Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI

MEDAN

SKRIPSI

ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk

DSP SEI SIKAMBING

Oleh :

Nama

: MELANI C. P. SIAHAAN

NIM

: 060522144

Departemen : Akuntansi

GUNA MEMENUHI SALAH SATU SYARAT

UNTUK MEMPEROLEH GELAR SARJANA EKONOMI

2 0 1 0


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

NAMA : MELANI C. P. SIAHAAN

N I M : 060522144

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR

PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk DSP SEI SIKAMBING

Medan, April 2010 Menyetujui Pembimbing,

Drs. Hasan Sakti Siregar, M. Si, Ak NIP : 19600302 198601 1 001


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : MELANI C. P. SIAHAAN

N I M : 060522144

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS PELAKSANAAN PROSEDUR

PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PADA PT. BANK DANAMON INDONESIA, Tbk DSP SEI SIKAMBING

TANGGAL : ……….

KETUA DEPARTEMEN

Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak NIP. 19600302 198601 1 001

TANGGAL : ……….

DEKAN

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP. 131 285 985


(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-I EKSTENSI MEDAN

TELAH DIUJI PADA TANGGAL

PANITIA PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak PEMBIMBING : Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak PENGUJI I : Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak PENGUJI II : Drs. Chairul Nazwar, Ak.


(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

“Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing”

adalah benar hasil kerja saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipulikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas.

Medan, 07 April 2010 Yang membuat pernyataan

Melani C. P. Siahaan NIM. 060522144


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa Sorgawi, Tuhan Yesus Kristus, atas berkat dan anugerah serta kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi ini dengan judul “Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing”, guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, yang disebabkan keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik mengenai materi, teknik penyusunan maupun hasil analisisnya. Oleh karena itu, dengan hati terbuka penulis menerima setiap saran dan kritik dari pembaca untuk penyempurnaan pada masa yang akan datang.

Adapun skripsi ini dapat diselesaikan hanya dengan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala dukungan, tenaga, pemikiran, materi, semangat dan juga doa dari semua pihak yang membantu selama penulis menjalani masa perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Hasan Sakti Siregar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Zainal A.T. Silangit, Ak dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding/Penguji I dan II, Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak, selaku Dosen Wali dan seluruh Staf Pengajar dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik dan membimbing serta membantu penulis selama perkuliahan.

5. Bapak Gunung Simarmata, selaku Pimpinan Cabang, Ibu Dewi Sartika selaku Credit Officer, Bapak Bambang Handoko selaku Operational Officer serta seluruh Pegawai PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing yang telah meluangkan waktunya dalam memberikan keterangan dan data yang diperlukan selama penulis melakukan penelitian guna menyusun skripsi ini.

6. Untuk Ibunda tercinta Miana Girsang yang selalu memberikan semangat, dorongan dan doa kepada penulis sampai sekarang.


(8)

Akhirnya dengan kerendahan hati penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 07 April 2010 Penulis,

Melani C. P. Siahaan NIM. 060522144


(9)

ABSTRAK

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna mengangkat taraf hidup masyarakat banyak.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur memberikan kredit modal kerja pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing dalam menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah yang menerima kredit modal kerja dari bank. Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut terjual.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode Analisis Deskriptif yaitu metode dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti. Jenis data yang digunakan yaitu Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan dalam hal ini adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing secara langsung melalui teknik wawancara. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan nasabah.

Setelah melakukan penganalisaan, dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian kredit pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing belum sepenuhnya sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP).

Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain sebaiknya para Sales Officer perlu memperhatikan pengisian aplikasi pinjaman dan peninjauan langsung terhadap perkembangan usaha calon debitur untuk mengurangi terjadinya resiko kredit macet.


(10)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kredit ... 7

1. Pengertian dan Jenis Kredit ... 7

2. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 12

B. Kredit Modal Kerja ... 16

C. Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja ... 19


(11)

2. Analisis dan Evaluasi Kredit Modal Kerja ... 21

3. Negosiasi Kredit Modal Kerja ... 36

4. Rekomendasi Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja ... 37

5. Keputusan Permohonan Kredit Modal Kerja .. 38

D. Hubungan Akuntansi Dengan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja ... 39

E. Kerangka Konseptual ... 42

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 44

B. Jenis Data ... 44

C. Teknik Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Penganalisaan Data ... 45

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN A. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing ... 46

1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 46

2. Struktur Organisasi Perusahaan ... 49

3. Jenis-jenis Kredit ... 54

4. Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja ... 54

a. Pengajuan Permohonan Kredit Modal Kerja ... 54


(12)

b. Analisis dan Evaluasi Kredit Modal

Kerja ... 56 c. Perhitungan Kebutuhan Kredit Modal

Kerja ... 61 d. Rekomendasi Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja ... 62 e. Keputusan Permohonan Kredit Modal

Kerja ... 64 B. Analisis Hasil Penelitian ... 66 1. Analisis Terhadap Struktur Organisasi ... 66 2. Analisis Terhadap Pelaksanaan Prosedur

Pemberian Kredit Modal Kerja ... 68 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 71 B. Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman Tabel 4.1 Analisis Pendapatan Usaha Calon Debitur ... 60


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 42


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman Lampiran i Struktur Organisasi PT. Bank Danamon Indonesia,

Tbk DSP Sei Sikambing ... 75

Lampiran ii Formulir Aplikasi Pinjaman ... 76

Lampiran iii Laporan Penilaian Debitur dan Usaha – CO ... 77

Lampiran iv Laporan Pemeriksaan Jaminan ... 79


(16)

ABSTRAK

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna mengangkat taraf hidup masyarakat banyak.

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur memberikan kredit modal kerja pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing dalam menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah yang menerima kredit modal kerja dari bank. Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut terjual.

Dalam penelitian yang dilakukan, penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif. Metode Analisis Deskriptif yaitu metode dimana data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan diinterprestasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti. Jenis data yang digunakan yaitu Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan dalam hal ini adalah PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing secara langsung melalui teknik wawancara. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan nasabah.

Setelah melakukan penganalisaan, dapat disimpulkan bahwa sistem pemberian kredit pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing belum sepenuhnya sesuai dengan Standard Operational Procedure (SOP).

Saran-saran yang dapat dikemukakan antara lain sebaiknya para Sales Officer perlu memperhatikan pengisian aplikasi pinjaman dan peninjauan langsung terhadap perkembangan usaha calon debitur untuk mengurangi terjadinya resiko kredit macet.


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semua perusahaan ingin sekali maju dan berkembang. Setiap perusahaan tidak semuanya memiliki modal kerja yang cukup untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan yang didirikannya tersebut, ditambah lagi dengan kondisi perekonomian yang tidak menentu yang mengakibatkan laju laba dan rugi pada perusahaan tidak stabil. Di kawasan Asia Tenggara dampak krisis ini sangat terasa sekali, terlebih-lebih di negara Indonesia, terbukti dengan banyaknya perusahaan-perusahaan yang tidak berdaya lagi untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaannya yang akhirnya harus gulung tikar.

Tidak terkecualinya juga dunia perbankan yang sebelum krisis ini dikenal sebagai sektor ekonomi yang sangat potensial dan survival. Saat resesi ini melanda sejumlah bank mengalami krisis yang sangat memprihatinkan secara khusus pada bidang perkreditan yaitu dengan meningkatnya persentase kredit bermasalah yang sering dikenal dengan istilah Non Performing Loan (NPL). Non Performing Loan (NPL) merupakan kredit yang pembayaran angsuran pokok dan bunganya telah lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo, atau kredit yang pembayarannya secara tepat waktu sangat diragukan dan digolongkan sebagai kredit kurang lancar, diragukan, dan macet. Para debitur bank sudah tidak berdaya lagi untuk


(18)

mengembalikan pokok dan bunga pinjaman dari kreditur oleh karena hempasan badai moneter yang menggoncang sendi-sendi bisnis.

Perkembangan perekonomian di negara Indonesia perlahan-lahan mulai membaik yang ditandai dengan terus membaiknya sektor finansial, dimana tren peningkatan indeks bursa, suku bunga secara konsisten terus menurun serta kurs mata uang rupiah relatif stabil dengan kecenderungan terus menguat. Hendaklah disadari bahwa pembenahan untuk menata dan menumbuh kembangkan perekonomian yang kokoh dan dinamis, dimulai dari dunia sektor perbankan. Dunia perbankan khususnya bank umum merupakan mitra usaha yang sangat penting bagi perusahaan-perusahaan industri dagang ataupun jasa non keuangan lainnya. Perbankan merupakan salah satu lembaga yang digunakan oleh pemerintah untuk menunjang program pembangunan sebagai sumber pendanaan bagi badan-badan usaha dalam meningkatkan produktivitasnya. Alasan mengapa perusahaan-perusahaan ingin meminjam pada bank umum saja karena tingginya tingkat suku bunga kredit yang ditawarkan oleh bank lain.

Bank memperoleh sebagian dana yang sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat berupa giro, deposito, tabungan dan sebagainya yang kemudian akan disalurkan kembali pada perusahaan dan masyarakat yang membutuhkannya, terutama kepada dunia usaha dalam bentuk kredit. Dengan memberikan kredit kepada masyarakat, bank telah membantu melancarkan arus barang dan jasa dari produsen kepada konsumen. Oleh karena itu, bank


(19)

merupakan suatu lembaga keuangan yang sangat penting dalam menjalankan kegiatan perekonomian dan perdagangan suatu negara.

Kredit mempunyai suatu kedudukan yang sangat istimewa terlebih untuk negara yang sedang berkembang, sebab tingkat atau volume permintaan dana jauh lebih besar dari penawaran dana yang ada di masyarakat maka kredit tersebut merupakan salah satu sumber dana yang penting bagi modal kerja usaha dari setiap jenis kegiatan bisnisnya bagaikan darah bagi mahluk hidup. Pemberian kredit merupakan suatu proses yang membutuhkan pertimbangan analisis yang baik dari pemimpin bank. Jaminan atas kredit yang dipinjam oleh nasabah sering menjadi masalah. Kemungkinan kerugian yang diderita bank sebagian akibat debitur atau nasabah tidak memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Pertimbangan dan analisis tersebut sangat dipengaruhi oleh ketentuan dan kebijaksanaan dari kantor pusat bank itu sendiri. Pada dasarnya sebelum memberikan kredit seorang pemimpin diberi wewenang untuk memutuskan pemberian kredit, selalu memperhatikan beberapa faktor sebagai bahan pertimbangan. Faktor-faktor tersebut seperti besarnya jumlah kredit yang diminta, tujuan penggunaan kredit, kelayakan usaha calon debitur, bentuk dan nilai jaminan yang diberikan serta beberapa pertimbangan lainnya yang diperlukan.

PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna mengangkat taraf


(20)

hidup masyarakat banyak. Melalui kegiatan perkreditan maka bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing menghadapi masalah yakni banyak nasabah yang mengajukan permohonan kredit modal kerja ternyata tidak layak diberikan kredit modal kerja.

Hal-hal inilah yang menyebabkan penulis tertarik untuk membahas dan menganalisis masalah prosedur pelaksanaan pemberian kredit modal kerja pada bank yang menuangkan hasilnya dalam sebuah karya ilmiah dengan judul : “Analisis Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing”.

B. Perumusan Masalah

Untuk lebih memperjelas permasalahan yang dijadikan sebagai dasar menulis skripsi ini, penulis mencoba untuk merumuskan permasalahan tersebut sebagai berikut : “Apakah pelaksanaan prosedur pemberian kredit modal kerja pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing telah dilaksanakan sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure) untuk menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah menerima kredit modal kerja yang diberikan oleh bank?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh dan mengetahui bagaimana pelaksanaan prosedur pemberian kredit modal kerja pada PT.


(21)

Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing dalam menentukan kriteria layak atau tidaknya calon debitur atau nasabah menerima kredit modal kerja dari bank.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang dilakukan oleh penulis ini adalah :

1. penelitian ini bermanfaat dalam memperluas wawasan dengan membandingkan antara teori-teori yang dipelajari di bangku perkuliahan dengan praktek yang akan dihadapi dalam dunia kerja,

2. penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan atau masukan yang berkaitan dengan pelaksanaan prosedur pemberian kredit modal kerja bagi bank,

3. penelitian ini dihasilkan diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak yang membacanya.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kredit

1. Pengertian Dan Jenis Kredit

Pengertian kredit itu sendiri mempunyai dimensi yang beraneka ragam, dimulai dari arti kata Kredit yang berasal dari bahasa Yunani

Credere yang berarti kepercayaan atau dalam bahasa Latin Creditum

yang berarti kepercayaan akan kebenaran.

Pemberian kredit melibatkan 2 pihak yang berkepentingan langsung yaitu pihak yang kelebihan uang disebut dengan pemberi kredit dan yang membutuhkan uang disebut penerima kredit. Berarti pihak yang berkelebihan uang memberikan uang (prestasi) kepada pihak yang memerlukan uang dan pihak yang memerlukan uang berjanji akan mengembalikan uang tersebut dalam suatu waktu di masa yang akan datang sesuai dengan perjanjian.

Menurut Mahmoeddin (2004 : 2) :

Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Berdasarkan Pasal 1 ayat II UU No. 10/1998 tentang Perubahan UU No. 7/1992 tentang Perbankan; kredit adalah :


(23)

Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. (Irmayanto, 2004 : 74)

Ada keterkaitan antara faktor waktu pemberian prestasi dan penerimaan kembali prestasi tersebut. Dengan demikian dalam kredit terkandung juga pengertian degree of risk yaitu suatu tingkat resiko tertentu oleh karena pelepasan kredit mengandung suatu resiko bagi pemberi kredit. Berdasarkan uraian di atas maka unsur-unsur dalam kredit adalah : kepercayaan, waktu, resiko, dan prestasi.

a. Kepercayaan

Keyakinan pemberi kredit bahwa prestasi (uang, jasa atau barang) yang diberikan akan diterima kembali di masa waktu tertentu yang akan datang sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati diantara kedua belah pihak.

b. Waktu

Pemberian kredit dan kontraprestasi dibatasi oleh masa atau waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

c. Resiko

Kemungkinan resiko yang akan terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut.

d. Prestasi

Objek tertentu berupa prestasi dan kontraprestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian kredit berupa uang atau bunga.


(24)

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka kredit dapat diartikan sebagai kemampuan untuk memperoleh barang atau jasa dengan memberikan janji akan membayar kembali dengan uang atau barang pada waktu yang ditentukan.

Jenis-jenis Kredit

Menurut Kasmir (2003 : 109) jenis-jenis kredit yang disalurkan oleh bank dapat melihat dari berbagai segi antara lain :

a. kegunaan, b. tujuan kredit, c. jangka waktu, d. jaminan, e. sektor Usaha.

ad. a. Berdasarkan kegunaan terdiri dari : kredit modal kerja dan kredit investasi.

1) Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

2) Kredit investasi merupakan kredit yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk satu periode yang relatif lama dan biasanya digunakan utama suatu perusahaan.


(25)

ad. b. Berdasarkan tujuan kredit terdiri dari : kredit produktif, kredit konsumtif, dan kredit perdagangan.

1) Kredit produktif merupakan kredit yang digunakan untuk peningkatan usaha atau produksi atau investasi. Kredit ini diberikan untuk menghasilkan barang atau jasa.

2) Kredit konsumtif merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan, karena digunakan atau dipakai seseorang atau badan usaha.

3) Kredit perdagangan merupakan kredit yang digunakan untuk kegiatan perdagangan dan biasanya untuk membeli barang dagangan, yang pembayarannya diharapkan dari penjualan barang dagangan tersebut. Kredit ini sering diberikan kepada

supplier atau agen-agen perdagangan yang akan membeli

barang dalam jumlah tertentu.

ad. c. Berdasarkan jangka waktu terdiri dari : kredit jangka pendek, kredit jangka menengah, dan kredit jangka panjang.

1) Kredit jangka pendek merupakan kredit yang memiliki jangka waktu kurang dari 1 tahun atau paling lama 1 tahun dan biasanya digunakan untuk keperluan modal kerja.

2) Kredit jangka menengah merupakan kredit yang jangka waktunya berkisar antara 1 tahun sampai 3 tahun, kredit ini


(26)

dapat diberikan untuk modal kerja. Beberapa bank mengklasifikasikan kredit jangka menengah menjadi kredit jangka panjang.

3) Kredit jangka panjang merupakan kredit yang masa pengembaliannya lebih dari 3 tahun. Biasanya kredit ini digunakan untuk investasi jangka panjang seperti perkebunan karet, kelapa atau manufaktur dan juga kredit konsumtif seperti kredit perumahan.

ad. d. Berdasarkan Jaminan terdiri dari : kredit dengan jaminan dan kredit tanpa jaminan.

1) Kredit dengan jaminan merupakan kredit yang diberikan dengan suatu jaminan tertentu. Jaminan tersebut dapat berbentuk barang berwujud ataupun barang tidak berwujud. Artinya setiap kredit yang disalurkan akan dilindungi senilai jaminan yang diberikan calon debitur.

2) Kredit tanpa jaminan merupakan kredit yang diberikan tanpa jaminan barang atau orang tertentu. Kredit ini diberikan dengan melihat prospek usaha, karakter, serta loyalitas calon debitur selama berhubungan dengan bank bersangkutan.

ad. e. Berdasarkan sektor usaha terdiri dari : kredit pertanian, kredit peternakan, kredit industri kredit pertambangan, kredit pendidikan, kredit profesi, dan kredit perumahan.


(27)

1) Kredit pertanian merupakan kredit yang dibiayai untuk sektor perkebunan atau pertanian rakyat. Sektor usaha pertanian dapat berupa jangka pendek atau jangka panjang.

2) Kredit peternakan merupakan kredit yang diberikan untuk jangka waktu relatif pendek, misalnya peternakan ayam dan untuk kredit jangka panjang seperti kambing atau sapi.

3) Kredit industri merupakan kredit yang membiayai industri pengolahan baik industri kecil, menengah dan besar.

4) Kredit pertambangan merupakan jenis kredit untuk usaha tambang, biasanya dalam jangka panjang, seperti tambang emas, minyak atau tambang timah.

5) Kredit pendidikan merupakan kredit yang diberikan untuk membangun sarana prasarana pendidikan.

6) Kredit profesi merupakan kredit yang diberikan kepada kalangan para profesional seperti dosen, dokter atau pengacara. 7) Kredit perumahan merupakan kredit untuk membiayai

pembangunan atau pembelian perumahan. 8) Dan sektor-sektor usaha lainnya.

2. Tujuan dan Fungsi Kredit a. Tujuan Kredit

Dalam hal pelepasan atau pemberian kredit memiliki ruang lingkup yang sangat luas. Namun dalam hal ini ada 2 (dua) tujuan


(28)

yang saling berhubungan atas pemberian kredit ini yaitu :

Profitability dan Safety. Profitability merupakan tujuan untuk

memperoleh hasil dari kredit berupa keuntungan yang dinikmati dari pemungutan bunga. Safety merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin.

Dalam kehidupan perusahaan belakangan ini sepertinya hampir tidak ada perusahaan yang tidak menikmati kredit. Karena itu pemerintah telah menunjuk lembaga keuangan yang diberi tugas dan kepercayaan untuk menyalurkan kredit kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Lembaga ini tidak lain adalah bank. Bank selaku lembaga kredit melepaskan uangnya untuk kedua tujuan tersebut di atas. Demikian juga untuk mencapai tujua dimaksud, berbagai kegiatan bank untuk menjamin rentabilitas serta penjagaan likuiditas perlu dilakukan dengan cermat.

Tujuan pemberian suatu kredit adalah :

1) turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan,

2) meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat, 3) memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin


(29)

b. Fungsi Kredit

Fungsi kredit menurut Kasmir (2003 : 107) : 1) untuk meningkatkan daya guna modal,

2) untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, 3) untuk meningkatkan daya guna barang,

4) untuk meningkatkan peredaran barang, 5) sebagai alat stabilitas ekonomi,

6) untuk meningkatkan kegairahan berusaha, 7) untuk meningkatkan pemerataan pendapatan, 8) untuk meningkatkan hubungan internasional.

ad. 1) Untuk meningkatkan daya guna modal (uang)

Para penabung menyimpan uangnya di bank dalam bentuk giro, deposto ataupun tabungan. Uang tersebut dalam prestasi tertentu ditingkatkan kegunaannya oleh bank guna suatu usaha peningkatan produktivitasnya. Dengan demikian dana mengendap di bank tidaklah idle (diam) dan disalurkan untuk usaha-usaha yang bermanfaat untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

ad. 2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Kredit yang disalurkan melalui rekening koran perusahaan atau pribadi menciptakan pertambahan peredaran uang giral. Melalui kredit, peredaran uang akan lebih berkembang sebab kredit menciptakan kegairahan berusaha sehingga penggunaan uang akan bertambah baik secara kualitatif dan kuantitatif.


(30)

ad. 3) Untuk meningkatkan daya guna barang

Produsen dengan bantuan kredit dapat memproduksi bahan mentah menjadi barang jadi sehingga utilitas bahan tersebut meningkat.

ad. 4) Untuk meningkatkan peredaran barang

Dengan peningkatan daya guna barang yang baik maka peredaran akan barang yang masuk dan barang yang keluar akan meningkat pula.

ad. 5) Sebagai alat stabilitas ekonomi

Stabilitas ekonomi diarahkan kepada usaha-usaha seperti pengendalian inflasi, peningkatan eksport, rehabilitas pemasaran dan pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. ad. 6) Untuk meningkatkan kegairahan berusaha

Setiap manusia akan selalu melakukan kegiatan ekonomi dalam memenuhi kebutuhannya. Kegiatan ekonomi atauusaha akan selalu diimbangi dengan peningkatan modal atau dana. Karena itu pengusaha akan selalu berhubungan dengan bank untuk memperoleh bantuan permodalan guna peningkatan usahanya.

ad. 7) Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Apabila rata-rata pengusaha, pemilik tanah, pemilik modal dan karyawan mengalami peningkatan pendapatan maka pendapatan negara bertambah sehingga secara langsung melalui kredit pendapatan nasional akan bertambah.


(31)

ad. 8) Untuk meningkatkan hubungan internasional

Negara-negara yang kuat ekonominya banyak memberikan bantuan kepada negara-negara yang sedang berkembang dalam bentuk bantuan kredit. Melalui bantuan kredit antara negara maka lalu lintas pembayaran internasional dapat terarah dan hubungan perekonomian secara perdagangan dapat berjalan dengan lancar.

B. Kredit Modal Kerja

Pengertian kredit modal kerja menurut Dendawijaya (2001 : 27) : “Kredit modal kerja adalah kredit yang diberikan kepada nasabah (debitur) untuk melayani kebutuhan modal kerja debitur”.

Kredit modal kerja juga merupakan kredit yang diberikan oleh bank kepada debiturnya untuk memenuhi kebutuhan modal kerja. Kriteria dari modal kerja yaitu kebutuhan modal yang habis dalam satu cycle usahanya, hal ini dilihat dalam neraca suatu perusahaan akan uang kas/bank ditambah dengan piutang dagang ditambah dengan persediaan baik persediaan barang jadi, persediaan bahan dalam proses, persediaan bahan baku. Dan apabila yang dibicarakan modal kerja bersih maka dikurangi lagi dengan current liabilities-nya. Dalam praktik sehari-hari sering terjadi kesalahan dalam klasifikasi modal kerja ini antara lain : uang muka untuk pembelian mesin yang diimpor juga dimasukkan dalam modal kerja, hal ini sebetulnya tidak benar karena uang muka ini dalam perputarannya tidak akan


(32)

kembali ke kas lagi akan tetapi menjadi aktiva tetap yaitu mesin yang dibelinya.

Konsep modal kerja mengandung arti sejumlah dana yang diperlukan untuk membiayai operasional perusahaan yang berhubungan dengan pengadaan barang maupun proses produksi sampai dengan barang tersebut terjual atau sejumlah dana yang tertanam dalam aktiva lancar yang diperlukan untuk melayani kebutuhan modal kerja debitur.

Dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan sehari-hari, pihak manajemen akan membutuhkan dana yang cukup untuk menjamin kontinuitas operasinya tersebut. Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

Menurut Syahyunan (2004 : 40) faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja adalah :

1. volume penjualan,

2. besar kecilnya skala usaha perusahaan, 3. aktivitas perusahaan,

4. perkembangan teknologi,

5. sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas.

ad. 1. Volume penjualan

Volume penjualan merupakan faktor yang sangat penting yang mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Karena apabila penjualan meningkat maka kebutuhan modal kerja pun akan meningkat, demikian pula sebaliknya.


(33)

ad. 2. Besar kecilnya skala usaha perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada perusahaan besar sangat berbeda dengan perusahaan kecil. Hal ini terjadi karena perusahaan besar mempunyai keuntungan akibat lebh luasnya sumber-sumber pembiayaan yang tersedia dibandingkan dengan perusahaan kecil yang sangat tergantung hanya pada beberapa sumber saja.

ad. 3. Aktivitas perusahaan

Perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa tidak mempunyai persediaan barang dagangan, sedangkan perusahaan yang menjual barang secara tunai tidak memiliki piutang dagang. Hal ini mempengaruhi tingkat perputaran dan jumlah modal kerja suatu perusahaan. Demikian pula dengan syarat pembelian dan waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh barang yang akan dijual.

ad. 4. Perkembangan teknologi

Kemajuan teknologi, khususnya yang berhubungan dengan proses produksi akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja. Otomatis yang mengakibatkan proses produksi lebih cepat membutuhkan persediaan bahan baku yang lebih banyak agar kapasitas maksimum dapat tercapai. Selain itu akan membuat perusahaan mempunyai persediaan barang jadi dalam jumlah yang lebih banyak pula.


(34)

Ad. 5. Sikap perusahaan terhadap likuiditas dan profitabilitas

Adanya biaya dari semua dana yang digunakan perusahaan mengakibatkan jumlah modal kerja yang relatif besar mempunyai kecenderungan untuk mengurangi laba perusahaan, tetapi dengan menahan uang kas dan persediaan barang yang lebih besar akan membuat perusahaan lebih mampu untuk membayar transaksi-transaksi yang dilakukan dan resiko kehilangan pelanggan tidak terjadi karena perusahaan mempunyai persediaan barang yang cukup. Adapun tujuan yang diberikan kredit modal kerja adalah untuk meningkatkan produksi baik peningkatan kuantitatif maupun kualitatif. Peningkatan kuantitatif produksi dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan peningkatan kualitatif dimaksudkan untuk meningkatkan mutu atau kualitas produk yang dihasilkan.

C. Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian fasilitas kredit modal kerja antara lain :

1. fasilitas kredit modal kerja tidak ada yang bersifat terus menerus sehingga harus sudah dipastikan jangka waktu pelunasan kreditnya sesuai dengan perhitungan dan proyeksi cash flownya,

2. tiga (3) bulan sebelum kredit tersebut jatuh tempo wajib dianalisis uang seperti kredit baru, sehingga sejak dini dapat ditentuka status kredit tersebut akan diperpanjang sesuai dengan siklus bisnis atau dilunasi,


(35)

3. terhadap fasilitas kredit modal kerja secara selektif dapat diberikan fasilitas cerukan kredit (over dreft). Fasilitas cerukan mengandung resiko yang sama dengan fasilitas kredit, oleh karena itu pemberiannya harus didasarkan penilaian aspek-aspek kredit 5 “C”,

4. fasilitas kredit modal kerja dapat digunakan untuk berbagai tujuan yang merupakan satu kesatuan yang artinya dimungkinkan seseorang pemohon kredit mendapat fasilitas kredit modal kerja,

Prosedur pemberian dan penilaian kredit oleh dunia perbankan secara umum antara yang satu dengan bank yang lain tidak jauh berbeda. Yang menjadi perbedaan hanya terletak dari bagaimana tujuan bank tersebut serta persyaratan yang ditetapkannya dengan pertimbangan masing-masing.

Prosedur pemberian kredit modal kerja meliputi : 1. pengajuan permohonan kredit modal kerja, 2. analisis dan evaluasi kredit modal kerja, 3. negoisasi kredit modal kerja,

4. rekomendasi keputusan pemberian kredit modal kerja, 5. keputusan permohonan kredit modal kerja.

1. Pengajuan Permohonan Kredit Modal Kerja

Untuk memperoleh fasilitas kredit dari bank dimana calon debitur mengajukan permohonan kredit modal kerja secara tertulis. Yang perlu diperhatikan dalam permohonan kredit modal kerja hendaknya yang berisi keterangan tentang :

a. riwayat calon debitur meliputi nama calon debitur, jenis bidang usaha, tempat kedudukan (domisili meliputi : rumah, kantor dan


(36)

toko), susunan pengurusan, perkembangan serta wilayah pemasaran produk,

b. tujuan permohonan kredit, jumlah kredit yang diinginkan, jenis kredit, objek yang dibiayai secara tegas menguraikan komponan modal kerja yang diusulkan (piutang usaha, persediaan, dan sebagainya) serta jangka waktu kredit,

Persyaratan pengajuan kredit modal kerja : 1) calon debitur mempunyai usaha yang layak dibiayai,

2) calon debitur mengajukan surat permohonan kredit modal kerja, 3) terdapat identitas calon debitur meliputi copy bukti diri, copy surat

kewarganegaraan atau surat keterangan ganti nama, pas foto calon debitur, identitas calon debitur lainnya,

4) mempunyai identitas usaha sesuai bidang usahanya meliputi : akta pendirian perusahaan, copy bukti SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), SITU (Surat Izin Tempat Usaha), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak), SKU (Surat Keterangan Usaha),

5) bukti kepemilikan agunan, 6) laporan keuangan calon debitur.

2. Analisis dan Evaluasi Kredit Modal Kerja

Pada tahap awal Account Officer harus mencari data dan informasi antara lain melalui wawancara dengan calon debitur,


(37)

kunjungan ke lokasi calon debitur secara on the spot, wawancara dengan pihak lain yang mengetahui karakter serta usaha calon debitur, peyelidikan tentang tujuan penggunaan kredit modal kerja, kunjungan ke lokasi agunan calon debitur untuk mengetahui kebenarannya dan menilai agunan, penilaian atas legalitas usaha dan sebagainya.

Selanjutnya melakukan penilaian awal (prescreening) dengan memperhatikan pasar sasaran yakni jenis udaha yang dilarang dibiayai, jenis usaha yang perlu dihindari, daftar kredit macet BI dan daftar hitam BI. Analisa dan evaluasi yang dituangkan dalam formulir Penilaian Tingkat Resiko Kredit (CRR) untuk menetapkan klasifikasi warna kredit. Klasifikasi warna kredit menghasilkan 3 kemungkinan warna kredit, yaitu putih, abu-abu dan hitam. Kategori Performing Loan (kualitas lancar dan dalam pengawasan khusus) dengan klasifikasi warna kredit putih atau abu-abu. Apabila dari hasil penilaian awal tersebut ternyata usaha calon debitur tidak termasuk dalam pasar sasaran yakni termasuk dalam jenis usaha yang dilarang untuk dibiayai, jenis usaha yang perlu dihindari, termasuk dalam daftar kredit macet BI dan daftar hitam BI maka Account Officer dapat langsung menetapkan warna kreditnya ke dalam klasifikasi warna hitam serta permohonan tersebut dapat langsung ditolak tanpa harus diadakan analisis dan evaluasi lebih lanjut, namun tetap harus dicatat dalam Register SKPP (Surat Keterangan Permohonan Pinjam).


(38)

Prinsip-prinsip Perkreditan

Menurut Abdullah (2005 : 92) prinsip perkreditan dikenal dengan konsep “5C” yaitu :

a. character (watak), b. capacity (kapasitas), c. capital (modal), d. condition (kondisi), e. collateral (jaminan).

a. Character

Analisis yang dilakukan terhadap pribadi nasabah secara individu ataupun pengurus dari suatu badan usaha seperti : sifat-sifat pribadi, gaya hidup (life style). Kebiasaan-kebiasaan dan kemauan serta niat baik nasabah untuk memenuhi kewajiban kelak (willingness to pay). Atau dengan kata lain bank melakukan penilaian untuk mengetahui apakah pemohon kredit ada kemauan membayar hutang jika permohonannya terkabul dan kemungkinan atau profitabilitas dari debitur secara jujur berusaha memenuhi kewajiban.

b. Capacity

Analisis ini bertujuan mengukur tingkat kemampuan calon debitur dalam mengelola kredit yang diberikan. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) Aspek manajemen

Aspek manajemen adalah kemampuan pengelolaan perusahaan, antara lain : kemampuan menetapkan visi dan misi dalam berusaha, menterjemahkan visi dan misi dalam sasaran-sasaran


(39)

spesifik, merumuskan strategi yang diperlukan untuk mencapai sasaran, menetapkan strategi secara efektif dan efisien serta melakukan evaluasi dan pengendalian.

2) Analisis produksi

Analisis aspek produksi bertujuan untuk mengetahui kemampuan pemohon untuk berproduksi/berdagang secara berkesinambungan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : a) Bagaimana proses produksi, kapasitas mesin terpasang dan

terpakai, tahun buatan mesin dan peralatan kerja, tingkat teknologi, pengelolaan limbah, kualitas produksi serta terjaminnya sumber energi.

b) Bagaimana pengadaan bahan baku, lokasi pabrik, pengendalian persediaan serta analisis mengenai dampak lingkungan.

3) Aspek pemasaran

Tujuan analisis terhadap aspek pemasaran adalah untuk menilai kemampuan pemohon dalam memasarkan produknya.

4) Aspek personalia

Analisis aspek personalia bertujuan untuk menilai kemampuan perusahaan dari sisi kuantitas maupun kualitas tenaga kerja yang mendukung aktivitas perusahaan dan kemampuan perusahaan memelihara hubungan baik antara tenaga kerja dengan perusahaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain : jumlah


(40)

tenaga kerja, organisasi kerja, tingkat keahlian manajer dan tenaga pelaksana serta gaya manajemen.

5) Aspek finansial

Menurut Jusuf (2005 : 75) metode yang biasa digunakan pihak bank (account officer) dalam menganalisis laporan keuangan calon debitur adalah :

a) analisis perbandingan, b) analisis rasio,

c) analisis sumber-sumber dan penggunaan dana.

ad. a) Analisis perbandingan

Menurut Harahap (1999 : 227) :

Analisis perbandingan adalah metode analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan yang terdiri dari dua periode atau lebih untuk menunjukkan kenaikan atau penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka atau rasio. Membandingkan laporan keuangan dapat dilakukan dengan mempergunakan laporan keuangan dari satu perusahaan yang terdiri dari beberapa periode atau membandingkan laporan keuangan dari beberapa perusahaan untuk tahun yang sama.

Jenis analisis yang dapat digunakan dalam membandingkan laporan keuangan adalah analisis vertikal dan analisis horizontal. Analisis vertikal yaitu metode yang menganalisis laporan keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk satu periode tertentu dengan cara membandingkan pos yang satu


(41)

dengan pos yang lainnya. Analisis horizontal yaitu membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih.

ad. b) Analisis rasio

Pihak bank memperhatikan secara cermat rasio keuangan usaha calon debitur selama minimal 2 (dua) periode terakhir. Rasio keuangan yang perlu diperhatikan :

Menurut Van Horne dan Wachowicz, Jr (2005 : 205) : (1) rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya (maksimal satu tahun) dengan sejumlah aktiva lancar yang dimiliki,

(2) rasio aktivitas juga disebut sebagai rasio efisiensi atau perputaran, mengukur beberapa efektif perusahaan menggunakan berbagai aktivanya,

(3) rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi. Bersama-sama rasio-rasio ini akan menunjukkan efektivitas operasional keseluruhan perusahaan,

(4) rasio leverage (utang) keuangan dimana menilai dan sejauhmana kemampuan perusahaan dalam menggunakan uang yang dipinjam,

(5) rasio cakupan (coverage ratio) cakupan didesain untuk menghubungkan berbagai beban keuangan perusahaan dengan kemampuannya untuk melayani atau membayarnya.

(1) Rasio Likuiditas (a) Current Ratio

Rasio ini menunjukkan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban lancar. Semakin besar


(42)

perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar maka semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Rumusnya adalah :

% 100 x pendek jangka Kewajiban Lancar Aktiva Ratio Current =

(b) Quick Ratio/Acid Test Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid menutupi hutang lancar. Persediaan dianggap kurang likuid karena memerlukan waktu untuk direalisasikan. Hasil perhitungan tersebut harus menghasilkan minimal 35 % baru dapat dikatakan perusahaan bekerja secara baik.

Rumusnya adalah :

% 100 x pendek jangka Kewajiban Persediaan Lancar Aktiva Ratio

Quick = −

(c) Net Working Capital

Rasio ini digunakan untuk menghitung beberapa kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Jumlah

net working capital ini akan lebih berguna untuk

kepentingan pengawasan intern di dalam suatu perusahaan daripada digunakan sebagai angka


(43)

perbandingan dengan perusahaan lain. Tidak jarang terjadi apabila perusahaan bermaksud untuk mencari pinjaman jangka panjang, maka kreditur jumlah minimum net working capital yang harus tetap dipertahankan. Hal ini digunakan untuk memaksa perusahaan agar tetap mempertahankan jumlah

operating liquidity pada tingkat tertentu serta untuk

menjamin pinjaman yang dilakukan perusahaan. Perbandingan net working capital dari tahun ke tahun juga bisa memberikan gambaran tentang jalannya perusahaan. Jumlah net working capital yang semakin besar menunjukkan tingkat likuiditas yang semakin tinggi pula.

Rumusnya adalah :

s Liabilitie Current

Assets Current Capital

Working

Net = −

(2) Rasio Aktivitas

(a) Days of Receivable (DOR)

Rasio ini menunjukkan periode yang diperlukan untuk menagih piutang dagangnya sehingga menjadi kas. Semakin pendek periodenya maka semakin baik.


(44)

Rumusnya adalah : hari x Kredit Penjualan Dagang g Piu ceivable of

Days Re = tan 360

(b) Days of Inventory (DOI)

Rasio ini menunjukkan periode perputaran persediaan barang berada di gudang.

Rumusnya adalah :

hari x Penjualan Pokok a H Persediaan Inventory of Days 360 arg =

(c) Days of Payable (DOP)

Rasio ini menunjukkan jangka waktu yang diperlukan untuk membayar hutang dagang.

Rumusnya adalah :

hari x Penjualan Pokok Hara Dagang g Hu Payable of

Days = tan 360

(3) Rasio Profitabilitas (a) Net Profit Margin

Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis setelah dikurangi dengan semua biaya dan pajak. Net profit margin pada periode terakhir harus mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya baru dapat dikatakan perusahaan bekerja secara baik.


(45)

Rumusnya adalah : % 100 arg Pr x Penjualan Bersih Laba in M ofit Net =

(b) Return on Assets (ROA)

Evaluasi terhadap return on assets dilakukan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dalam mengelola keseluruhan aktiva yang dimiliki berkaitan dengan perolehan laba. Return on assets pada periode terakhir harus mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode sebelumnya baru dapat dikatakan perusahaan bekerja secara baik.

Rumusnya adalah :

% 100 Re x Aktiva Total Bersih Laba Assets on turn =

(4) Rasio Leverage

(a) Total Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan hutang. Hasil perhitungan tersebut harus menghasilkan lebih kecil dari 100 % baru dapat dikatakan perusahaan bekerja secara baik. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah hutang.


(46)

Rumusnya adalah : % 100 tan x Sendiri Modal g Hu Total Ratio Equity to Debt Total =

(b) Equity to Total Assets

Rasio ini menunjukkan besarnya modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan. Hasil perhitungan tersebut harus menghasilkan lebih besar dari 35 % baru dapat dikatakan perusahaan bekerja secara baik.

Rumusnya adalah :

% 100 x Aktiva Total Sendiri Modal Assets Total to Equity =

(5) Rasio Cakupan (Coverage Ratio)

Rasio Cakupan Bunga (Interest Coverage Ratio)

Rasio ini hanyalah rasio laba sebelum bunga dan pajak untuk periode pelaporan tertentu dengan jumlah beban bunga untuk tiap periode.

Rumusnya adalah :

bunga Beban EBIT Pajak dan Bunga Sebelum Laba Ratio Coverage

Interest = −

ad. c) Analisis Sumber-sumber dan Penggunaan Dana Menurut Jopie Jusuf (2005 : 99) :

Analisis sumber dan penggunaan dana dimaksudkan untuk mengetahui darimana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan. Suatu laporan yang menggambarkan darimana datangnya dan untuk apa dana itu digunakan disebut laporan sumber dan penggunaan dana.


(47)

Laporan sumber dan penggunaan dana suatu perusahaan sangat penting artinya bagi bank dalam menilai permohonan kredit yang diajukan kepadanya untuk mengetahui bagaimana perusahaan itu menggunakan dana yang dimilikinya.

Capacity menurut bank menilai pengalaman debitur dalam

menjalankan usahanya yang berhubungan dengan pendidikan, pengalaman berusaha, observasi perusahaan, penyesuaian diri dengan perekonomian dan ketentuan perusahaan, bank melakukan ini untuk mengetahui apakah debitur mampu mengelola dengan baik dana kredit yang akan diberikan.

c. Capital merupakan penilaian modal diukur dari posisi keuangan perusahaan secara umum. Penilaian terhadap permodalan tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal tersebut melainkan juga bagaimana modal tersebut ditempatkan oleh pengusaha. Bank akan menilai apakah pengaturan modal berjalan secara efektif sehingga kredit digunakan untuk membiayai kekurangan usaha debitur, selain itu untuk mengetahui besar modal sendiri yang tertanam pada usahanya dan beberapa jumlah yang berasal dari pihak lain agar tanggung jawab terhadap kredit dari bank proporsional.


(48)

Analisis ini bertujuan untuk mengukur kemampuan usaha calon debitur untuk mendukung pembiayaan dengan modalnya sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1) besar dan komposisi modal sebagaimana dicantumkan dalam akte pendirian perusahaan dan perubahannya,

2) perkembangan profitabilitas usaha selama minimal dua periode terakhir. Tinggi rendahnya profitabilitas mencerminkan tinggi rendahnya kemampuan modal sendiri dan laba,

3) angka Debt to Equity Ratio harus dianalisis lebih lanjut dengan melihat komposisi hutang yang ada, baik hutang jangka pendek atau jangka panjang.

d. Condition of Economy

Analisis ini bertujuan untuk melihat kondisi perekonomian secara umum serta kondisi pada sektor usaha calon debitur. Keadaan perdagangan serta persaingan di lingkungan sektor usaha calon debitur, sehingga kredit yang diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

Kondisi yang dipersyaratkan adalah bahwa kegiatan usaha debitur mampu mengikuti fluktuasi ekonomi baik dalam maupun luar negeri. Jadi penilaian dilakukan untuk mengetahui pengaruh langsung dari trend ekonomi pada umumnya terhadap prusahaan yang bersangkutan dan perkembangan khusus dalam suatu ekonomi


(49)

tertentu yang mungkin mempunyai efek terhadap kemampuan debitur untuk memenuhi kewajiban.

e. Collateral

Setiap pemberian kredit harus disertai dengan jaminan fisik yang jumlah dan nilainya harus dapat menjamin jumlah kredit, bilamana terjadi suatu kemacetan nantinya. Jaminan kredit ini harus benar-benar dapat dikuasai serta diyakini kebenar-benaran status pemiliknya. Menurut Jusuf (2003 : 97) jaminan yang umumnya dapat diterima oleh bank adalah :

1) uang tunai,

2) deposito berjangka/sertifikat deposito/tabungan/giro, 3) logam mulia,

4) bank garansi,

5) tanah dan bangunan, 6) kendaraan,

7) mesin-mesin dan peralatan, 8) kapal laut,

9) persediaan barang, 10) piutang dagang.

Collateral juga merupakan jaminan kredit mempertinggi tingkat

keyakinan bank bahwa debitur dengan usaha mampu melunasi kredit. Agunan merupakan jaminan tambahan jika bank menganggap aspek-aspek yang mendukung usaha debitur lemah. Jaminan berupa harta benda milik debitur atau pihak lain yang menjamin yang diikat sebagai agunan atau tanggungan.


(50)

Penilaian pemberian kredit berdasarkan prinsip “7P” yaitu : a. personality

Penilaian berdasarkan pada kepribadian debitur seperti riwayat hidup, sikap, emosi dan tindakan dalam menghadapi suatu masalah serta hal lain yang erat hubungannya dengan kepribadian debitur, b. party

Mengklasifikasikan debitur ke dalam klasifikasi tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya sehingga debitur dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda,

c. purpose

Mencari data untuk mengetahui tujuan debitur dalam mengambil kredit. Tujuan pengambilan kredit dapat beranekaragam, sebagai contoh modal kerja, investasi, konsumtif, produktif, dan sebagainya, d. prospect

Menilai usaha debitur di masa yang akan datang, apakah keuntungan atau tidak hal ini dapat diketahui dari perkembangan usaha debitur masa lalu dan perkiraan masa mendatang dari laporan keuangan perusahaan dalam laoran laba atau rugi,

e. payment

Mengetahui cara pembayaran kembali kredit yang akan diberikan. Pihak kreditur akan menilai sumber apa saja yang diperoleh debitur baik dari segi prospek, kelancaran penjualan dan pendapatan maupun


(51)

sumber lain sehngga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktuserta jumlah,

f. profitability

Menganalisis kemampuan debitur dalam memperoleh laba. Tingkat profitabilitas diukur dari suatu periode ke periode lain, sama atau semakin meningkat dan jika akan diberikan kredit maka profitabilitas usaha debitur akan menjadi lebih menguntungkan atau tidak,

g. protection

Tujuannya adalah menjaa agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan baik berupa jaminan barang atau asuransi.

3. Negoisasi Kredit Modal Kerja

Kemudian setelah melakukan analisis dan evaluasi maka Account Officer perlu melakukan negosiasi dengan debitur. Negosiasi yang dilakukan dalam rangka mencapai kesepakatan mengenai jumlah kredit, struktur dan tipe kredit, kelengkapan dokumen serta syarat dan ketentuan kredit yang harus dipenuhi debitur. Negosiasi dapat dilakukan dalam berbagai sarana antara lain : telepon, faksimili, e-mail dan dapat dituangkan dalam bentuk notulen, dituangkan langsung dalam memorandum analisis kredit atau catatan lainnya.

Dari hasil analisis, evaluasi serta negosiasi maka dalam menetapkan struktur dan tipe kredit harus memperhatikan hal-hal antara


(52)

lain identitas pemohon, jumlah pinjaman, keperluan, jenis pinjaman, jangka waktu, suku bunga, provisi, denda, agunan, asuransi, klausula positif atau affirmative covenant (syarat yang harus dilakukan), klausula negatif atau negative covenant (syarat yang tidak boleh dilakukan), dan syarat-syarat kedit lainnya.

Manajer pemasaran mengevaluasi tipe, struktur, dan syarat kredit yang direkomendasikan oleh Account Officer. Jika manajer pemasaran ingin menambahkan beberapa syarat kredit dalam rangka meminimalkan resiko harus mendiskusikan terlebih dahulu dengan Account Officer.

4. Rekomendasi Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja

Rekomendasi pemberian keputusan kredit modal kerja merupakan suatu kesimpulan dari hasil analisis dan evaluasi. Rekomendasi pemberian keputusan kredit harus dibuat secara tertulis oleh Account

Officer dalam memorandum analisis kredit modal kerja dan disampaikan

kepada pimpinan cabang yang berwewenang. Dalam rekomendasi harus secara jelas menguraikan kelemahan dan kekuatan yang akan mempengaruhi kemampuan debitur dalam membayar kembali kreditnya baik dengan dana yang berasal dari hasil usaha yang dibiayai (first way

out) maupun dari sisi agunan kreditnya (second way out). Permohonan

kredit yang dapat dipertimbangkan untuk disetujui (rekomendasi setuju), harus dilengkapi dengan struktur, type, syarat dan ketentuan kredit modal kerja. Sedangkan untuk permohonan kredit modal kerja yang tidak dapat


(53)

dipertimbangkan untuk disetujui (rekomendasi tolak), tidak perlu dilengkapi dengan struktur, type, syarat dan ketentuan kredit.

Dalam pembuatan rekomendasi kredit, Account Officer harus memastikan bahwa telah sesuai dengan kebijakan dan prosedur. Untuk kredit yang lebih kompleks dapat dimintakan pendapat ahli hukum. Kemudian fungsi Administrasi Kredit mencatat dalam Register Permohonan Kredit kemudian meneruskan paket kredit tersebut kepada pimpinan cabang.

5. Keputusan Permohonan Kredit Modal Kerja

Keputusan pemberian kredit harus dilakukan oleh pimpinan cabang atau pihak yang berwenang sesuai keputusan Delegasi Wewenang Kredit dan klasifikasi warna kreditnya serta dilakukan secara tertulis dengan membubuhkan tanda tangannya pada formulir putusan kredit. Putusan kredit modal kerja harus dinyatakan secara tertulis dalam formulir putusan kredit modal kerja yang memuat antara lain :

a. struktur dan tipe kredit,

b. syarat dan ketentuan kredit modal kerja lainnya,

c. ketentuan-ketentuan lain yang harus dilakukan bank dalam rangka pembinaan nasabah.

Dalam memberikan keputusan kredit, pimpinan cabang harus memperhatikan hal-hal meliputi analisis dan evaluasi kredit modal kerja yang dibuat oleh Account Officer. Setelah kredit diputus, fungsi


(54)

administrasi kredit mencatat pada register putusan kredit. Fungsi administrasi kredit menerima paket putusan kredit dari pimpinan cabang selanjutnya menyiapkan surat penolakan atau surat penawaran putusan kredit yang akan ditujukan kepada calon debitur.

D. Hubungan Akuntansi Dengan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja Akuntansi merupakan aktivitas jasa yang berfungsi untuk menyediakan informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomi yang akan dipergunakan sebagai media pertanggungjawaban baik kepada pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan untuk menetapkan berbagai kebijakan yang berhubungan erat dengan kegiatan operasional perusahaan dan pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak yang berkompeten di luar perusahaan seperti pemegang saham, pemerintah, investor, kantor pajak, dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan akan hal itu.

Dalam kaitannya dengan perkreditan, sebelum pengambilan keputusan untuk menolak atau menyetujui suatu permohonan kredit oleh pejabat yang berwewenang, pihak bank akan mengadakan suatu analisis terhadap calon debitur untuk mengetahui apakah calon debitur akan menerima kredit mampu mengembalikan hutang pokoknya ditambah dengan bunga pinjaman beserta kewajiban lainnya, apakah agunan yang dijaminkan kepada pihak bank telah memenuhi syarat yuridis dan sanggup mengcover apabila terjadinya kemacetan, apakah kredit yang diberikan itu cukup aman dan dipergunakan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang terutang dalam permohonan kredit, dan lain sebagainya.


(55)

Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam analisis pemberian kredit yaitu aspek keuangan, yang bertujuan untuk mengetahui posisi dan keadaan keuangan calon debitur, baik pada saat sekarang maupun prospek keuangan debitur untuk masa yang akan datang apakah memenuhi kriteria yang telah ditetapkan oleh pemegang otoritas dan pembuat kebijakan.

Informasi ini dapat diperoleh melalui penganalisisan aspek keuangan calon debitur yang terdiri dari :

1. laporan keuangan : neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas dan catatan pada laporan keuangan,

2. rencana volume produksi dan target penjualan yang akan dicapai serta biaya-biaya akomodasi,

3. rencana pemasaran dari hasil produksi usaha debitur,

4. rencana kegiatan usaha debitur di depan baik investasi maupun perluasan kegiatan usaha dengan jumlah kebutuhan dana,

5. dan unsur-unsur lain yang dianggap perlu.

Laporan keuangan calon debitur adalah untuk menyediakan informasi keuangan tentang suatu entitas ekonomi yang akan dipergunakan sebagai media pertanggungjawaban dan salah satu dasar pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak yang berkompeten di luar perusahaan, termasuk pihak bank dalam hal ini yang akan mencairkan kredit. Laporan keuangan terdiri dari :

a. Neraca merupakan suatu entitas perusahaan yang berisikan tentang harta, kewajiban, dan ekuitas ataupun modal dari pemilik usaha tersebut. Posisi harta dan kewajiban perusahaan. Bank dapat menghitung seberapa besar


(56)

perbandingan antara harta dan kewajiban (current rasio) yang dimiliki oleh perusahaan debitur, sebab perbandingan ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of safety) bagi kreditor untuk melihat kemampuan perusahaan calon debitur dalam membayar kewajibannya. Sudah tentu dengan diketahuinya perbandingan ini oleh bank, maka bank dapat memprediksikan ke depan tentang hal apa perlu dilakukan apabila kelak perusahaan yang dibiayai dengan kredit ini mengalami kegagalan dalam menyelesaikan kewajibannya, apakah memungkinkan harta ini dapat mengcover seluruh nilai kredit yang telah diberikan.

b. Laporan laba rugi merupakan laporan yang berisikan tentang penghasilan utama, pendapatan lain-lain dari kegiatan usaha calon debitur dan biaya operasional serta biaya lain-lain yang berhubunan dengan kegiatan usaha calon debitur. Hasil akhirnya akan menunjukkan laba atau rugi dari hasil kegiatan operasional perusahaan calon debitur. Dengan bank mengetahui apakah usaha calon debitur laba atau rugi maka pihak bank dapat mengambil kebijaksanaan secara tepat apakah berhak diberikan kredit atau tidak. Kalau diasumsikan bahwa perusahaan calon debitur menghasilkan laba, maka dengan ini bank bisa memperkirakan seberapa besar kredit yang wajar diberikan sesuai dengan kemampuan usaha debitur dengan menghasilkan laba.

c. Laporan arus kas menunjukkan tentang sumber utama dan sumber lain penerimaan dan pengeluaran kas dari perusahaan debitur, dan juga pihak bank akan mengetahui tentang kemampuan manajemen perusahaan


(57)

debitur dalam mengelola keuangan perusahaan apakah terjadi pemborosan atau berjalan efisien. Sebab andaikan diberikan kredit bank dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa manajemen perusahaan debitur memiliki profesionalisme yang memadai dalam mengelola perusahaan tersebut sehingga kredit yang diberikan dapat dikembalikan dengan baik, tepat pada waktunya.

d. Likuiditas menunjukkan tentang kemampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan dimaksud untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih, sekaligus pihak bank dapat memastikan bahwa perusahaan calon debitur tersebut dalam keadaan likwid.

e. Solvabilitas menunjukkan tentang kemampuan perusahaan calon debitur untuk memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek maupun jangka panjang. Analisis ini sangat penting bagi bank apabila suatu kelak perusahaan calon debitur mengalami kegagalan (wanprestasi) dalam mengembalikan pokok ditambah bunga kredit dari bank. Suatu perusahaan dikatakan solvable apabila perusahaan tersebut memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua hutang-hutangnya kepada pihak kreditor.

f. Rentabilitas atau profitability menunjukkan tentang kemampuan menghasilkan laba selama periode tertentu. Rentabilitas satu perusahaan dapat diketahui dengan memperbandingkan antara laba yang diperoleh dalam satu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan


(58)

tersebut. Keuntungan yang besar yang termuat dalam laporan laba rugi perusahaan calon debitur tidak menjamin atau bukan merupakan ukuran bahwa perusahaan tersebut rendabel, tetapi bagi bank rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar.

g. Stabilitas usaha calon debitur dimana merupakan yang diukur dapat mempertimbangkan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya ditambah denan beban bunga tepat pada waktunya, serta kemampuan perusahaan untuk membayar deviden secara teratur kepada para pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis keuangan.

E. Kerangka Konseptual

Pengajuan kredit modal kerja merupakan langkah awal dalam pemberian kredit modal kerja kepada calon debitur. Dapat dilihat melalui gambar di bawah ini yang merupakan kerangka konseptual.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sales officer melakukan kunjungan pertama kepada calon debitur

dengan tujuan untuk menawarkan produk serta memberika informasi yang lengkap mengenai karakteristik serta keunggulan produk-produk sekaligus mendapatkan informasi mengenai usaha dan pengajuan kredit calon

Kredit Modal Kerja

Prosedur Pemberian


(59)

debitur. Sales officer menjelaskan syarat-syarat dan dokumen yang diperlukan untuk setiap pengajuan kredit dari calon debitur, serta meminta calon debitur untuk melengkapi dokumen tersebut. Informasi awal yang dibutuhkan oleh SO meliputi fasilitas kredit yang diajukan, informasi usaha, dan aktivitas keuangan di tempat lain.

Setelah sales officer mendapatkan calon debitur, maka untuk memberikan kredit kepada calon debitur dilakukan prosedur yang berlaku dalam pengajuan kredit. Seleksi awal dilakukan oleh SO, kemudian dilakukan registrasi dan pemeriksaan aplikasi dan data calon debitur oleh

credit officer. Setelah itu dilakukan pemeriksaan dokumen identitas dan

dokumen pendukung oleh credit officer. Selanjutnya dilakukan proses verifikasi karakter dan tujuan pinjaman oleh unit manager, proses verifikasi usaha dan debitur oleh credit officer, dan proses verifikasi jaminan. Jika seluruh proses pemberian kredit telah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku, maka tahap terakhir adalah pemberian keputusan yang dilakukan oleh unit manager.


(60)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode descriptive

studies atau studi deskriptif yang menjelaskan dan menguraikan tentang

sifat-sifat dan keadaan yang sebenarnya dari suatu objek penelitian yaitu pada PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder.

1. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari objek penelitian di lapangan dalam hal ini adalah PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing secara langsung melalui teknik wawancara.

2. Data sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari perusahaan dan data tersebut sudah diolah seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi, laporan keuangan nasabah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian dilakukan dengan 3 (tiga) pendekatan.


(61)

1. Teknik observasi yaitu suatu tinjauan langsung ke tempat perusahaannyang menjadi objek penelitian.

2. Teknik wawancara yaitu teknik pengumpulan data dalam metode survei yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subjek penelitian. Penulis melakukan serangkaian tanya jawab atau wawancara secara langsung dengan credit officer serta karyawan-karyawan lainnya.

3. Teknik studi literatur yaitu mengumpulkan data-data dengan membaca dan mempelajari teori-teori dan literatur-literatur yang berkaitan dengan kredit modal kerja.

D. Metode Penganalisaan Data

Setelah data diperoleh, maka penulis melakukan penganalisaan terhadap data-data yang bersangkutan. Adapun metode yang digunakan dalam melakukan penganalisaan ini adalah metode analisa deskriptif yaitu metode dengan menggunakan data-data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dan diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang sebenarnya tentang perusahaan yang diteliti.

E. Jadwal dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan bulan Oktober 2009 sampai dengan selesai pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing yang beralamat di Jalan Gatot Subroto nomor 148 Medan.


(62)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing 1. Sejarah Singkat Perusahaan

Berdiri sejak tahun 1956, PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk adalah Bank Swasta Nasional terbesar kedua dan termasuk dalam lima besar bank komersial di Indonesia, dengan pangsa pasar sebesar 5 % dari jumlah pinjaman dan deposito bank-bank di Indonesia. Bank Danamon memiliki jaringan distribusi geografi yang terluas dari semua bank di Indonesia dengan 500 kantor cabang, 790 ATM serta didukung oleh lebih dari 13.000 karyawan. Bank Danamon saat ini dikenal sebagai salah satu bank terkemuka di bidang konsumen dan UKM selain melayani nasabah korporasi dan kelembagaan di seluruh Indonesia.

Asia Financial Indonesia Ptc.Ltd (AFI) saat ini memiliki saham Danamon sebesar 66 %. Pemegang saham AFI adalah Temasek Holdings (Ptc) Ltd. dan Deutsche Bank AG. Termasuk Holdings merupakan perusahaan induk investasi Singapura dimana banyak anak perusahaannya menjadi perusahaan terkemuka di Singapura seperti DBS Bank, salah satu kelompok perusahaan layanan keuangan terbesar di Asia serta perusahaan penerbangan Singapore Airlines. Sedangkan saham Bank Danamon lainnya sebanyak 10 % dimiliki oleh Republik Indonesia (Menteri Keuangan) dan sisanya sebesar 24 % dimiliki oleh publik.


(63)

Indonesia hingga tahun 2008 terdapat sekitar 50.000.000 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), namun baru 18.000.000 yang memperoleh fasilitas dan akses layanan perbankan. 10.000.000 – 15.000.000 wirausaha memperoleh pembiayaan usaha berasal dari tengkulak dan kerabat/keluarga. Memahami hal ini sebelumnya, Danamon telah melakukan penelitian dengan mewawancarai 1.000 pengusaha mikro dan kecil di 8 kota besar. Responden mengatakan bahwa bank terlalu rumit dan menakutkan dengan berbagai persyaratan dan proses untuk meminjam uang, selain itu mereka tidak mempunyai waktu datang ke bank karena harus menunggu toko atau kiosnya. Mereka membutuhkan suatu layanan dan persyaratan yang sederhana, proses yang mudah dan cepat, serta kenyamanan transaksi yang dapat dilakukan di tempat usaha mereka. Oleh karena itu, pada tahun 2004 Danamon Simpan Pinjam hadir untuk memberikan layanan secara khusus bagi usaha dengan skala mikro dan kecil.

Danamon Simpan Pinjam melayani berbagai aktivitas usaha mikro dan kecil dalam pembiayaan maupun simpanan. Untuk selalu memberikan kemudahan, kecepatan dan kenyamanan layanan. Danamon Simpan Pinjam terdiri dari 2 unit layanan bisnis yang telah disesuaikan dengan kebutuhan, sebagai berikut :

a. Unit Pasar Modal

Fokus melayani nasabah di komunitas pasar inti dan plasma melalui unit pasar modal yang melayani individu dengan usaha


(64)

sendiri yang bersifat informal dengan kebutuhan pembiayaan maksimal Rp. 500.000.000,-.

b. Unit Solusi Modal

Fokus melayani individu yang memiliki usaha sendiri yang berada di luar komunitas pasar (di luar pasar modal), dengan target utama para pengecer/retailer. Kebutuhan pembiayaan yang diberikan maksimal Rp. 50.000.000,-.

VISI, MISI dan NILAI VISI

Kita peduli dan membantu jutaan orang mencapai kesejahteraan.

MISI

Danamon bertekad untuk menjadi “Lembaga Keuangan Terkemuka” di Indonesia yang keberadaannya diperhitungkan. Suatu organisasi yang terpusat pada nasabah, yang melayani semua segmen dengan menawarkan nilai yang unik untuk masing-masing segmen, berdasarkan keunggulan penjualan dan pelayanan, dan didukung oleh teknologi kelas dunia. Aspirasi Danamon adalah menjadi perusahaan pilihan untuk berkarya dan yang dihormati oleh nasabah, karyawan, pemegang saham, regulator dan komunitas dimana kami berada.


(65)

NILAI

Peduli, jujur, mengupayakan yang terbaik, kerjasama, profesionalisme yang disiplin.

2. Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi perusahaan menggembarkan distribusi tanggung jawab, pembagian kerja, wewenang, otoritas dan akuntabilitas (pertanggungjawaban) seluruh pihak atau departemen dalam satu organisasi. Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi tingkat keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan adanya struktur organisasi, maka dapat diketahui wewenang dan tanggung jawab setiap pihak yang menduduki jabatan tertentu sesuai dengan struktur organisasi yang ada.

Struktur organisasi PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing secara garis besar dapat dilihat sebagai berikut :

a. Pimpinan Cabang (Unit Manager)

Berperan sebagai traffic control di unit DSP terhadap aspek

sales, credit, operational, dan collector.

1) Sales

a) mengelola Sales Officer (SO) dan Relationship Officer (RO) untuk mencapai target pencairan dan nasabah baru dengan tetap menjaga kualitas kredit,


(66)

b) memastikan disiplin proses penjualan, dilakukan dengan benar sesuai dengan standar perusahaan,

c) melakukan pembinaan terhadap karyawan guna mendukung pencapaian target,

d) membantu SO membangun jaringan komunitas. 2) Credit

a) melakukan pembinaan dan monitoring guna memastikan inisiasi kredit sesuai dengan kebijakan kredit yang berlaku,

b) menyetujui permohonan kredit untuk nasabah perorangan,

c) memberikan rekomendasi persetujuan kredit untuk permohonan kredit kepada Cluster Manager,

d) bertanggungjawab atas kualitas kredit di unitnya. 3) Operational

a) melakukan pembinaan dan monitoring kepada Teller dan

Operational Officer (OO) dalam menjalankan prosedur

operasional sesuai dengan sistem dan prosedur operasional yang berlaku,

b) bertanggungjawab atas infrastruktur unit DSP dan pemeliharaannya,

c) bertanggungjawab atas penyediaan laporan yang akurat dan berkala.


(67)

4) Collector (penagihan)

melakukan pembinaan dan monitoring guna mengoptimalkan hasil collection dengan memastikan disiplin proses dilakukan dengan benar.

b. Credit Officer bertanggung jawab terhadap :

1) pendaftaran formulir aplikasi permohonan kredit,

2) melakukan proses kredit sesuai dengan kebijakan kredit, 3) penyelidikan informasi negatif calon debitur,

4) membuat rekomendasi persetujuan kredit,

5) mempersiapkan dokumen pengikatan dan proses pencairan kredit,

6) mematuhi prosedur dan kebijakan kredit SEMM (Self

Employed Mass Market).

c. Operational Officer memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1) membantu Unit Manager dalam pelaksanaan rencana kerja tahunan, rencana operasional dan pelayanan dengan mengikuti aturan compliance dan control serta menjalankan dan mengikuti rencana kerja tersebut,

2) bertanggungjawab penuh terhadap kegiatan operasional di unit dan dapat membantu memberikan solusi terhadap permasalahan operational serta memonitor penyelesaiannya berkoordinasi dengan CICO,


(68)

3) melakukan authorized dan pemeriksaan harian untuk beberapa laporan NCBS yaitu : CIF, Pembukaan rekening, Annex file, LOB, Cash Position Report, Non Cash Position Report,

Thumbpad Log, Mobile EDC Log, Neraca, Rugi Laba, LBV

dan Rekening Perantara,

4) bertanggungjawab atas likuiditas kas di Unit, Test Key, Filling dokumen dan perawatan gedung, membuat registrasi dan bertanggungjawab terhadap keberadaan inventaris kantor dan ATK, warkat berharga yang berada di Unit serta memastikan proses CPU dan Collection telah dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku,

5) melakukan maintain debitur lancar dan DPD 1 – 30 setiap hari melalui proses CPU dan Collection yang dilakukan oleh Teller sesuai target dengan memperhatikan strategi yang telah ditetapkan bersama dengan Unit Manager dan membuat prioritas pembagian tugas untuk pencapaiannya.

d. Sales Officer (SO) memiliki tugas dan tanggung jawab sebaf=gai berikut :

1) mencapai target pencairan dan nasabah baru,

2) maintain account nasabah baru 1 tahun sejak dicairkan (setelah 1 tahun diserahkan kepada RO) dengan menjalankan aktivitas

Customer Relationship Management,

3) cross Selling produk funding kepada nasabah,


(69)

e. Relationship Officer memiliki tugas dan tanggung jawab sebagai berikut :

1) mencapai target Top Up (penambahan kredit nasabah),

2) maintain account nasabah baru > 1 tahun sejak dicairkan (kurang dari 1 tahun dimaintain SO) dengan menjalankan aktivitas Customer Relationship Management,

3) cross Selling produk funding kepada nasabah,

4) monitor dan collect pembayaran pinjaman DPD 16 – 30, 5) monitor portfolio pinjaman,

6) collect pembayaran rutin dari nasabah, 7) collect pembayaran tunggakan,

8) mendukung Unit Manager melakukan pemasaran Danamon.

f. Teller

1) Bertanggungjawab penuh terhadap proses pembukaan CIF dan rekening baru nasabah,

2) melayani nasabah dalam melakukan transaksi tunai maupun non tunai dengan baik dan benar sesuai dengan prosedur yang berlaku,

3) melakukan proses Cash Pick – up dan collection sesuai ketentuan yang berlaku,

4) melakukan pencocokan (rekonsiliasi) serta memastikan semua transaksi sesuai dengan bukti transaksi,


(70)

6) cross selling dan menjalankan service excellence,

7) melakukan maintain debitur lancar dan DPD 1 – 30 setiap hari melalui proses CPU dan Collecton sesuai arahan yang sudah ditetapkan oleh OO dan Unit Manager.

3. Jenis-jenis Kredit

Jenis-jenis kredit yang terdapat pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing terdiri dari 2 (dua) jenis.

a. Kredit Modal Kerja (KMK)

Kredit Modal Kerja adalah fasilitas kredit untuk keperluan menemukan modal kerja usaha perorangan. Fasilitas ini dapat digunakan untuk pembelian bahan baku, pembelian persediaan barang dagangan, biaya operasional dengan jangka waktu kredit maksimum 48 bulan.

b. Kredit Investasi (KI)

Kredit Investasi adalah fasilitas kredit untuk keperluan pembelian aktiva tetap usaha perorangan/badan hukum, misalnya mesin-mesin, kendaraan dengan jangka waktu kredit maksimum 5 tahun.

4. Pelaksanaan Prosedur Pemberian Kredit Modal Kerja a. Pengajuan Permohonan Kredit Modal Kerja

Setiap permohonan kredit modal kerja diajukan secara tertulis dengan mengisi formulir Surat Keterangan Permohonan Pinjam (SKPP) yang telah disediakan serta dilengkapi data yang diperlukan untuk bahan penelitian.


(71)

Syarat-syarat penerima kredit modal kerja sebagai berikut : 1) Usaha nasabah telah sesuai dengan pasar sasaran yang telah

ditetapkan oleh PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk, yaitu : a) Tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan

Bank Danamon Indonesia, Tbk.

b) Tidak termasuk dalam debitur pinjaman macet sesuai dengan informasi Bank Indonesia dan Bank Danamon Indonesia, Tbk.

c) Tidak termasuk jenis usaha yang dilarang dan dihindari untuk dibiayai.

2) Usaha nasabah tidak termasuk dalam jenis usaha atau pemberian kredit yang perlu dihindari bersifat spekulatif atau mempunyai resiko tinggi.

3) Tidak melampaui Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) data-data yang perlu untuk pengajuan kredit modal kerja perorangan.

a) KTP calon debitur suami dan istri jika telah menikah (debitur yang diperkenankan melakukan pengajuan pinjaman adalah debitur yang usianya minimal 21 tahun atau minimal 18 tahun untuk yang sudah menikah dan maksimal 60 tahun).

b) Kartu Keluarga (calon debitur).

c) Surat Beda Nama (calon debitur, suami/istri jika telah menikah).


(72)

d) WNI (calon debitur, suami/istri jika telah menikah). e) NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

f) Legalitas usaha meliputi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau surat keterangan dari Kelurahan tempat usaha.

g) Fotocopy Sertifikat Jaminan yang akan diagunkan untuk mengetahui lokasi, nilai ekonomis serta legalitas jaminan. h) Akta Jual Beli apabila terjadi pergantian pemilik.

i) IMB (Izin Mendirikan Bangunan)

j) PBB tahun terakhir untuk jaminan yang akan diagunkan guna mengetahui referensi nilai tanah dan bangunan sebagai nilai jual objek pajak.

k) Laporan keuangan 3 bulan terakhir.

b. Analisis dan Evaluasi Kredit Modal Kerja

Jika sales officer dan pimpinan cabang menilai bahwa permohonan kredit modal kerja layak diproses lebih lanjut, maka

sales officer akan menghubungi calon debitur untuk menentukan

kapan akan dilakukan peninjauan langsung ke lokasi usaha dan lokasi jaminan.

Jenis-jenis jaminan modal kerja terdiri dari benda bergerak dan benda tidak bergerak.


(1)

Officer yang bertindak sebagai pemrakarsa kredit (penganalisa, pengevaluasi, dan perekomendasi) kredit, dan Pimpinan Cabang yang bertindak sebagai pemutus.

Kriteria debitur yang dianggap layak menerima kredit modal kerja adalah sebagai berikut :

a. melengkapi data-data yang diperlukan untuk pengajuan kredit modal kerja baik untuk calon debitur perorangan atau untuk badan usaha atau badan hukum.

b. usaha nasabah telah sesuai dengan pasar sasaran yang telah ditetapkan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing, yaitu :

1) tidak termasuk dalam daftar hitam Bank Indonesia dan Bank Danamon Indonesia,

2) tidak termasuk dalam debitur pinjaman macet sesuai dengan informasi Bank Indonesia dan Bank Danamon Indonesia,

3) tidak termasuk jenis usaha yang dilarang dan dihindari untuk dibiayai.

c. apabila calon debitur telah menjadi nasabah, selama berhubungan dengan PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk mempunyai reputasi baik, tidak pernah melakukan yang tercela dan perputaran rekeningnya baik,

d. nilai agunan harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan serta memiliki nilai marketability.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penulis dapat mengambil kesimpulan dari uraian teoritis dan mempelajari hasil penelitian pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing.

1. Sistem pemberian kredit pada PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing belum sepenuhnya sesuai dengan SOP (Standard Operational Procedure), terlihat dari belum dilaksanakannya beberapa tahap pada prosedur pemberian kredit seperti pengisian aplikasi pemberian kredit oleh sales officer.

2. Pengecekan dokumen calon debitur di dalam pengajuan berkas pinjaman telah dilakukan dengan baik. Hal ini terlihat saat dilakukannnya pengecekan terhadap KTP, kartu keluarga, fotokopi sertifikat jaminan, rekening PBB, legalitas usaha untuk mengetahui keabsahan data tersebut, sampai dilakukannya survei lokasi tempat tinggal dan tempat usaha calon debitur, sehingga diyakinkan bahwa calon debitur layak atau tidak layak mendapatkan pinjaman. Dengan demikian prosedur pemberian kredit tersebut telah membantu meminimalkan resiko kredit macet.

3. Peranan usaha dan jaminan merupakan syarat yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit. Usaha dan jaminan harus mempunyai nilai yang


(3)

cukup untuk menutupi resiko tidak dikembalikannya pinjaman tersebut, sehingga kredit tetap aman.

4. Struktur organisasi perusahaan sudah menggambarkan adanya pemisahan tugas/fungsi dan tanggung jawab yang jelas dan tegas.

5. PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing belum sepenuhnya menerapkan prinsip perkreditan yang dikenal dengan konsep 5C. Hal ini terlihat bahwa PT Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing menerapkan prinsip perkreditan yang terdiri dari: character, capacity, capital, dan collateral.

B. S a r a n

Sebagai tindakan perbaikan yang mungkin dapat diterapkan dan bermanfaat bagi kemajuan perusahaan, penulis mencoba memberikan saran. 1. Sebaiknya para sales officer perlu diperhatikan lagi dalam hal pengisian

aplikasi pinjaman. Jika aplikasi pinjaman belum diisi dengan lengkap sebaiknya pihak pejabat bank yang bertangguang jawab dalam hal membuat keputusan kredit menunda untuk melakukan proses pemberian kredit.

2. Pengecekan dokumen calon debitur yang telah dilakukan sebaiknya tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan lagi sehingga dapat membantu untuk mengurangi terjadinya resiko kredit macet.

3. Melakukan peninjauan secara langsung terhadap perkembangan usaha dan keadaan calon debitur sebaiknya dilakukan secara mendadak dan


(4)

sesering mungkin. Hal ini disebabkan peninjauan ke lapangan adalah untuk memastikan bahwa objek yang diberi kredit benar-benar ada dan sesuai dengan apa yang tertulis dalam permohonan kredit.

4. Dengan struktur organisasi yang sudah baik maka sebaiknya perusahaan mengadakan program pelatihan dan pengembangan seperti program pelatihan dan seminar untuk meningkatkan kemampuan karyawan bank, terutama dalam melaksanakan tugasnya.

5. PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk DSP Sei Sikambing sebaiknya perlu memperhatikan dan melakukan keseluruhan prinsip perkreditan yang dikenal dengan konsep 5C yaitu: Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Faisal, 2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Revisi, Cetakan Kelima, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.

Bank Danamon Indonesia, 2007. Proses dan Prosedur Kredit, Cetakan Pertama, Kantor Pusat, Jakarta.

Harahap, Sofyan Syafri, 1999. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Irmayanto, Juli, 2004. Bank Dan Lembaga Keuangan, Edisi Revisi, Penerbit Universitas Trisakti, Jakarta.

Jusuf, Jopie, 2005. Analisis Kredit Untuk Account Officer, Cetakan Keenam, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Kasmir, 2003. Dasar-dasar Perbankan, Edisi Pertama, Cetakan Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Mulyadi, 2001. Sistem Akuntansi, Cetakan Ketiga, Salemba Empat, Jakarta. Sugiyono, 1004. Metode Penelitian, Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung. Syahyunan, 2004. Manajemen Keuangan, Cetakan Pertama, USU Press, Medan. Teguh, Pudjomulyono, 2001. Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersial,

Cetakan Pertama, BPFE, Yogyakarta.

Van Horne, James, C., Jhon M. Wachowicz, Jr, 2005. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Salemba Empat, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, 2004. Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Dan Penulisan Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan.


(6)

Lampiran i Struktur Organisasi DSP Sei Sikambing

Sales Officer Sales Officer

Relationship Officer

Relationship Officer

Operation Officer Unit Manager

J-Sales Officer

J-Sales Officer Credit Officer