dibutuhkan ketelitian dalam memisahkan atau menentukan antara biaya variable dan biaya tetapnya.
F. Mekanisme Pengelolaan Dana dan Investasi dalam Asuransi Syariah
1. Mekanisme Pengelolaan Dana
Mekanisme pengelolaan dana peserta premi terbagi menjadi dua sistem.
30
a. Sistem pada produk saving ‘tabungan’.
b. Sistem pada produk non saving ‘tidak ada tabungan’.
Sistem operasional asuransi syariah takaful
31
adalah saling bertanggung jawab, bantu-membantu, dan saling melindungi antara para pesertanya. Perusahaan
asuransi syariah diberi kepercayaan atau amanah oleh para peserta untuk mengelola dana premi, mengembangkan dengan jalan yang halal, dan memberikan santunan
kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian. Sedangkan keuntungan perusahaan diperoleh dari pembagian keuntungan
dana peserta yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah sistem bagi hasil. Para peserta asuransi yang berbasiskan syariah berkedudukan sebagai pemilik modal
shohibul mal dan perusahaan berfungsi sebagai pemegang amanah mudharib. Dan keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta
dan perusahaan sesuai dengan ketentuan nisbah yang telah disepakati oleh peserta dan perusahaan sebelumnya.
30
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life And General Konsep dan Sistem
Operasional Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 177.
31
Basuki Agus, AAIJ. Konsep dan Operasional Asuransi Takaful Keluarga. Kopkar. 1997,
hlm. 33.
Adapun dua sistem yang dijalankan setiap perusahaan yang berbasiskan syariah adalah :
a. Sistem pada produk saving tabungan.
Dari premi yang dibayarkan oleh setiap peserta kepada perusahaan asuransi, besar premi yang dibayarkan tergantung kepada kemampuan keuangan peserta. Namun
perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang akan dibayarkan, dan setiap premi yang dibayarkan oleh peserta akan dipisahkan dalam dua rekening yang
berbeda,
32
yaitu : • Rekening Tabungan Peserta, yaitu dana yang merupakan milik peserta, yang
dibayarkan bila :
-
Perjanjian berakhir,
-
Peserta mengundurkan diri,
-
Peserta meninggal dunia. • Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana kebajikan yang telah diniatkan oleh
peserta sebagai iuran dana kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, yang dibayarkan apabila:
-
Peserta meninggal dunia,
-
Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana. • Rekening biaya, yaitu kumpulan dana dari seluruh peserta yang diniatkan untuk
32
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life And General Konsep dan Sistem Operasional Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 177.
membiayai operasiaonal perusahaan.
Gambar 2. tabel mekanisme pengelolaan dana yang mengandung unsur tabungan
33
BIAYA OPERASIONA
L PERUSAH
30
HUBUNGAN AL-
MUDHARABAH INVESTA
REKENI NG
TABARR REKENIN
G REKENIN
G
MANFA AT
REKENI NG
TABARR TOTA
L DANA
PESERT A
IURAN TAKAF
UL REKENI
NG HASIL
INVESTAS 70
C t h
DIBAYARK AN PADA
PESERTA DIBAYARKA
N PADA PESERTA
b. Sistem pada produk non saving.
33
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life And General Konsep dan Sistem Operasional Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 178.
Setiap premi yang dibayar oleh peserta, akan dimasukan dalam rekening tabarru’ perusahaan. Yaitu kumpulan dana yang telah diniatkan oleh peserta sebagai
iuran dan kebajikan untuk tujuan saling menolong dan saling membantu, dan dibayarkan apabila :
-
Peserta meninggal dunia,
-
Perjanjian telah berakhir jika ada surplus dana.
Gambar 3. tabel mekanisme pengelolaan dana pada produk non saving
34
KEUNTUNGA N
PEMEGANG PERUSAHAA
N SAHAM
BIAYA OPERASIONA
L PERUSAHAA
HUBUNGAN AL-MUDHARABAH
50 Contoh 50 Contoh
34
Ibid. h. 179.
IURA N
TAKA FUL
TOTA L
DANA TOTA
L DANA
BEBA N
ASUR ANSI
BAGIAN PERUSAHAA
KEUNTUNGA N
MORTALITA INVESTASI
OLEH PERUSAHA
PESERT
BAGIAN PESERTA
2. Investasi dalam Asuransi Syariah
Pada perusahaan asuransi yang berbasiskan syariah menginvestasikan dana premi dapat dilakukan dalam bentuk apa saja, selama itu tidak mengandung salah satu
unsur yang tiga, yaitu: Maisir, Gharar, Riba. Sekiranya
investasi tersebut dilakukan dalam bentuk penyertaan modal dalam
sebuah perusahaan, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa perusahaan tersebut tidak memperjualbelikan barang-barang yang diharamkan. Seandainya
investasi dalam bentuk deposito, maka pihak asuransi harus mengetahui bahwa bank tempat dana asuransi tersebut didepositokan adalah bank-bank yang beroperasi tidak
dengan sistem bunga, tetapi dengan sistem bagi hasil mudharabah.
35
Secara umum, tujuan perusahaan dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu: 1 profitabilitas profitability, 2 pertumbuhan growth, 3
kelangsungan hidup survival
36
. Kelangsungan hidup tanpa pertumbuhan hanya menempatkan perusahaan pada posisi mengambang seperti hidup segan mati tak
mau. Sedangkan, profitabilitas tanpa memperlihatkan kelangsungan hidup adalah sangat riskan. Dan sementara pertumbuhan tanpa profitabilitas adalah tidak mungkin.
Dalam pengertian pertumbuhan growth, terkandung arti bahwa perusahan itu sudah pasti profitable dan pasti mengarah kepada survived.
37
35
Muhammad Syakir Sula, Asuransi Syariah Life And General Konsep dan Sistem
Operasional Jakarta: Gema Insani Press, 2004, h. 378.
36
Ibid, h. 378.
37
Napa J. Awat, Manajemen Keuangan Pendekatan Matematis, edisi pertama, Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, 1999, hlm.2.
BAB III GAMBARAN UMUM AJB BUMIPUTERA 1912 DIVISI SYARIAH JAKARTA
A. Sejarah Singkat Perusahaan AJB Bumiputera 1912
Saat ini Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan jumlah operator asuransi syariah yang cukup banyak di dunia. Berdasarkan data Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN MUI, terdapat 49 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri dari 40
operator Asuransi Syariah, 3 Reasuransi Syariah dan 6 Broker Asuransi dan Reasuransi Syariah. Perkembangan industri syariah di negeri ini diawali dengan
kelahiran asuransi syariah di indonesia pada tahun 1994. Saat itu PT. Syarikat Takaful Indonesia STI berdiri pada tanggal 24 Februari
1994 yang dimotori oleh Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia, PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri,
Departemen Keuangan RI serta beberapa pengusaha Muslim Indonesia. Selanjutnya STI mendirikan 2 anak Perusahaan yaitu PT. Asuransi Takaful Keluarga pada tanggal
4 Agustus 1994 dan PT. Asuransi Takaful Umum pada tanggal 2 Juni 1995. Maka setelah PT. Asuransi Takaful berdiri, bermunculanlah beberapa perusahaan asuransi
karena menyadari cukup besarnya potensi bisnis asuransi syariah di Indonesia. Hal tersebut kemudian mendorong berbagai perusahaan untuk beramai-ramai masuk ke
dalam bisnis asuransi syariah, diantaranya dilakukan dengan langsung mendirikan
40