Untuk itu, dengan adanya ungkapan di atas maka penulis merasa perlu sekali untuk membahas serta meneliti tentang kinerja perusahaan-perusahaan yang berbasis
syari’ah  terutama  objek  dari  penelitian  ini  yaitu  BPRS  Al  Salaam  sebagai  upaya perbaikan  kinerja,  penulis  ingin  membantu  BPRS  Al  Salaam  dengan  memberikan
masukan  terhadap  kinerja  perusahaan  tersebut,  melalui  sebuah  Skripsi  yang  penulis
buat  dengan  judul:  “Analisis  Balanced  Scorecard  Terhadap  Kinerja  BPRS  AL SALAAM”.
B.Batasan dan Rumusan Masalah 1.
Identifikasi Masalah
Evaluasi  kinerja  suatu  perusahaan  selalu  saja  terdapat  masalah  yang  tidak dapat  diduga  oleh  siapa  pun,  begitu  pula  dengan  evaluasi  kinerja  Bank  Perkreditan
Rakyat  Syariah.  Lalu  bagaimana  proses  manajemen  strategi  dan  kinerja  yang  telah dikonsep  dan  dikelola  manajemen  perusahaan  dapat  diimplementasikan,  khususnya
proses  dari  evaluasi  terhadap  pengukuran  kinerja  perusahaan.  Oleh  sebab  itu,  akan
7
Sony Yuwono, Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi Yang Berfokus Pada Strategi; Selanjunya Disebut Balanced Scorecard
, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002, hal. 3.
7 dikumpulkan alternatif-alternatif sebab terjadinya masalah yang pada gilirannya nanti
akan diteliti sesuai batas kemampuan peneliti. Adapun  masalah  yang  akan  penulis  dalam  penelitian  ini  adalah  sebagai
berikut : a.  Apakah nasabah sudah cukup puas dengan kinerja bank?
b.  Apakah  tenaga  SDM  Sumber  Daya  Manusia  yang  ada  sudah  memenuhi kreteria dalam menjalankan Bank?
c.  Bagaimana  kinerja  BPRS  Al  Salaam  jika  dianalisis  dengan  pendekatan balanced scorecard
?
2. Batasan Masalah
Untuk  meneliti  seluruh  identifikasi  masalah  di  atas  memerlukan  suatu  usaha dari  peneliti.  Jika  penulis  dalam  meneliti  memiliki  keterbatasan-keterbatasan
kemampuan, maka penelitian ini hanya akan dibatasi pada : a.  Bagaimana  proses  manajemen  strategi  BPRS  Al  Salaam  terhadap
kebijakan kerja yang diterapkan pihak manajemen perusahaan ? b.  Bagaimana  kinerja  BPRS  Al  Salaam  jika  dianalisis  dengan  pendekatan
balanced scorecard ?
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan  identifikasi  masalah,  batasan  masalah  yang  telah  ditulis  di  atas, maka  penulis  merumuskan  masalahnya  yaitu  “Bagaimana  kinerja  BPRS  Al  Salaam
dilihat  dari  perspektif  balanced  scorecard  perspektif  keuangan,  perspektif
8 pelanggan, perspektif bisnis internal serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran
?”.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.