Analisis Data 1 Dunia Tak Berdaya, 31 Desember 2008

A. Analisis Data 1 Dunia Tak Berdaya, 31 Desember 2008

Gambar 3 : Sampel foto 1 Sumber : Koran Tempo, 31 Desember 2008 1. Makna Denotasi Dalam foto terlihat seorang mayat anak laki-laki berkain kafan berwarna kuning yang diangkat oleh masyarakat Gaza. Kurang lebih puluhan laki-laki penduduk Gaza dengan berbagai ekspresi sedih dan marah sambil menggotong mayat anak laki- laki. Beberapa laki-laki yang mengabadikan moment ini dengan kamera ponsel. 2. Makna Konotasi 2.1 Trick Effect Trick Effect ialah manipulasi gambar secara artificial, dengan maksud membuat foto menjadi lebih baik lagi tanpa mengubah isi foto yang sebenarnya. Dalam foto sample ini, Terlihat indikasi pemotongan sebagian gambar atau cropping yang dilakukan untuk membuang gambar yang dirasa tidak perlu atau mengganggu komposisi visual dari foto sample ini. Selain itu pula, terdapat sentuhan editing, dengan menggunakan sebuah aplikasi pengolahan data foto atau gambar, seperti Photoshop dan aplikasi sejenisnya dengan tujuan mengatur kontras warna yang lebih baik dan merubah foto atau gambar yang sebenarnya. 2.2 Pose Pose dapat dikatakan sebagai gaya, sikap, ekspresi ataupun posisi fotografer. Pada data sample foto ini terlihat beberapa pria mengeluarkan ekspresi sedih yang mendalam. Sebagian orang menangis, melamun dan ada juga yang mengabadikan moment ini dengan kamera ponsel mereka. Posisi fotografer dalam memotret moment ini berada tepat di depan subjek foto dengan meletakkan kamera pada posisi yang lebih tinggi dari subjek foto. 2.3 Objek Objek merupakan benda-benda atau yang dikomposisikan sedemikian rupa sehingga dapat diasosiasikan dengan ide-ide tertentu dan merupakan point of interest atau pusat perhatian dalam foto. Penempatan mayat anak laki-laki itu sebagai point of interest, sangat menarik untuk dilihat. Terlebih warna kuning yang dikenakan mayat tersebut menjadi sangat kontras, sehingga mata yang melihat gambar ini akan langsung tertuju pada mayat anak laki-laki berkain kafan warna kuning itu. 2.4 Photogenia Photogenia ialah seni memotret sehingga foto yang dihasilkan telah menggunakan beberapa teknik-teknik memotret, seperti teknik lighting, exposure, blurring, angle atau cara pengambilan foto, panning maupun moving . Foto ini di ambil dengan menggunakan bukaandiafragma sedang. Hal ini terlihat bagian yang terlihat fokustajam, hanya berada di sekitar mayat laki-laki itu. Sedangkan sisi atasbelakang terlihat blur. Posisi fotografer ketika memotret cukup dekat dengan subjek, hal ini terlihat pada ruang tajam pada gambar tersebut. Angle pemotretan ini ialah high angle atau pandangan tinggi, yaitu posisi kamera lebih tinggi dari objek foto dan sedikit menunduk ke arah objek foto yang lebih rendah. 2.5 Aestheiscism Aestheiscism atau komposisi merupakan susunan dari berbagai objek atau gambar yang mempunyai dua sifat saling bertentangan, bisa “membangun” gambar namun juga bisa mengacaukan gambar. Gambar pada foto ini terlihat menarik dan eye catching karena penempatan mayat laki-laki berkain kafan kuning ini berada di tengah kerumanan. Dalam dunia fotografi hal ini juga di sebut sebagai center of interest. 2.6 Syntax Syntax adalah penyusunan tanda-tanda menjadi satu kalimat atau satu makna tertentu. Syntax tidak harus dibangun dengan lebih dari satu foto. Dalam satu foto pun dapat dibangun syntax. Pembentukan syntax seperti ini biasanya dibantu dengan caption. Foto ini menceritakan bahwa serangan Israel telah banyak menimbulkan korban, terlebih warga sipil termasuk anak laki-laki itu. 3. Mitos Mitos menurut Roland Barthes bukanlah mitos seperti apa yang kita pahami selama ini. Mitos bukanlah sesuatu yang tidak masuk akal, transenden, ahistoris, dan irasional. Anggapan seperti itu, mulai sekarang hendaknya kita kubur. Tetapi mitos menurut Barthes adalah sebuah ilmu tentang tanda. Menurut Barthes, mitos adalah type of speech tipe wicara atau gaya bicara seseorang. Mitos digunakan orang untuk mengungkapkan sesuatu yang tersimpan dalam dirinya. Rasa marah dan kesal yang bercampur kesedihan kini tak terbendung lagi. Ketidakadilan dalam peperangan yang hingga kini masih berlangsung membuat seluruh masyarakat Palestina menderita. Dibawah keadaan yang mencekam, membuat rakyat Palestina kehilangan haknya sebagai manusia. Hingga hari keempat serang Israel tersebut sedikitnya 375 warga Palestina tewas dan setidaknya 1690 orang lainnya cedera. Seakan dunia tak berdaya, serangan brutal tentara zionis tersebut terus-menerus merenggut korban, khususnya warga sipil Palestina. Penyerangan Israel ke Gaza mesti dilihat dari perspektif hukum dan HAM. Terang benderang bahwa di sana ada pelanggaran HAM berat. Alasan pembelaan diri oleh pihak Israel atas lemparan roket Hamas ke kawasan selatan Israel telah melampaui batas proporsinya. Beberapa lemparan roket Hamas ditebus dengan ribuan nyawa masyarakat sipil di Jalur Gaza. Jika korban warga Gaza melebihi angka seribu, maka korban tentara Israel, menurut Hamas, berjumlah 80 orang, bahkan menurut Israel hanya 13 orang. Ini kejahatan perang war crime dan kejahatan terhadap kemanusiaan crime against humanity. Setelah Jalur Gaza diblokade dari berbagai sudut oleh Israel yang menyebabkan kondisi Gaza kian rapuh, maka Hamas bereaksi dengan mengirimkan roket. Namun, Israel membalasnya dengan membabi buta. Tindakan membabi buta telah melanggar hukum perang yang mempersyaratkan bahwa perang tak boleh menghancurkan fasilitas umum dan tak boleh menyerang masyarakat sipil. Israel juga menggunakan fosfor putih yang nyata dilarang penggunaannya ketika perang. Dengan mengacu pada hukum internasional, seperti Statuta Roma, Konvensi Hague, dan Konvensi Jenewa 1949, penjahat perang Israel, seperti PM Israel Ehud Olmert, Menteri Pertahanan Ehud Barak, dan Menteri Luar Negeri Tzipi Livni, perlu dibawa ke Mahkamah Internasional. Dengan adanya pengadilan yang tegas terhadap para penjahat perang ini, diharapkan dendam dan kebencian akan bisa diminimalkan. Tanpa ada sanksi hukum terhadap pelaku, rekonsiliasi antara warga Palestina dan Israel akan sulit diselenggarakan. Rekonsiliasi hanya mungkin ter- jadi ketika hukum sudah ditegakkan terhadap mereka yang melanggar aturan dan konsensus internasional.

B. Analisis Data 2 Perang Kota Pecah, 6 Januari 2009

Dokumen yang terkait

Analisis semiotik foto berita headline pemilukada Banten 2011 di Koran Tangsel Pos

1 11 94

Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013

0 10 123

Analisis Semiotika Foto Headline Pada Harian Pagi Radar Bandung

8 89 150

Analisis Foto Berita Headline Di Harian Umum Bandung Ekspres Di Tinjau Dari Syarat Nilai Foto Berita

0 15 157

POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 6 16

SKRIPSI POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 13

PENDAHULUAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 3 47

KESIMPULAN DAN SARAN POLITIK KEKUASAAN KPK dan POLRI (Analisis Semiotika Foto-Foto Headline Perseteruan KPK dan Polri dalam Tiga Surat Kabar Nasional: Kompas, Koran Tempo, dan Media Indonesia edisi Rabu, 1 Agustus 2012).

0 4 14

BAB I PENDAHULUAN SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 2 20

PENUTUP SEMIOTIKA FOTO JURNALISTIK TENTANG BANJIR (Analisis Semiotika Pierce dalam Foto-Foto Jurnalistik tentang Bencana Alam Banjir di Jakarta pada Surat Kabar Harian Koran Tempo).

0 7 16