BAB III PROFIL KORAN TEMPO
A. Sejarah serta Perkembangan Koran Tempo
Tempo lahir dan besar pada zaman Orde Baru, disokong oleh perusahaan
yang juga dibesarkan pada masa Orde Baru tahun 1971, tetapi Orde Baru juga yang mematikannya.
62
Tempo lahir dan mati di masa Orde Baru, beberapa pendiri Tempo adalah aktivis mahasiswa tahun 19651966 yang ikut
menggulingkan Soekarno. Tempo luput dari pembredalan dua kali pada masa Orde Baru, tahun 1974 dan 1978. Tahun 1982, terjadi Insiden Lapangan
Banteng, menjelang Pemilu 1982 dan dianggap oleh pemerintah mengganggu keamanan. Untuk itu Goenawan Mohammad harus menandatangani kesepakatan
dengan Departemen Penerangan untuk tidak meliput isu-isu yang sensitif, termasuk yang menyangkut keluarga Cendana.
Tempo merupakan bagian dari kelas menengah Orde Baru, untuk itu
Tempo merupakan fondasi ekonomi yang menyokong Orde Baru. Periode ketika
Tempo berjaya ialah pada dekade 1980-an, di mana anggaran belanja iklan
perusahaan banyak masuk ke media cetak. Jumlahnya mencapai 50 dari total belanja iklan tersebut. Inilah yang pada akhirnya membuat gaji para wartawan
Tempo mencapai puncaknya. Setelah perpindahan Tempo dari kawasan Senen
ke kawasan Kuningan pada tahun 1986, setahun kemudian terjadi eksodus puluhan wartawannya. Mereka keluar dari Tempo untuk mendirikan Majalah
62
http:www.kompas.comkompas-cetak050917pustaka2053888.htm
,
artikel berjudul
“Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas” karya Ignatius Haryanto, diakses pada 9 September
2009
Editor , keluarnya mereka dikarenakan Tempo telah berubah menjadi institusi
bisnis, bukan lagi institusi perjuangan dan manajemen sering kali membela pemilik modal dan tidak lagi menganggap wartawan sebagai aset berharga.
“Dunia media sangatlah dinamis karena ia juga mewakili dinamika dalam masyarakat secara mikro. Kantor Tempo pertama di Senen banyak
menyimpan memori. Kehangatan ruang seperti bedeng justru menimbulkan suasana egaliter; pintu penghubung ruangan yang mirip pintu bar di film-film
koboi; perilaku para kolumnis yang kocak-kocak, seperti misalnya: tulisan Ong Hok Ham yang sulit diedit karena satu halaman ketik ketinggalan di rumahnya,
atau Abdurrachman Wahid yang bisa menghabiskan dua nasi bungkus sebelum mulai mengetik kolomnya di Kantor Tempo; dan perilaku para wartawannya
sendiri yang memang jahil, menyiasati waktu-waktu krisis saat deadline. Situasi ini bergeser ketika kemudian Tempo pindah dari suasana pasar ke situasi
perkantoran modern di kawasan Kuningan.”
63
Majalah Tempo adalah majalah berita mingguan Indonesia yang umumnya
meliput berita dan politik. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang merupakan majalah pertama dan tidak memiliki afiliasi dengan
pemerintah. Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994, Tempo kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo juga
menerbitkan majalah dalam bahasa Inggris sejak 12 September 2000 yang bernama Tempo Magazine dan pada 2 April 2001 Tempo juga menerbitkan
Koran Tempo. Pelarangan terbit Majalah Tempo pada 1994 bersama dengan
Editor dan Detik, tidak pernah jelas penyebabnya. Tapi banyak orang yakin
63
Ibid. “Enak dibaca, tetapi Ini Sejarah dari Atas”
bahwa Menteri Penerangan saat itu, Harmoko, mencabut Surat Izin Usaha Penerbitan Pers SIUPP Tempo karena laporan majalah ini tentang impor kapal
perang dari Jerman, laporan ini dianggap membahayakan stabilitas negara. Laporan utama membahas keberatan pihak militer terhadap impor oleh
Menristek BJ Habibie. Sekelompok wartawan juga kecewa pada sikap Persatuan Wartawan Indonesia PWI karena menyetujui pembredelan Tempo, Editor dan
Detik yang kemudian mendirikan Aliansi Jurnalis Indonesia AJI.
Koran Tempo adalah sebuah koran berbahasa Indonesia yang terbit di
Indonesia, pemiliknya adalah PT Tempo Inti Media Harian. Tempo sebelumnya dikenal dengan Majalah Tempo. Dalam proses pendiriannya Koran Tempo
melakukan penjualan saham kepada publik sebanyak 17,6 persen dari dana tersebut hingga akhirnya koran ini bisa beroperasi. Koran Tempo pertama kali
diterbitkan di Jakarta, 2 April 2001 dengan sirkulasi sebesar 100.000 setiap hari.
64
Pertimbangan mendirikan Koran Tempo secara teknis ialah untuk mewadahi bahan-bahan berita Majalah Tempo yang terbuang percuma, secara
idealis Koran Tempo mencoba memunculkan sesuatu yang baru dan berbeda dengan surat kabar lainnya.
Idealisme Koran Tempo sendiri ialah menjadi media massa cetak yang mampu mendorong masyarakat menjadi kritis dalam menerima informasi.
Market reader Koran Tempo ialah masyarakat kelas menengah ke atas yang
secara ekonomi berkecukupan dan memiliki pendidikan tinggi. Motto yang dianut Koran Tempo adalah “to be concise”, yaitu memberitakan sebuah
peristiwa dengan ringkas padat dan jelas sesuai dengan 5 W + 1 H. Motto ini
64
http:id.wikipedia.orgwikiKoran_Tempo, diakses pada 1 September 2009
juga yang mendasari desain Koran Tempo yang pendek dan berita tidak bersambung dari satu halaman lain ke halaman lainnya. Pertimbangan lain
adalah waktu pembaca surat kabar yang relatif pendek. Saat ini Tempo memiliki labelnya sebagai koran kompak, sebuah
pergeseran konsep surat kabar harian broadsheet menjadi format tabloid lima kolom yang lebih mungil dan ringkas. Harus diakui bahwa Tempo adalah
sebuah sekolah jurnalisme dalam praktik di Indonesia yang alumninya diakui di mana-mana. Sebutlah nama-nama petinggi media di Indonesia saat ini, banyak
di antaranya adalah alumni Tempo. Kalau menyebut majalah berita, sukar menyebut media mana pun yang tak ada alumni Tempo di dalamnya.
B. Visi dan Misi Tempo Inti Media