2. Unsur-unsur yang Membangun Puisi
Unsur-unsur yang membangun puisi dibagi menjadi struktur fisik dan struktur batin puisi.
a Struktur fisik
1. Perwajahan Puisi Tipografi
Tipografi adalah bentuk dalam penulisan pada sebuah puisi. Menurut Siswanto, perwajahan tipografi adalah pengaturan dan
penulisan kata, larik dan bait dalam puisi.
16
Sedangkan menurut Waluyo:
tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi, prosa, dan drama. Larik-larik puisi tidak seperti paragraf tetapi membentuk bait.
Baris puisi tidak bermula dari tepi kiri dan berakhir di tepi kanan baris. Tepi kiri atau tepi kanan dari halaman yang memuat puisi belum tentu
terpenuhi tulisan, tidak seperti tulisan yang berbentuk prosa.
17
Di dalam puisi-puisi kontemporer, penyajian tipografi puisi itu dipandang begitu penting sehingga menggeser kedudukan makna
kata-kata, contohnya, puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri. Tipografi puisi dapat membentuk suasana dan maksud yang
hendak dikatakan penyair. 2.
Diksi Diksi adalah pilihan kata, menurut Wahyudi Siswanto,
lengkapnya diksi adalah pemilihan kata-kata yang dilakukan oleh
16
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra Jakarta: PT Grasindo, 2008, h. 113
17
Herman.J.Waluyo, Op.cit., h. 97
penyair dalam puisinya.
18
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan sedikit kata-kata namun mengungkapkan banyak
hal, kata-kata yang digunakan dalam puisi harus secermat- cermatnya. Pemilihan kata dalam puisi berhubungan erat dengan
makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata. Pemilihan kata dalam menciptakan puisi berhubungan erat
dengan latar belakang penyair. Semakin luas wawasan penyair, semakin kaya dan berbobot kata-kata yang digunakan. Kata-kata
dalam puisi tidak hanya sekedar kata-kata yang dihafalkan, tetapi sudah mengandung pandangan pengarang. Kata-kata dalam puisi
juga bisa mengungkapkan perasaan pengarang. Perasaan marah, riang, cemas, khawatir, tegang, dan takut bisa terungkap melalui
puisi yang diciptakan pengarang. Untuk menampilkan kata yang tepat penyair harus paham
dengan arti kata-kata yang digunakan, padanan katanya, dan konteks sajak yang akan ditulis. Meskipun kata-kata yang
digunakan kadang-kadang mengandung arti yang sama, tetapi akan lebih mendalam apabila penggunaan kata diperhatikan dengan
konteks. Penggunaan kata, seperti betina, perempuan, atau wanita memberikan kesan yang berbeda meskipun ketiga kata tersebut
memilik persamaan makna, mengacu kepada jenis kelamin. Di
18
Wahyudi Siswanto, Op.cit., h. 114.
sinilah bagaimana kecermatan penyair dalam pemilihan kata diperlukan untuk memberikan nilai tambah kepada pembacanya.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemilihan kata dalam puisi merupakan kegiatan penyair dalam mencari dan
mengolah kata-kata sebaik mungkin. Hal tersebut dimaksud agar semua luapan hati dalam diri penyair dapat disampaikan secara
lengkap, sesuai dengan kehendak penyair. 3.
Pengimajian Pencitraan Pilihan kata oleh penyair yang difungsikan untuk merujuk,
menyimpangi, dan mengekspresikan sesuatu terkait dengan imaji. Dengan diksi, penyair berusaha mengkonkritkan imaji. Imaji ini
tidak lain adalah daya bayang atau kesan mental yang dapat diserap gambarannya di alam pikir pembaca puisi.
Menurut Siswanto, imaji adalah kata atau kelompok kata yang dapat mengungkapkan pengalaman indrawi, seperti penglihatan,
pendengaran, dan perasaan.
19
Jabrohim mengungkapkan bahwa citraan merupakan salah satu sarana utama untuk mencapai
kepuitisan.
20
Maksud kepuitisan itu di antaranya ialah: keaslian ucapan, sifat yang menarik perhatian, menimbulkan perasaan kuat,
membuat sugesti yang jelas, dan juga sifat yang menghidupkan pikiran. Waluyo berpendapat bahwa imaji pengimajian adalah kata
atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman
19
Ibid, h. 118
20
Jabrohim, dkk. Cara Menulis Kreatif Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, h. 41, Cet. Ke-1
sensoris, seperti penglihatan imaji visual, pendengaran imaji auditif, dan perasaan imaji taktil.
21
Jadi imaji dapat dibagi menjadi tiga: imaji suara auditif, imaji penglihatan visual, dan
imaji perasaan atau sentuh imaji taktil. Imaji dapat mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan
merasakan seperti yang dialami oleh penyair. 4.
Kata Konkret Untuk membangkitkan daya imaji daya bayang pembaca,
maka kata-kata harus diperkonkret. Maksudnya ialah kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh. Seperti halnya
pengimajian, kata yang diperkonkret ini juga erat hubungannya dengan kiasan dan lambang. Jika penyair mahir mengkonkretkan
kata-kata maka pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasa apa yang dilukiskan oleh penyair. Dengan demikian
pembaca terlibat penuh secara batin ke dalam puisi. Menurut Jabrohim, kata konkret adalah kata-kata yang
digunakan oleh penyair untuk menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin untuk membangkitkan imaji pembaca.
22
Kata konkret ini sangat berhubungan dengan imaji. Kata konkret berhubungan dengan kiasan atau lambang.
Misalnya, kata konkret salju dapat melambangkan kebekuan cinta, kehampaan cinta, kehampaan hidup, kekakuan sikap. Kata konkret
21
Herman.J.Waluyo, Op.cit. 78
22
Sukino, Menulis itu Mudah Yogyakarta: Pustaka Populer LKiS, 2010, hlm. 127.
rawa-rawa dapat melambangkan tempat yang kotor, tempat hidup, bumi, dan kehidupan.
Untuk memperkonkret gambaran jiwanya yang penuh dosa, Chairil Anwar menggunakan kata:
“aku hilang bentukremuk”. Sedangkan untuk melukiskan tekadnya yang bulat untuk kembali
ke jalan Tuhan, diperkonkret dengan ungkapan: “Tuhanku di
pintuMu aku mengetuk aku tidak bisa berpaling. ” Hal ini berbeda
dari usahanya untuk mengkonkretkan sikan kebebasannya dengan kata-kata:
“Aku ini binatang jalang dari kumpulannya terbuang.” Untuk mengkonkretkan cita-citanya yang abadi, ia menulis:
“Kumau hidup seribu tahun lagi.” 5.
Bahasa Figuratif atau Gaya Bahasa Bahasa figuratif menjadikan puisi menjadi prismatis, artinya
memancarkan banyak makna atau kaya akan makna. Bahasa figuratif adalah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan
sesuatu dengan cara yang tidak biasa, yakni secara tidak langsung mengungkapkan makna.
Perrine dalam Waluyo, 1995:83 menyatakan bahwa bahasa figuratif dipandang lebih efektif untuk menyatakan apa yang akan
dimaksud penyair.
23
Keefektifan tersebut disebabkan beberapa hal, yaitu:
a. Bahasa figuratif mampu menghasilkan kesenangan imajinatif.
23
Herman .J. Waluyo, Op.Cit., h.83
b. Bahasa figuratif adalah cara untuk menghasilkan imaji
tambahan dalam puisi sehingga yang abstrak jadi konkret dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
c. Bahasa figuratif adalah cara menambah intensitas perasaan
penyair untuk puisinya dan menyampaikan sikap penyair. d.
Bahasa figuratif adalah cara untuk mengonsentrasikan makna yang hendak disampaikan dan cara menyampaikan sesuatu
yang banyak dan luas dengan bahasa yang singkat. Definisi gaya bahasa atau dikenal juga dengan sebutan
majas menurut Keraf adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis pemakai bahasa.
24
Majas mempunyai berbagai macam jenis, antara lain:
a. Metafora
Metafora adalah
semacam analogi
yang membandingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam
bentuk yang singkat.
25
Contoh: bunga bangsa, buaya darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya.
Contoh gaya bahasa metafora terdapat pada puisi Rendra dalam ―Surat Cinta‖, Rendra mengiaskan diri
kekasihnya sebagai Putri Duyung.
24
Gorys Keraf, Diksi dan Gaya Bahasa Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2010, h.113, cet. Ke-20
25
Ibid. h. 139
Engkaulah Putri Duyung Tawananku
Putri Duyung dengan suara merdu Lembut bagi angin laut
Mendesahlah bagiku b.
Persamaan simile Menurut Keraf, persamaan atau simile adalah
perbandingan yang bersifat eksplisit.
26
Yang dimaksud dengan perbandingan yang ekspilisit ialah bahwa ia
langsung menyatakan sesuatu sama dengan hal yang lain. Untuk itu, ia memerlukan upaya yang secara eksplisit
menunjukkan kesamaan itu, yaitu kata-kata: seperti, sama, sebagai, bagaikan, laksana, dan sebagainya. Contoh:
Kikirnya seperti kepiting batu Bibirnya seperti delima merekah
Matanya seperti bintang timur Contoh-contoh dalam puisi modern yaitu: rindunya
bagai permata belum diasah, malam bagai kedok hutan bopeng oleh luka, dan sebagainya.
c. Personifikasi
Menurut Keraf, personifikasi adalah semacam gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati atau
26
Ibid. h.138
barang-barang yang tidak bernyawa seolah-olah memiliki sifat-sifat kemanusiaan.
27
Contoh: Angin meraung-raung di tengah malam yang gelap itu
menambah ketakutan kami. Contoh personifikasi dalam penggalan puisi ―Kubakar
Cintaku‖ karya Emha Ainun Najib pada bait ketiga, yaitu: Rinduku terbang
Menembus penyap bayang Rinduku burung malam
Menangkup cahaya: rahasia bintang-bintang d.
Hiperbola Hiperbola yaitu kiasan yang berlebih-lebihan. Penyair
merasa perlu melebih-lebihkan hal yang dibandingkan itu agar mendapat perhatian yang lebih seksama dari pembaca.
Contoh: Penonton sepak bola membanjiri lapangan.
Air mataku terkuras saat menangisimu. Chairil Anwar melukiskan kata-kata yang berlebihan
hiperbola pada puisinya yang berjudul ―Aku‖, berikut penggalan puisinya:
Biar peluru menembus kulitku Aku tetap meradang menerjang
27
Ibid, h.140
Luka dan bisa kubawa berlari Berlari
Hingga hilang pedih peri Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi e.
Sinekdoke Sinekdoke yaitu menyebutkan sebagian untuk maksud
keseluruhan, atau menyebutkan keseluruhan untuk maksud sebagian. Sinekdoke terbagi menjadi pars prototo
menyebut sebagian untuk seluruh dan totem proparte menyebut keseluruhan untuk maksud sebagian. Contoh :
1 Pars prototo: sejak pagi batang hidungnya belum juga
kelihatan. 2
Totem proparte: Indonesia menjadi juara ke-1 dalam perlombaan bulu tangkis saat melawan Malaysia.
Toto Bachtiar dalam penggalan puisinya yang berjudul ―Gadis Peminta-minta‖, melukiskan penderitaan gadis
peminta-minta, menggunakan kalimat dengan gaya bahasa totem proparte, yaitu:
Ingin aku ikut, gadis kecil berkaleng kecil Pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok
Contoh lain dari gaya totem proparte dan pars prototo ada dalam puisi Hartoyo Andangjaya ―Rakyat‖yaitu:
Rakyat adalah kita totem proparte
Jutaan tangan yang mengayun dalam kerja pars prototo
Di bumi tanah tercinta Jutaan tangan mengayun bersama pars prototo
Membuka hutan lalang jadi ladang-ladang berbunga f.
Ironi Ironi adalah kata-kata yang bersifat berlawanan untuk
memberikan sindiran. Menurut Keraf, ironi adalah suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna atau
maksud berlainan dari apa yang terkandung dalam rangkaian kata-katanya.
28
Contoh ironi terdapat dalam puisi-puisi Rendra, diantaranya yaitu puisi atau sajak yang berjudul ―Sajak
SLA‖, Rendra melukiskan potret kehidupan seorang guru dengan
tujuan untuk
menyindir guru-guru
yang menyelewengkan
wewenangnya demi
memenuhi kebutuhannya dan melalaikan tugasnya sebagai pendidik
generasi muda. Hal tersebut terdapat dalam penggalan puisi berjudul ―Sajak SLA‖ di bawah ini:
Ibu guru perlu sepeda motor Jepang Ibu guru ingin hiburan dan cahaya
28
Ibid. h.143
Ibu guru ingin atap rumahnya tidak bocor Dan juga ingin jaminan pil penenang
……………………………. 6.
Rima dan Ritme a.
Rima Menurut Waluyo, rima adalah pengulangan bunyi dalam
puisi untuk membentuk musikalitas atau orkestrasi.
29
Dengan pengulangan bunyi itu, puisi menjadi merdu jika dibaca.
Contoh penggalan puisi Rendra ―Ballada Terbunuhnya Atmo Karpo‖ berikut ini perpaduan konsonan k, b, dan p, serta
vokal a, i, u, memberi efek suasana yang kacau dan penuh kesibukan.
Dengan kuku-kuku besi kuda menebah perut bumi. Bulan berkhianat gosok-gosokkan tubuhnya pada pucuk-
pucuk para. b.
Ritme Menurut Waluyo, ritme sangat berhubungan dengan bunyi
dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frase, dan kalimat.
30
Sedangkan menurut Siswanto, ritme merupakan tinggi-rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi.
31
Ritme sangat menonjol bila puisi dibacakan.
29
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.90
30
Herman .J. Waluyo, Loc.Cit.
31
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.123
Tiap penyair, aliran, periode, dan angkatan mempunyai perbedaan cara mengulang hal-hal yang dipandang membentuk
ritme. Dalam puisi lama jelas sekali pemotongan baris puisi menjadi dua frase merupakan teknik pembentuk ritme yang
padu, namun teknik tersebut bersifat statis. Berikut ini contoh ritme dalam puisi lama:
Dari mana punai melayang Dari sawah turun ke kali
Dari mana kasih sayang Dari mata turun ke hati
7. Struktur Batin
a. Tema
Menurut Waluyo, tema merupakan gagasan pokok atau subject-matter yang dikemukakan oleh penyair.
32
Pokok pikiran atau pokok persoalan itu begitu kuat mendesak dalam
jiwa penyair,
sehingga menjadi
landasan utama
pengucapannya, jika desakan yang kuat itu berupa hubungan antara penyair dengan Tuhan, maka puisi yang diciptakan
bertema ketuhanan. Jika desakan yang kuat berupa rasa belas kasih atau kemanusiaan, puisi bertema kemanusiaan.
Dengan demikian tema puisi berkaitan dengan tujuan penyair dalam menyampaikan sebuah pesan yang terkandung di
32
Herman .J. Waluyo, Teori dan Apresiasi Puisi, h.106
dalam puisi itu. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsep yang terimanjinasikan.
Oleh karena itu, tema bersifat khusus bagi penyair, tetapi objektif bagi semua penafsir, dan lugas tidak dibuat-buat.
b. Rasa
Menurut Siswanto, rasa dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang terdapat dalam
puisinya.
33
Pengungkapan tema dan rasa berkaitan erat dengan latar belakang sosial dan psikologis penyair, misalnya latar
belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan
pikologis, serta pengetahuan. Contoh, Toto Sudarto Bachtiar dalam ―Gadis Peminta-minta‖, menyikapi pengemis kecil
dengan netral, tidak membenci dan tidak pula dengan rasa belas kasihan yang berlebihan. Dia dapat merasakan kegembiraan
pengemis kecil dalam dunianya sendiri, bukan merupakan dunia yang penuh penderitaan seperti yang disangka orang.
c. Nada
Nada dalam puisi adalah sikap penyair terhadap pembacanya. Nada juga berhubungan dengan tema dan rasa.
Ada penyair yang menyampaikan tema dengan nada menggurui, mendikte, dan bekerja sama dengan pembaca.
33
Wahyudi Siswanto, Pengantar Teori Sastra, h.124
Penyampaian dengan rasa seperti ini untuk memecahkan masalah, dan menyerahkan masalah kepada pembaca.
d. Amanat Pesan
Setiap tulisan pasti ada amanat yang ingin disampaikan oleh seorang penulisnya. Amanat dalam puisi adalah maksud
yang hendak disampaikan atau himbauan pesan atau tujuan yang hendak disampaikan penyair.
Amanat merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan puisinya. Amanat tersirat di balik kata-kata yang
disusun. Amanat juga berada di balik tema yang diungkapkan oleh penyair.
3. Menulis Kreatif Puisi