Dalam hal terakhir, sepanjang tidak merugikan usaha-usaha kerjasama organisasi terutama dalam peningkatan produktifitas kerja masih
mungkin untuk dimanfaatkan.
2. Budaya Organisasi
Kinerja organisasi tidak hanya ada pada level top manajer saja, tetapi juga harus ada pada middle manager dan para bawahan. Jika hanya
para top manager yang mempunyai kinerja yang tinggi, padahal bawahannya tidak memiliki kinerja yang tinggi, maka kualitas pelayanan
yang dirasakan masyarakat tetap akan rendah. Hal ini dikarenakan dalam praktek di lapangan para pelaksana di lapangan justru adalah para
bawahan. Oleh karena itu upaya peningkatan kinerja karyawan harus meliputi keseluruhan level organisasi.
Ukuran kinerja karyawan tidak dapat diukur dari para pelaksana pelayanan, tetapi justru dari penerima layanan. Hal ini dikarenakan kinerja
itu pada dasarnya adalah output dan bukan input. Karena itulah dalam pengukuran suatu kinerja mau tidak mau harus melibatkan konsumen
yang berasal dari masyarakat pengguna jasa layanan. Sebagai input kinerja yang penting adalah budaya organisasi.
Mengingat budaya organisasi merupakan suatu kesepakatan bersama para anggota dalam suatu organisasi atau perusahaan sehingga mempermudah
lahirnya kesepakatan yang lebih luas untuk kepentingan perorangan.
15
Keutamaan budaya organisasi merupakan pengendali dan arah dalam membentuk sikap dan perilaku manusia yang melibatkan diri dalam suatu
kegiatan organisasi. Secara individu maupun kelompok seseorang tidak akan terlepas dengan budaya organisasi dan pada umumnya mereka akan
dipengaruhi oleh keanekaragaman sumber daya yang ada sebagai stimulus seseorang bertindak.
Kebudayaan mengikat para anggota yang dilingkupi kebudayaan itu untuk berprilaku sesuai dengan budaya yang ada. Apabila pengertian
ini ditarik ke dalam organisasi, maka apabila seperangkat norma sudah menjadi budaya dalam organisasi, maka para anggota organisasi akan
bersikap dan bertingkah laku sesuai dengan budaya itu tanpa merasa terpaksa. Apabila budaya itu adalah budaya yang bersifat mengarahkan
kepada anggota organisasi untuk mempunyai kinerja yang baik, maka dapat dipastikan apabila memang semua anggota organisasi sudah
menganggap norma itu sebagai budaya, maka ia akan melaksanakannya dengan baik. Akhirnya pelaksanaan budaya itu akan menghasilkan output
kinerja yang baik. Model budaya organisasi yang ideal untuk suatu organisasi adalah
yang memiliki paling sedikit dua sifat. Pertama, kuat strong, artinya budaya organisasi yang dikembangkan organisasi harus mampu mengikat
dan mempengaruhi perilaku behavior para individu pelaku organisasi
16
pemilik, manajemen dan anggota organisasi untuk menyelaraskan goals congruence antara tujuan individu dan tujuan kelompok mereka dengan
tujuan organisasi. Selain itu, budaya organisasi yang dibangun tersebut harus mampu mendorong para pelaku organisasi dan organisasi itu sendiri
untuk memiliki tujuan goals, sasaran objectives, persepsi, perasaan, nilai dan kepercayaan, interaksi sosial, dan norma bersama yang
mempunyai arah yang jelas sehingga mereka mampu bekerja dan mengekspresikan potensi mereka dalam arah dan tujuan yang sama, serta
dalam semangat yang sama pula. Kedua, dinamis dan adaptif dynamic and adaptive artinya budaya
organisasi yang akan dibangun harus fleksibel dan responsif terhadap perkembangan lingkungan internal dan eksternal organisasi mega
environments seperti tuntutan dari stakeholders eksternal dan perubahan dalam lingkungan hukum, ekonomi, politik, sosial, teknologi informasi,
pemanufakturan, dan lainnya. Namun di dalam kehidupan sehari-hari seseorang tidak akan
terlepas dari lingkungannya. Kepribadian seseorang akan dibentuk pula oleh lingkungannya dan agar kepribadian tersebut mengarah kepada sikap
dan perilaku yang positif tentunya harus didukung oleh suatu norma yang diakui tentang kebenarannya dan dipatuhi sebagai pedoman dalam
bertindak. Pada dasarnya manusia atau seseorang yang berada dalam
17
kehidupan organisasi berusaha untuk menentukan dan membentuk sesuatu yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak, agar dalam
menjalankan aktivitasnya tidak berbenturan dengan berbagai sikap dan perilaku dari masing-masing individu. Sesuatu yang dimaksud tidak lain,
adalah budaya dimana individu berada, seperti nilai, keyakinan, anggapan, harapan, dan sebagainya.
Koesmono 2006 menyatakan bahwa budaya organisasi seringkali digambarkan dalam arti yang dimiliki bersama. Pola-pola dari
kepercayaan, simbol-simbol, ritual-ritual, dan mitos-mitos yang berkembang dari waktu ke waktu dan berfungsi sebagai perekat yang
menyatukan organisasi. Beraneka ragamnya bentuk organisasi atau perusahaan, tentunya mempunyai budaya yang berbeda-beda pula,
misalnya: perusahaan jasa, manufaktur, dan trading. Kartono 1994 menyatakan bahwa bentuk kebudayaan yang
muncul pada kelompok-kelompok kerja di perusahaan-perusahaan berasal dari macam-macam sumber, antara lain, dari stratifikasi kelas sosial asal
buruh-buruh pegawai, dari sumber-sumber teknis dan jenis pekerjaan, iklim psikologis perusahaan sendiri yang diciptakan oleh para direktur,
dan manajer-manajer yang melatar-belakangi iklim kultur buruh-buruh dalam kelompok kecil yang informal.
18
Budaya organisasi sengaja dikembangkan dan digunakan oleh suatu kelompok untuk menghadapi masalah internal dan eksternal dalam
rangka menjaga kelangsungan hidup dan kesejahteraan organisasi dalam jangka panjang. Dalam budaya organisasi juga dikenal istilah subkultur,
yang merupakan kultur kelompok tertentu dalam organisasi. Semakin terisolasi sebuah kelompok tertentu, semakin besar kemungkinan
munculnya subkultur. Terbentuknya subkultur merupakan proses sosial alamiah dalam kelompok tertentu. Seorang pemimpin harus mampu
membentuk sistem dan menciptakan suasana atau iklim organisasi yang kondusif agar mampu mengatasi kecendrungan munculnya subkultur
dalam organisasi yang cenderung merugikan organisasi dalam mencapai tujuan yang dikehendaki.
Budaya organisasi merupakan sesuatu hal yang sangat kompleks. Untuk itu budaya organisasi harus memiliki beberapa karakteristik sebagai
wujud nyata keberadaannya. Masing-masing karakteristik tersebut pada penerapannya akan mendukung pencapaian sasaran perusahaan.
Terdapat beberapa unsur pembentukan budaya perusahaan menurut Atmosoeprapto 2001, yaitu :
a. Lingkungan usaha, lingkungan dimana perusahaan itu beroperasi akan menentukan apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan tersebut untuk
mencapai keberhasilan.
19
b. Nilai-nilai values, merupakan konsep dasar dan keyakinan dari suatu organisasi.
c. Panutanketeladanan, orang-orang yang menjadi panutan atau teladan
karyawan lainnya karena keberhasilannya. d. Upacara-upacara rites dan ritual, acara-acara ritual yang
diselenggarakan oleh perusahaan dalam rangka memberikan penghargaan pada karyawannya.
e. “Network”, jaringan komunikasi informal di dalam perusahaan yang dapat menjadi sarana penyebaran nilai-nilai dari budaya perusahaan.
3. Kompetensi