PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI DITINJAU DARI PEMAHAMAN BAHASA FIGURATIF
commit to user
i
PENGARUH MEDIAPEMBELAJARAN LAGU
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI
DITINJAU DARI PEMAHAMAN BAHASA
FIGURATIF
(Eksperimen pada Siswa Kelas 10 SMA N 1 Gemolong, Sragen
Tahun 2010/2011)
oleh
RATIH KANTHI HANDAYANI
NIM K1207005
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii
PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN LAGU
TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI
DITINJAU DARI PEMAHAMAN BAHASA
FIGURATIF
(Eksperimen pada Siswa Kelas 10 SMA N 1 Gemolong, Sragen
Tahun 2010/2011)
oleh
RATIH KANTHI HANDAYANI
NIM K1207005
Skripsi
ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Budhi Setiawan, M. Pd. Drs. Suyitno, M. Pd.
(4)
commit to user
(5)
commit to user
v
Ratih
Kanthi
Handayani.
K1207005.
PENGARUH
MEDIA
PEMBELAJARAN LAGU TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PUISI
DITINJAU DARI PEMAHAMAN BAHASA FIGURATIF (Eksperimen
pada Siswa Kelas 10 SMAN 1 Gemolong, Sragen Tahun 2010/2011). Skripsi,
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, April 2011.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) ada tidaknya
perbedaan kemampuan menulis puisi siswa yang diajar dengan media lagu dengan
siswa yang diajar dengan media gambar; (2) ada tidaknya perbedaan kemampuan
menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi dengan
siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah; (3) ada tidaknya
interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap
kemampuan menulis puisi.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan desain faktorial 2 x
2. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 SMA Negeri 1
Gemolong, Sragen tahun 2010/2011 yang berjumlah 325 siswa. Sampel terdiri
dari dua kelas, satu kelas sebagai kelompok kontrol yaitu 10 B dan satu kelas
sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas 10 E. Pengambilan sampel ini dengan
menggunakan teknik
Cluster Random Sampling.Selanjutnya, variabel penelitian
ini ada dua, yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah
kemampuan menulis puisi. Adapun variabel bebas terbagi menjadi dua pula, yaitu
variabel bebas media pembelajaran yang dikategorikan media lagu dan gambar,
dan variabel atributif pemahaman bahasa figuratif yang dikategorikan tinggi dan
rendah. Teknik pengumpulan data kemampuanmenulis puisi digunakan teknik tes
essei dan data pemahaman bahasa figuratif digunakan teknik tes pilihan ganda.
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah analisis varians dua jalan
(Anava Dua Jalan).
Berdasarkan hasil analisis dengan Anava Dua Jalan dapat disimpulkan: (1)
terdapat perbedaan rataan yang signifikan antara pembelajaran menulis puisi
dengan media lagu dan media gambar terhadap kemampuan menulis puisi siswa
(Fobs > Ft
(0.05; 1.66)= 9,54> 3,98); (2) terdapat perbedaan rataan yang signifikan
antara siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi dan siswa yang
memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah terhadap kemampuan menulis puisi
(Fobs > Ft
(0.05; 1.66)= 50,5> 3,98); (3) terdapat interaksi antara media
pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis
puisi (Fobs > Ft
(0.05; 1.66)= 25,8> 3,98).
(6)
commit to user
vi
MOTTO
“Sesungguhnya
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila
kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan yang lain).” (QS Al Insyirah: 6
-7)
Barang siapa keluar menuntut ilmu, maka ilmu tidak akan memberi
manfaat kepadanya dan barang siapa keluar menuntut ilmu untuk
mengamalkannya serta ikhlas maka ilmu yang sedikitpun akan
bermanfaat baginya (NN)
(7)
commit to user
vii
Karya ini kupersembahkan
Untuk:
1.
Bapakku (Bpk Suyadi) dan Ibuku (Ibu
Tut Wuri Handayani), terima kasih atas
segala doa dan nasihatnya yang turut
memudahkan langkahku
2.
Adikku tercinta, Ajeng Suryaningrum
3.
Mas Arief Rahmawan yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan
motivasi.
4.
Sahabatku Ganis, Tyas, Wahyu
5.
Teman-teman Bastind 2007
6.
Teman-teman Kos PutriAgung (Nela,
Isna, Ana, Ani, M.Ita, M. Windi, Mpep,
M.harsi, Nanda, M.Yanti, Kisna, Yaya,
Tria, Anis, Tika, Ari)
(8)
commit to user
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulilah selalu penulis ucapkan ke hadirat Allah
Subkhanahu wa Ta`alayang telah melimpahkan banyak nikmat kepada kita
semua. Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada
uswatun hasanahkita
Nabi Muhammad
Sallallahu `Alaihi wassalam.
Banyak hambatan yang penulis hadapi selama penulisan penelitian ini.
Namun demikian berkat Allah dan bantuan berbagai pihak sehingga penulisan
penelitian ini dapat rampung dengan baik. Untuk itu atas segala bentuk bantuan
selama ini, disampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat:
1.
Bapak Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. selaku Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS Surakarta yang telah
mengizinkan penelitian ini.
2.
Bapak Drs. Suparno, M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa
dan Seni yang telah memberikan izin untuk penelitian ini.
3.
Bapak Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. selaku Ketua Program Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP UNS Surakarta yang turut membantu
mendewasakan peneliti.
4.
Bapak Dr. Budhi Setiawan, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan motivasi.
5.
Bapak Drs. Suyitno, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah
memberikan arahan dan motivasi.
6.
BapakSuyadi dan Ibu Tut WuriHandayani
7.
Bapak Drs. Amir Zubaidi, selaku Kepala SMA Negeri 1 Gemolong,
Sragen yang telah mengizinkan penulis untuk meneliti di sekolah
almamaternya.
8.
Bapak Arief Rahmawan,S. Pd. yang telah mengizinkan kelasnya untuk
dijadikan subjek penelitian.
(9)
commit to user
ix
(kelas 10 B) SMA Negeri 1 Gemolong yang telah bersedia menjadi
sumber data penelitian ini walaupun tanpa mengetahui sebelumnya telah
dijadikan subjek penelitian.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan,
diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan,
penelitian selanjutnya dan juga dunia kebahasaan maupun pendidikan.
Surakarta, April 2011
(10)
commit to user
x
JUDUL ... i
PENGAJUAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
MOTTO ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ...
xvii
BAB I PENDAHULUAN ...
1
A. Latar Belakang Masalah ...
1
B. Identifikasi Masalah ...
3
C. Pembatasan Masalah ...
4
D. Rumusan Masalah ...
4
E. Tujuan Penelitian ...
4
F. Manfaat Penelitian ...
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN
YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ...
6
A. Tinjauan Pustaka ...
6
1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi ...
6
2. Hakikat Media Pembelajaran ...
10
3. Hakikat Pemahaman Bahasa Figuratif ...
18
(11)
commit to user
xi
D. Hipotesis Penelitian ...
26
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...
27
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...
27
B. Variabel Penelitian ...
28
C. Desain
Penelitian………
.
28
D. Metode Penelitian ...
29
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...
29
F. Teknik
Pengumpulan Data……….
.
30
G. Instrumen Penelitian ...
30
1. Instrumen Kemampuan Menulis Puisi ...
30
2. Instrumen Pemahaman Bahasa Figuratif ...
32
H. Hasil Ujicoba Instrumen Penelitian ...
33
1. Instrumen Kemampuan Menulis Puisi ...
33
2. Instrumen Pemahaman Bahasa Figuratif ...
34
I. Pelaksanaan Eksperimen ...
34
1. Pengarahan pada Guru ...
34
2. Materi Eksperimen
………
.
34
3. Langkah-langkah Eksperimen ...
35
J. Validitas Perlakuan ...
36
K. Teknik Analisis Data ...
36
1. Uji Normalitas ...
38
2. Uji Homogenitas ...
39
L. Hipotesis Statistik ...
40
BAB IV HASIL PENELITIAN ...
42
A. Deskripsi Data ...
42
1. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Menggunakan Media Lagu (A1) ...
42
2. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Menggunakan Media Gambar (A2) ...
44
(12)
commit to user
xii
Pemahaman Bahasa Figuratif Tinggi (B1) ...
45
4. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif Rendah (B2) ...
47
5. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (A1B1)…………
...
48
6. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (A1B2)…………
...
50
7. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif Tinggi
(A2B1)………
...
51
8. Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar dengan
Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif Rendah
(A2B2)…………
...
53
B. Pengujian Peryaratan Analisis ...
54
1. Uji Normalitas Data ...
55
a. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Lagu (A1)...
55
b. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Gambar(A2)...
56
c. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (B1)………
56
d. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (B2)………..
56
e. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Lagu bagi Kelompok
(13)
commit to user
xiii
Tinggi (A1B1)………
57
f. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Lagu bagi Kelompok
Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (A1B2)………..
57
g. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Gambar bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa
Figuratif
Tinggi (A2B1)………..
57
h. Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Menulis Puisi
Siswa yang Diajar dengan Media Gambar bagi
Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa
Figuratif
Rendah(A2B1)………..
58
2. Uji Homogenitas Varians ...
58
a. Homogenitas
Antarkolom………
...
58
b. Homogenitas
Antarbaris……….
...
59
c. Homogenitas
Antarsel………..
.
59
C. Pengujian Hipotesis ...
58
1. Perbedaan Kemampuan Menulis Puisi antara Siswa yang
Diajar dengan Media Lagu dan Siswa yang Diajar
dengan Media Gambar ...
60
2. Perbedaan Kemampuan Menulis Puisi antara Siswa yang
Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif Tinggi dan Siswa
yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif Rendah ...
61
3. Interaksi antara Media Pembelajaran dan Pemahaman
Bahasa Figuratif dalam Memengaruhi Kemampuan
Menulis Puisi Siswa ...
61
D. Pembahasan Hasil Penelitian ...
65
(14)
commit to user
xiv
A. Simpulan ...
68
B. Implikasi ...
68
C. Saran ...
71
DAFTAR PUSTAKA ...
73
(15)
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Jadwal Penelitian ...
27
2. Rancangan Faktorial 2 x 2...
28
3. Ringkasan Anava ...
31
4. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar
dengan Media Lagu (Kolom1=A1)………
43
5. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar
dengan Media Gambar (Kolom 2
=A2)………..
43
6. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (Baris 1= B1)…..
46
7. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (Baris 2=B2)…..
47
8. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar
dengan Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman
Bahasa Figuratif Tinggi
(Sel1=A1B1)………
49
9. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang Diajar
dengan Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman
Bahasa Figuratif Rendah (Sel2
=A1B2)………...
50
10. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif Tinggi (Sel3
=A2B1)………...
52
11. Distribusi Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman
Bahasa
Figuratif
Rendah
(Sel4
(16)
commit to user
xvi
Gambar
1. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Lagu (A1). ... 43
2. Histogram Frekuensi Nilai Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Gambar (A2) ... 45
3. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (B1)……
... 46
4. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (B2)……
... 48
5. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (A1B1)……
... 50
6. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Lagu bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif
Rendah (A1B2)……
... 51
7. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
Pemahaman Bahasa Figuratif
Tinggi (A2B1)……
... 52
8. Histogram Frekuensi Skor Kemampuan Menulis Puisi Siswa yang
Diajar dengan Media Gambar bagi Kelompok Siswa yang Memiliki
(17)
commit to user
xvii
Lampiran
1. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Puisi Pra-ujicoba ... 76
2. Instrumen Tes Pemahaman Bahasa Figuratif Pra-ujicoba ... 81
3. Hasil Ujicoba Tes Pemahaman BahasaFiguratif ... 100
4. Hasil Ujicoba Tes Kemampuan Menulis Puisi ... 104
5. Validitas dan Reliabilitas Tes KemampuanMenulis Puisi ... 105
6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pemahaman Bahasa Figuratif ... 108
7. Instrumen Tes Kemampuan Menulis Puisi Pasca-ujicoba ... 121
8. Instrumen Tes Pemahaman Bahasa Figuratif Pasca-ujicoba ... 125
9. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 138
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 168
11.Penentuan Kategori Penguasaan Bahasa Figuratif ... 198
12. Data Induk Penelitian ... 199
13. Distribusi Frekuensi Data Induk ... 200
14. Tabel Kerja untuk Analisis Data Penelitian dengan Teknik Statistik
Anava Dua Jalan ... 209
15. Uji Normalitas ... 211
16. Uji Homogenitas ... 233
17. Tabel Statistik Anava Faktorial 2x2 ... 227
18. Hasil Analisis Data Inferensial dengan Teknik Anava Dua Jalan ... 228
19. Uji Lanjut PascaAnava ... 231
(18)
commit to user
(19)
commit to user
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah
Kegiatan pengajaran sastra merupakan salah satu kegiatan yang ada dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Selain pengajaran bahasa, pengajaran sastra pun tak kalah penting untuk dipelajari oleh para siswa. Akan tetapi, selama ini pengajaran sastra dirasa masih belum menunjukkan hasil yang memuaskan. Attar Semi (2002: 134) mengatakan bahwa kualitas pengajaran sastra dinilai rendah dikarenakan berbagai faktor seperti kurikulum, sarana belajar, dan guru.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah menekankan aspek afektif dan psikomotor selain juga kognitif dalam setiap evaluasinya. (Baedhowi, 2006: 812). Hal ini juga didukung fakta bahwa sedikit sekali bahan sastra yang dipelajari siswa. Siswa hanya mengetahui kulitnya saja tanpa tahu hakikat sastra tersebut.
Problem pengajaran sastra di sekolah harus segera diselesaikan agar problem ini tidak akan terjadi lagi pada generasi-generasi mendatang. Pada dasarnya permasalahan pengajaran sastra adalah masalah yang sudah dari dulu terjadi. Suwardi Endraswara (2002: 59) mengungkapkan bahwa problem pengajaran di sekolah selalu terkait dengan ketersediaan karya sastra, sistem pengajaran, kurikulum yang kurang memberi ruang terhadap sastra dan kemampuan guru. Hal-hal inilah yang menyebabkan sempitnya ruang untuk siswa menyalurkan ekspresi mereka dalam menulis puisi.
Puisi adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia (Herman J. Waluyo, 2003: 1). Menurut Rakhmat Joko Pradopo (1997:1) banyak puisi Indonesia modern kian diminati oleh semua lapisan masyarakat Indonesia. Namun demikian pengajaran menulis puisi dirasa masih rendah.
Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya pengajaran menulis puisi tersebut. Cara penyajian materi yang tidak tepat sasaran, sarana belajar yang kurang mendukung, kurangnya contoh puisi, kurangnya media yang digunakan untuk mendukung materi tersebut, dan guru yang terkesan kurang memahami
(20)
commit to user
akan puisi merupakan faktor kendala yang cukup dominan dalam pembelajaran sastra khususnya puisi.
Seharusnya pembelajaran sastra dilakukan dengan sekreatif mungkin. Pembelajaran sastra yang bersifat konvensional segera ditinggalkan. Ditinjau dari segi media yang digunakan untuk mendukung siswa dalam menulis puisi, hendaknya guru memilih media yang menyebabkan siswa merasa antusias untuk menulis puisi.
Banyak siswa mengalami kegagalan dalam menulis puisi. Indikator tersebut di antaranya ialah siswa kurang tertarik akan materi puisi yang diberikan oleh guru. Siswa kurang antusias dalam menulis puisi karena keterbatasan media dan keterbatasan informasi yang mereka miliki tentang hal-hal yang diperlukan untuk menulis puisi. Siswa cenderung menulis puisi yang singkat tanpa mengindahkan unsur-unsur yang seharusnya ada dalam sebuah puisi.
Prosedur pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu guru hanya mengajarkan teori pada satu jam pelajaran atau dalam dua jam pelajaran. Pada umumnya setelah guru menerangkan teori guru langsung menyuruh siswa menulis puisi. Selanjutnya puisi yang telah ditulis oleh siswa dikumpulkan dan tidak dibahas kembali.
Dari prosedur ini, tampak bahwa siswa hanya diberi kesempatan untuk menulis tanpa adanya media yang digunakan untuk memudahkan siswa untuk menulis puisi. Hal inilah yang menyebabkan kurangnya minat siswa terhadap puisi.
Pada prinsipnya pembelajaran sastra yang dilaksanakan dengan baik niscaya akan memberikan kontribusi yang bermakna bagi proses pendidikan dalam keseluruhannya (Riris K. Toha Sarumpaet, 2002: 45). Selanjutnya Riris K. Toha Sarumpaet (2002: 46) juga menjelaskan bahwa pembelajaran sastra yang baik harus memenuhi dua syarat, yaitu dilaksanakan dengan kreatif dan bahan-bahan yang diberikan hendaknya karya-karya yang dipradugakan dapat membuat siswa menjadi lebih kritis.
Salah satu upaya yang dapat diusahakan guru agar dapat meningkatkan minat siswa untuk menulis puisi adalah dengan variasi media dalam
(21)
commit to user
pembelajaran. Media pembelajaran yang dirasa cukup efektif menurut peneliti adalah dengan media lagu. Media ini digunakan untuk membantu siswa agar mereka lebih mudah untuk menulis puisi.
Selain dengan variasi media, hal lain yang berpengaruh terhadap pembelajaran menulis puisi adalah pemahaman bahasa figuratif. Peningkatan kemampuan menulis puisi dengan media lagu mustahil dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya pemahaman bahasa figuratif yang cukup. Seorang siswa tentu akan lebih mudah dalam menulis puisi jika memiliki pemahaman bahasa figuratif yang baik. Banyak kata kreasi dan figuratif yang dapat digunakan untuk mendukung kesempurnaan puisi yang mereka buat. Walaupun demikian, memang pemahaman bahasa figuratif ini bersifat atributif yang setiap anak memiliki tingkatan yang berbeda.
Materi ini sangat menarik untuk dikaji dan diteliti lebih lanjut. Selain untuk mengetahui pengaruh media lagu dan pemahaman bahasa figuratif dalam pembelajaran menulis puisi juga dapat digunakan untuk alternatif media dalam membelajarkan puisi. Sebagai pembanding atau kelas kontrol adalah dengan menggunakan media gambar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan bagi guru maupun pihak yang terkait. Untuk itu diperlukan pengujian terhadap kedua variabel tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul
Pengaruh Media Pembelajaran Lagu terhadap Kemampuan Menulis Puisi
Ditinjau dari Pemahaman Bahasa Figuratif.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat mengidentifikasikan berbagai masalah dalam pembelajaran menulis puisi, yaitu:
1. Kurikulum yang tidak memberikan ruang dalam pembelajaran menulis puisi. 2. Rendahnya minat siswa terhadap karya sastra.
3. Ketersediaan bahan pembelajaran (puisi).
(22)
commit to user
5. Kemampuan guru dalam membelajarkan puisi yang masih rendah. 6. Pemahaman bahasa figuratif siswa yang masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat begitu kompleksnya permasalahan dan upaya dalam meraih keberhasilan dalam membelajarkan sastra khususnya dalam pembelajaran menulis puisi, tidaklah mungkin penelitian ini mampu menjawab permasalahan yang ada. Keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya juga menjadi penyebab tidak mungkinnya memecahkan seluruh masalah yang ada. Oleh karena itu, peneliti membatasi penelitian ini dengan permasalahan pada variasi media dan pemahaman bahasa figuratif saja. Penelitian ini berfokus pada pengaruh media lagu dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi siswa. Adapun kelompok kontrolnya adalah media gambar.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi dan pembatasan masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa yang diajar
dengan media lagu dengan siswa yang diajar dengan media gambar?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi?
E. Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Ada tidaknya perbedaan kemampuan menulis puisi siswa yang diajar dengan media lagu dengan siswa yang diajar dengan media gambar.
2. Ada tidaknya perbedaan kemampuan kemampuan menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi dengan siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah.
(23)
commit to user
3. Ada tidaknya interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya dalam hal pengajaran menulis puisi.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan saran dan pertimbangan dalam menyusun tindakan atau kebijakan sekolah terkait dengan sistem pembelajaran.
b. Bagi Guru
Selain bagi sekolah, diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi guru, yaitu dapat memberikan salah satu alternatif pemecahan masalah dengan menerapkan media yang tepat dalam pembelajaran sastra, khususnya puisi. Selanjutnya, penelitian juga dapat diharapkan dapat memberikan wawasan tentang variasi media pembelajaran yang tepat.
c. Bagi Siswa
Siswa dapat mengetahui seberapa jauh kemampuan yang dimiliki untuk menulis puisi sehingga tumbuh motivasi untuk belajar dan menuangkan gagasan yang kreatif. Siswa juga dapat meningkatkan minatnya terhadap pembelajaran sastra khususnya menulis puisi.
(24)
commit to user
BAB IITINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
A. Tinjauan Pustaka 1. Hakikat Kemampuan Menulis Puisi
a. Hakikat Menulis
Bahasa memegang kemampuan yang penting dalam komunikasi. Dewasa ini kegiatan komunikasi tidak hanya dilakukan dengan cara lisan, akan tetapi sudah meluas pada kegiatan tulis. Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sudah menjadi budaya bagi kehidupan masyarakat modern saat ini. Hampir dapat dikatakan tidak ada kegiatan tanpa kegiatan menulis.
%XUKDQ 1XUJL\DQWRUR PHQ\DWDNDQ ³$NWLYLWDV PHQXOLV
merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan (dan keterampilan) berbahasa paling akhir dikuasai pelajar setelah kemampuan mendengarkan, berbicara, dan
PHPEDFD´ Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang paling ekspresif,
produktif, dan kreatif, oleh karena itu mensyaratkan sesuatu yang lebih kompleks daripada membaca (Yant Mujiyanto, dkk., 2000: 64). Pendapat lain menyatakan bahwa menulis merupakan pemindahan pikiran atau perasaan dalam lambang-lambang bentuk bahasa (Attar Semi, 1990: 8).
Dalam sebuah tulisan terkandung ide sang penulis untuk disampaikan kepada orang lain. Dalam menyampaikan idenya penulis harus mampu mencari kata-kata yang mudah untuk dipahami oleh para pembaca, sehingga pengetahuan penulis dapat dipahami oleh para pembaca. Agar tulisan teersebut dapat dipahami oleh pembaca, penulis perlu memperhatikan keefektifan strukturnya. Tulisan yang efektif harus mengandung unsur-unsur: singkat, jelas, aliran logika lancar, serta koheren. Artinya dalam tulisan tidak perlu menambahkan hal-hal di luar isi pokok tulisan, tidak mengulang apa yang sudah dijelaskan, tidak mengandung arti yang ambigu, dan paparan ide pokok didukung oleh penjelasan dan simpulan.
Widyamartaya (1990: 9) berpendapat bahwa mengarang adalah kegiatan yang kompleks. Mengarang dapat kita pahami sebagai keseluruhan rangkaian
(25)
commit to user
seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami tepat seperti yang dimaksudkan oleh pengarang.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan menuangkan gagasan dan pengalaman dari penulis. Seseorang yang ingin menuangkan gagasannya dalam menulis harus memperhatikan kaidah-kaidah dalam penulisan yang kompleks. Karena kompleksnya kecakapan yang harus dimiliki maka menulis bukanlah hal yang mudah. Akan tetapi, keterampilan menulis dapat dimiliki oleh orang yang mau belajar dan berlatih dengan sungguh-sungguh.
b. Puisi
1) Pengertian Puisi
Puisi merupakan karya sastra yang paling tua. Menurut Herman J. Waluyo (2003: 1) puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
James Smith dalam Furman (2007: 1) mengatakan bahwa:³3RHWU\LVWKH
³GLVWLOODWLRQRIWKHHVVHQFHRIEHLQJ´$WLWVEHVWSRHWU\KRQRXUVWKHVXEMHFWLYH
experience of the individual, and presents it in a PDQQHUWKDWLV³PHWDSKRULFDOO\
JHQHUDOL]DEOH´ Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa puisi adalah sebuah
penyaringan atau intisari dari sesuatu. Puisi merupakan sebuah pengalaman subjektif dari seorang individu dan mempersembahkannya ke dalam sebuah cara penggeneralan metafor. Dengan kata lain, puisi merupakan sebuah karya subjektif berdasarkan pengalaman seorang individu yang disajikan dengan bahasa kiasan/metafora)
Rakhmat Djoko Pradopo (1997: 7) menyatakan bahwa puisi merupakan pengekspresian pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi pancaindra dalam susunan yang berirama. Beliau menyimpulkan bahwa ada tiga unsur yang pokok dalam puisi yaitu pertama, hal yang meliputi
(26)
commit to user
pemikiran, ide, dan emosi. Kedua, bentuknya dan ketiga kesannya. Semua itu terungkap dengan media bahasa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puisi adalah perwujudan perasaan, pemikiran, ide, dan emosi dengan media bahasa yang dipadatkan dan penulisannya dengan menggunakan bahasa kiasan.
2) Struktur Fisik Puisi
Menurut Herman J. Waluyo (2003: 71-100) ada enam struktur fisik dari puisi yaitu diksi, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah puisi. Secara singkatnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Diksi
Diksi adalah pilihan kata. Penulisan puisi harus memperhatikan kata-kata yang digunakannya. Kata-kata yang dipilih penyair dipertimbangkan benar-benar dari berbagai aspek dan efek pengucapannya. Kata-kata yang digunakan sangat khas dan bukan kata-kata keseharian atau yang dipakai dalam prosa. Seluruh kata mengandung makna dan terasa gelap. Akan tetapi, kata tersebut penuh makna yang bersifat ambigu
b) Pengimajinasian
Pengimajinasian adalah kata atau susunan kata-kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris, seperti pendengaran, penglihatan, dan perasaan. Pengimajinasian ditandai dengan penggunaan kata yang konkret dan khas.
c) Kata konkret
Agar pembaca dapat berimajinasi, maka kata-kata yang yang digunakan dalam pembuatan puisi harus diperkonkret, maksudnya kata-kata itu dapat menyaran kepada arti yang menyeluruh.
(27)
commit to user
d) Majas (Bahasa figuratif)
Bahasa figuratif adalah bahasa yang yang digunakan penyair agar menimbulkan makna kias sehingga menghasilkan makna imajinatif dan menjadikan puisi lebih nikmat dibaca.
e) Versifikasi (Rima, Ritma, dan Metrum)
Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi, sehingga menjadikan puisi enak untuk dibaca. Ritma sangat berhubungan dengan bunyi dan juga berhubungan dengan pengulangan bunyi, kata, frasa, dan kalimat. Sedangkan metrum adalah pengulangan tekanan kata yang tetap dan bersifat statis.
f) Tata wajah puisi (Tipografi)
Tata wajah atau tipografi merupakan unsur pembeda penting dengan genre sastra yang lain. Tipografi puisi merupakan cara penyajian penyair di dalam mengungkapkan perasaannya pada sebuah puisi.
3) Struktur Batin Puisi
Menurut I.A. Richards (dalam Herman J. Waluyo, 2003: 106) menyebutkan makna atau struktur batin puisi dengan hakikat puisi. Herman J. Waluyo (2003: 106-133) menyebutkan ada empat unsur hakikat puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat. Lebih jelasnya sebagai berikut
a) Tema
Tema adalah gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Tema puisi harus dihubungkan dengan penyairnya, dengan konsep-konsepnya yang terimajinasikan. Tema harus bersifat khusus, objektif, dan lugas.
b) Perasaan
Dalam pembuatan puisi, perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Perasaan antara penyair yang satu dengan penyair yang lain biasanya berbeda walaupun penyair-penyair tersebut membuat puisi dengan tema yang sama.
(28)
commit to user
c) Nada dan Suasana
Nada puisi adalah sikap penyair kepada pembaca. Sikap ini bisa menggurui, menasihati, mengejek, atau menyindir. Sedangkan suasana adalah keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi.
d) Amanat
Amanat adalah pesan atau nasihat merupakan kesan yang ditangkap oleh pembaca. Amanat menjadi sesuatu yang dapat dipetik hikmahnya dari isi puisi tersebut. Amanat ini biasanya merupakan hal yang ingin disampaikan atau yang dikehendaki oleh penyairnya. Latar belakang dan pengalaman pembaca sangat menentukan di dalam menemukan amanat yang ada dalam puisi.
Dari sekian pendapat berbagai pakar di atas dapat disintesiskan teori tentang kemampuan menulis puisi. Kemampuan menulis puisi adalah kemampuan seseorang di dalam usaha untuk mewujudkan perasaan, pemikiran, ide, dan emosi dengan media bahasa yang dipadatkan dan dengan menggunakan bahasa kiasan.
2. Hakikat Media Pembelajaran a. Hakikat Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan (Arief Sadiman, dkk., 1993: 6).
Romisszowski dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 12) memberi batasan kepada media sebagai pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar penerima pesan itu adalah siswa. Pesan yang diterima oleh siswa itu berasal dari guru. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indra mereka. Disebut sebagai media pembelajaran apabila media tersebut mengandung maksud pengajaran.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan pesan
(29)
commit to user
dari informan kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, pesan yang disampaikan itu adalah isi pelajaran yang disampaikan guru kepada siswanya.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Media merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar. Kehadiran media dirasakan banyak manfaatnya untuk proses belajar mengajar. Media dapat digunakan sebagai alat perantara untuk menjelaskan materi yang semula dianggap rumit. Dengan media materi-materi yang dianggap rumit bisa menjadi mudah.
Hamalik dalam Azhar Arsyad (2006: 15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Sudjana dan Rivai dalam Azhar Arsyad (2006: 24-25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:
1) pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar;
2) bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih
dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran;
3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran;
4) siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain.
(30)
commit to user
Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2006: 16-17) membagi empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu:
1) fungsi Atensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan/menyertai teks materi pelajaran;
2) fungsi Afektif, yaitu media visual dapat memengaruhi tingkat motivasi siswa ketika belajar membaca teks bergambar. Dari gambar visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa terkait masalah yang aktual misalnya yang menyangkut masalah ekonomi, politik, dan budaya;
3) fungsi Kognitif, yaitu dengan media visual dapat memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar;
4) fungsi Kompensatoris, yaitu media pembelajaran berfungsi untuk
mengakomodasi siswa yang lemah dan lambat dalam menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dalam teks. Diharapkan dengan gambar akan membantu menginformasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.
c. Prinsip-Prinsip Pemilihan Suatu Media
Dalam memilih suatu media yang akan kita gunakan perlu di perhatikan prinsip-prinsip pemilihan medianya. Menurut Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001: 156) prinsip-prinsip pemilihan suatu media ada lima yaitu
1) Harus berdasarkan pada tujuan pengajaran dan bahan yang akan
disampaikan
2) Harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik
3) Harus disesuaikan dengan kemampuan guru baik dalam pengadaanya
maupun penggunaannya
4) Harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi atau waktu, tempat, dan situasi yang tepat
(31)
commit to user
d. Jenis-Jenis Media PembelajaranKeberhasilan suatu pembelajaran banyak ditopang dari media apa yang digunakan oleh guru dalam mengajar. Bretz dan Briggs dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 33-73) telah melakukan pengklasifikasian media dengan kelebihan dan kekurangan yang mengiringinya. Pengklasifikasian jenis media di antaranya: media audio, media visual, dan media audio visual.
1) Media Audio
Media audio merupakan media yang berisi suara saja, sehingga untuk memanfaatkannya sebagai media dalam pembelajaran guru harus memperhatikan aspek kemampuan menyimak yang dimiliki oleh siswa. Contoh: radio, tape recorder, dan kaset rekam.
Fungsi media audio untuk menyampaikan pesan audio dari pesan ke penerima pesan. Pesan yang dituangkan dalam lambang-lambang auditif verbal, nonverbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat dengan indra pendengaran.
Kelebihan media audio:
a) materi pembelajaran sudah tetap, dan dapat dipersiapkan sebelumnya; b) perantara yang digunakan sangat murah dibandingkan dengan media
lain;
c) memungkinkan siswa untuk belajar mandiri, sesuai dengan tingkat pemahaman masing-masing;
d) suasana dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik, latar, efek suara yang lain.
Kelemahan media audio:
e) stimulus secara visual/suara saja dalam waktu yang cukup lama dapat menimbulkan kebosanan pada siswa;
f) media ini cenderung tidak dapat diperbaharui. Perbaikan biasanya berarti pembuatan rekaman ulang yang memerlukan waktu yang cukup lama.
(32)
commit to user
2) Media Visual
Media visual adalah media yang berupa gambar-gambar tanpa disertai suara. Media ini biasanya digunakan untuk mengajarkan mengenai kemampuan membaca dan menulis siswa. Media visual dibedakan menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak. Contoh media visual adalah foto, gambar, ilustrasi, gambar pilihan, potongan gambar, transparansi, proyektor dan gambar kartun, dll.
Media visual mempunyai fungsi dalam proses belajar mengajar yaitu untuk mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak, membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang abstrak atau peristiwa yang tidak dapat dihadirkan di dalam kelas, mengembangkan kreativitas siswa.
Kelebihan penggunaan media visual:
a) dapat menarik minat dan perhatian siswa untuk mengikuti
pembelajaran;
b) membantu siswa untuk memahami dan mengingat informasi
bahan-bahan verbal yang menyertainya;
c) dapat meningkatkan keterampilan membaca dan menulis siswa; d) memberi peluang kepada guru untuk bertatap muka dengan siswanya; e) dapat meningkatkan kreativitas guru untuk menyiapkan materi yang
diwujudkan dalam bentuk gambar. Kelemahan media visual:
a) semata-mata hanya medium visual;
b) ukuran gambar seringkali kurang tepat untuk pengajaran dalam
kelompok besar;
c) memerlukan ketersedian sumber, keterampilan dan kejelian guru untuk memanfaatkannya.
3) Media Audio Visual
Media yang memiliki unsur suara dan unsur gambar (tampak-dengar). Media ini biasanya berupa rekaman gambar yang disertai suara yang
(33)
commit to user
menjelaskan mengenai gambar yang disajikan. Contoh VCD, pita suara, film bingkai, dll.
Kelebihan media audio visual:
a) mampu menampilkan gambar, suara, dan gerak sekaligus; b) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu;
c) menghindari pembelajaran yang verbalistik. Kelemahan media audio visual:
a) sulit untuk direvisi; b) biayanya relatif mahal; c) memerlukan keahlian khusus.
e. Hakikat Media Lagu 1) Pengertian Lagu
Musik merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan lagu. Musik adalah rangkaian nada yang digunakan untuk mengiringi sebuah lagu yang pada akhirnya menghasilkan harmoni antara musik dan lagunya. Jadi tanpa iringan musik, lagu belum bermakna lagu, artinya masih dalam bentuk syair atau teks saja.
Pada dasarnya kata syair berasal dari kata Arab V\L¶LUatau V\X¶XUyang berarti syair atau puisi. Dalam sebuah lagu mengandung sebuah kenikmatan estetik. Kenikmatan estetik dalam bahasa adalah perasaan senang yang ditimbulkan oleh pemakaian bahasa yang indah, halus, melodius yang mencerminkan selera dan cita rasa artistik pengarang atau penyairnya yang tinggi (Marwoto dan Yant Mujiyanto, 1998: 141)
Lagu merupakan gubahan seni nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dengan ragam atau nada atau suara yang berirama disebut juga dengan lagu. Lagu dapat dinyanyikan secara solo, berdua (duet), bertiga (trio), atau beramai-ramai (koir). Perkataan dalam lagu biasanya berbentuk puisi berirama, namun ada juga yang bersifat keagamaan atau prosa bebas. Lagu dapat
(34)
commit to user
dikategorikan pada banyak jenis bergantung pada ukuran yang digunakan ( dalam http://id.wikipedia.org/wiki/lagu, diunduh tanggal 28 November 2010)
Terkait dengan gaya bahasa, penyair atau pengarang lagu harus memilih gaya bahasa yang tepat sesuai dengan tema lagu dan sesuai dengan jiwa pengarang atau penyairnya. Attar Semi (1993: 107) mengungkapkan bahwa seorang pencipta lagu dalam menulis lirik lagu mementingkan faktor linguistik untuk mewujudkan hasil karyanya, antara lain pilihan kata dan gaya bahasa. Faktor diksi dalam syair lagu merupakan faktor penting karena pemilihan kata yang tepat dan sesuai dengan musik merupakan daya tarik dari suatu lagu. Demikian juga dengan gaya bahasa, merupakan faktor yang membentuk suatu keindahan lagu.
Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa lagu adalah gubahan nada (biasanya diiringi dengan alat musik) untuk menghasilkan gubahan musik yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan (mengandung irama). Dalam membuat lirik lagu pengarang atau penyair lagu dipengaruhi oleh diksi dan gaya bahasa.
2) Lagu sebagai Media Pembelajaran
Salah satu jenis media yang dikemukakan oleh sejumlah ahli adalah media audio. Media audio adalah media yang dimaksudkan sebagai bahan yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi proses belajar mengajar.
Menurut Lazanov, (dalam Bobbi De Porter, 2006: 73) musik berpengaruh pada guru dan pelajar. Guru dapat menggunakan musik untuk menata suasana hati, mengubah keadaan mental siswa, dan mendukung lingkungan belajar. Music membantu pelajar bekerja lebih baik dan mengingat lebih banyak. Di samping itu musik juga mampu merangsang, memanjakan, dan memperkuat belajar baik secara sadar maupun tidak sadar.
Menurut Oemar Hamalik (1986: 119-120) menyatakan bahwa dengan menggunakan rekaman lagu dapat: (1) mendorong motivasi belajar siswa, (2)
(35)
commit to user
efisiensi dalam pengajaran bahasa, (3) menjadikan pelajaran lebih konkret, media ini dapat memperdengarkan secara langsung hal-hal, peristiwa-peristiwa yang baru terjadi, sehingga siswa termotivasi untuk menuangkan idenya dalam bentuk tulisan, (4) rekaman lagu dapat diulangi berkali-kali, hal ini akan menjadikan pelajaran menjadi lebih baik, akarena dapat menghilangkan salah tafsir dan penguasaan bahan akan menjadi lebih mendalam, (5) mendorong berbagai kegiatan belajar, rekaman lagu memberikan keterangan-keterangan yang nyata.
f. Hakikat Media Gambar 1) Pengertian Media Gambar
Media gambar merupakan media yang tidak diproyeksikan. Media ini sangat sederhana, karena bersifat perangkat lunak tidak tembus cahaya dan tidak dapat dipantulkan pada layar. Arief S. Sadiman,dkk., (1986: 29) mengatakan bahwa media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Menurut Azhar
$UV\DG ³*DPEDU DGDODK VXDWX PHGLD \DQJ EHUWXMXDQ XQWXN
PHPYLVXDOLVDVL NRQVHS \DQJ LQJLQ GLVDPSDLNDQ NHSDGD VLVZD´ 'L ODLQ Sihak,
Arief S. Sadiman, dkk. (2009: 29) berpendapat bahwa gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dia merupakan media yang umum yang dapat dimengerti dan dinikmati di mana-mana.
Gerlach dan Elly (dalam Sri Anitah, 2009: 7) mengatakan bahwa gambar tidak hanya bernilai seribu bahasa, tetapi juga seribu tahun atau seribu mil. Dengan gambar dapat ditujukan kepada pebelajar suatu tempat, orang, dan segala sesuatu dari daerah yang jauh dari jangkauan pengalaman pebelajar sendiri. Jadi pebelajar tidak harus bertemu secara nyata dengan orang, benda, atau mengunjungi secara langsung tempat yang dimaksud karena dengan gambar semua akan bisa terlihat.
Dengan penggunaan media gambar maka akan dapat diterjemahkan ide-ide abstrak ke dalam bentuk yang lebih realistis. Hal ini sesuai dengan pendapat Edgar dale (dalam Sri Anitah, 2009: 8) yang mengatakan bahwa gambar dapat mengalihkan pengalaman belajar dari taraf belajar dengan lambang kata-kata ke taraf yang lebih konkret (pengalaman langsung). Untuk memberikan pengalaman
(36)
commit to user
langsung kepada siswa maka penggunaan gambar haruslah disesuaikan dengan tingkatan, kondisi, dan situasi anak, sehingga pembelajaran dengan menggunakan media gambar bisa efektif sehingga akan menambah kreatifitas siswa dan memperkaya pengalaman siswa.
2) Gambar sebagai Media Pembelajaran
Gambar dapat digunakan sebagai salah satu media dalam pembelajaran. Menurut Arief S. Sadiman, dkk. (1986: 31) gambar yang baik sebagai media pendidikan adalah gambar yang cocok dengan tujuan pembelajaran.
Oemar Hamalik (1989: 67), berpendapat bahwa criteria-kriteria umum dalam pemilihan media gambar, yaitu (1) keaslian gambar, (2) kesederhanaan, (3) bentuk item, (4) perbuatan, (5) fotografi, dan (6) artistik.
Ciri-ciri gambar yang baik menurut Sri Anitah (2009: 9-10) adalah sebagai berikut:
(1)Cocok dengan tingkatan umur dan kemampuan pebelajar.
(2)Bersahaja, dalam arti tidak terlalu kompleks, karena dengan gambar ini pebelajar mendapatkan gambaran yang pokok. Kalau gambar kompleks, perhatian pebelajar terbagi, akibatnya ada sesuatu yang justru penting tetapi tidak terungkap oleh pebelajar.
(3)Realistis, maksudnya gambar itu seperti gambar yang sesungguhnya atau sesuai dengan apa yang digambar, sudah tentu perbandingan ukuran juga harus diperhatikan.
(4)Gambar dapat diperlakukan dengan tangan. Ada yang menganggap bahwa gambar adalah sesuatu yang suci, tetapi sebagai media pembelajaran, gambar harus dapat dipegang, diraba oleh pebelajar. 3 Hakikat Pemahaman Bahasa Figuratif
a.Pengertian Bahasa Figuratif
Herman J. Waluyo (dalam Jabrohim,dkk., 2001: 42) menyebut bahasa figuratif sebagai majas. Hal ini juga berarti sebagai bahasa kiasan. Bahasa figuratif ini dapat memancarkan banyak makna dan membuat puisi menjadi
(37)
commit to user
prismatis. Hal ini senada dengan Rakhmat Joko Pradopo (1997: 61-62) yang mempersamakan bahasa figuratif dengan bahasa kiasan. Bahasa figuratif dirumuskan sebagai bahasa yang menyebabkan sajak menjadi menarik perhatian, menimbulkan kesegaran, hidup dan menimbulkan kejelasan gambaran angan. Sementara itu, Panuti Sujiman dalam Jabrohim,dkk. (2001:42-43) mendefinisikan kiasan dalam bukunya Kamus Istilah Sastra, yaitu majas yang mengandung perbandingan yang tersirat sebagai pengganti kata atau ungkapan lain untuk melukiskan kesamaan atau kesejajaran makna.
Birte Loenneker-Rodman and Srini Narayanan (2008:1) menyatakan
bahwa ´)LJXUDWLYHODQJXDJHFDQWDSLQWRFRQFHSWXDODQGOLQJXLVWLFNQRZOHGJHDV
in the case of idioms, metaphor, and some metonymies) as well as evoke pragmatic factors in interpretation (as in indirect speech acts, humor, irony, or VDUFDVP´
Artinya bahasa figuratif merupakan pengetahuan kebahasaan (seperti
idioms, metafora, dan metonemia) seperti dalam pragmatik (layaknya kalimat tidak langsung, humor, ironi). Jadi dari pendapat itu bisa disimpulkan bahwa bahasa figuratif adalah bahasa yang terkandung di dalam sebuah kata atau kalimat yang kadang tidak langsung menggunakan kata-kata aslinya.
Kosasih (2008: 208) yang menyebutkan bahwa bahasa figuratif ialah bahasa yang digunakan penyair untuk mengatakan sesuatu dengan cara pengiasan yakni pengungkapan makna secara tidak langsung. Hal ini dilatarbelakangi agar terhindar dari keterbatasan kata-kata denotatif. Selanjutnya pendapat Jabrohim, dkk. (2001: 42-43) mengatakan bahasa figuratif sebagai salah satu unsur intrinsik puisi. Jabrohim mendefinisikan bahasa figuratif pada dasarnya merupakan bentuk penyimpangan dari bahasa normatif, baik dari segi makna maupun rangkaian katanya, dan bertujuan untuk mencapai arti dan efek tertentu.
b. Jenis-jenis Bahasa Figuratif
Bahasa figuratif pada dasarnya memiliki banyak jenis, meski demikian bahasa figuratif memiliki sifat yang umum, yaitu bahasa figuratif tersebut mempertalikan sesuatu dengan menghubungkannya dengan hal yang lain
(38)
commit to user
Alternbernd (dalam Rakhmat Joko Pradopo, 1997: 62). Dengan kata lain, majas memperbandingkan sesuatu dengan yang lain. Jenis-jenis majas atau bahasa figuratif menurut Rakhmat Joko Pradopo adalah perbandingan (simile), metafora, perumpamaan epos (epic simille), personifikasi, metonimi, sinekdok, dan alegori.
Berikutnya, Gorys Keraf (2002: 138-145) membagi bahasa kiasan menjadi 16, yaitu: simile, metafora, alegori/parabel/fabel, personifikasi, alusi, eponim, epitet, sinekdok, metonimia, antonomasia, ironi/sinisme/sarkasme, satire, inuendo, antifrasis, pun atau paronomasia. Pendapat yang lebih lengkap adalah pendapat yang disampaikan oleh Gorys Keraf. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada penjabaran di bawah ini
1) Persamaan (simile)
Simile adalah perbandingan yang bersifat langsung atau eksplisit. Dalam majas ini digunakan kata-kata perbandingan seperti, bak, bagaikan, seumpama, serupa dan lain-lain. Sebagai contoh:
Engkau pelik menarik ingin Serupa dara dibalik tirai
(Amir Hamzah)
Apabila simile ini diteruskan atau diperpanjang secara bertutur-turut oleh Rakhmat Joko pradopo disebut sebagai perumpamaan epos (epic simille)
2) Metafora
Metafora adalah analogi yang membandingkan dua hal secara langsung namun tanpa menggunakan kata-kata pembanding. Sebagai contoh:
Bumi ini perempuan jalang
(Subagio Sastro Wardoyo)
3) Alegori, parabel, fabel
Alegori adalah cerita kiasan. Nama-nama pelaku bersifat abstrak dan
tujuannya selalu jelas. Alegori biasanya sering dijumpai pada karya-karya angkatan Pujangga Baru, misal Menuju ke Laut karya Sutan Takdir Alisjahbana.
Parabel adalah suatu kisah singkat dengan tokoh-tokoh biasanya
(39)
commit to user
berbentuk cerita mengenai dunia binatang yang dapat berperilaku selayaknya manusia.
4) Personifikasi
Personifikasi adalah gaya bahasa kiasan yang menggambarkan benda-benda mati seolah-olah memiliki sifat insani. Sebagai contoh: Angin yang meraung di tengah yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.
5) Alusi
Alusi adalah acuan yang berusaha menyugestikan kesamaan antara orang, tempat, atau peristiwa. Sebagai contoh, Bandung adalah Paris Jawa.
6) Eponim
Eponim adalah gaya yang nama seseorang begitu sering dihubungkan dengan sifat tertentu sehingga nama itu dipakai untuk menyatakan sifat itu. Sebagai contoh: Herculles untuk menyatakan kekuatan
7) Epitet
Epitet adalah acuan yang menyatakan suatu sifat atau ciri yang khusus dari seseorang atau sesuatu hal. Sebagai contoh; lonceng pagi untuk ayam jantan, puteri malam untuk bulan.
8) Sinekdoke
Sinekdoke adalah bahasa figuratif yang mempergunakan sebagian dari sesuatu hal untuk menyatakan keseluruhan (pars pro toto), atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian (totem pro parte). Sebagai contoh:
Setiap kepala dikenakan iuran kematian (pars pro toto)
Indonesia telah berhasil merebut juara tinju dunia. (totem pro parte)
9) Metonimia
Metonimia adalah bahasa figuratif yang menggunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal lain karena mempunyai pertalian yang sangat dekat. Sebagai contoh; pena lebih berbahaya dari pedang, ia membeli sebungkus Gudang Garam.
(40)
commit to user
10) Antonomasia
Antonomasia adalah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud sebuah epiteta, menggunakan nama diri, gelar, atau jabatan untuk menggantikan nama diri. Sebagai contoh; Yang Mulia tak berkenan menghadiri perhelatan itu.
11) Hipalase
Hipalase adalah bahasa figuratif yang menggunakan sebuah kata tertentu untuk menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan pada sebuah kata lain. Sebagai contoh; Ia berbaring di atas bantal yang gelisah.
12) Ironi, Sinisme, Sarkasme
Ironi adalah sindiran atau suatu acuan yang ingin mengatakan sesuatu dengan makna yang berlainan dari kata yang digunakan, misal: Tulisanmu bagus sekali sehingga sulit kubaca.
Sinisme adalah sindiran yang berbentuk kesangsian yang mengandung ejekan terhadap ketulusan hati, misal Memang Anda adalah orang yang tercantik sehingga mampu menghancurkan bangunan ini.
Sarkasme adalah suatu acuan yang lebih kasar dari ironi maupun sarkasme, misal: Mulutmu harimaumu, Aku muak melihat mukamu.
13) Satire
Satire adalah uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya, bentuk ini tidak perlu ditafsirkan sebagai ironi, misal Negara kita
memang negara yang sejak dulu memuja kesenangan.
14) Inuendo
Inuendo adalah sindiran untuk mengecilkan kenyataan yang sebenarnya, misal Ia menjadi jutawan karena sedikit melakukan KKN.
15) Antifrasis
Antifrasis adalah ironi yang menggunakan sebuah kata dengan makna kebalikannya, misal: Lihatlah sang Raksasa telah tiba. (Cebol).
(41)
commit to user
16) Pun atau paronomasia
Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi, misal Engkau kaya, ya kaya monyet, Tanggal dua gigiku tanggal dua.
Beberapa definisi ini dapat disimpulkan bahasa figuratif dapat dikatakan sebagai unsur yang menghidupkan puisi dan membedakan puisi dengan karya sastra yang lain. Puisi menjadi menarik dikaji juga akibat dari adanya bahasa figuratif ini. Jadi, pemahaman bahasa figuratif adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami bahasa kiasan dalam sebuah puisi dalam tujuannya menciptakan efek tertentu dan mengaburkan makna. Pemahaman bahasa figuratif ditandai dengan kepekaan seseorang di dalam merespons bahasa figuratif tersebut di dalam sebuah puisi.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan yaitu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Arief Rahmawan tahun 2008 dengan judul
Pengaruh Metode Hermeneutik dan Penguasaan Bahasa Figuratif terhadap
Kemampuan Mengapresiasi Puisi. Simpulan penelitian tersebut adalah
terdapatnya pengaruh metode hermenuitik terhadap kemampuan apresiasi puisi, terdapat pengaruh penguasaan bahasa figuratif terhadap kemampuan apresiasi puisi, dan terdapat interaksi yang positif antara metode hermenuitik dan penguasaan bahasa figuratif terhadap kemampuan apresiasi puisi siswa. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama penelitian kuantitatif eksperimen dan sama-sama menggunakan bahasa figuratif sebagai variabel bebas dan sama-sama merupakan penelitian eksperimen. Perbedaannya Arief Rahmawan menggunakan metode hermenuitik sebagai variabel bebas pertamanya dan pembelajaran apresiasi puisi sebagai variabel terikat, sedangkan penulis variabel bebas pertamanya menggunakan media lagu dan pembelajaran menulis puisi sebagai variabel terikat.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Daryati tahun 2010 dengan judul Hubungan antara Kemampuan Memahami Bahasa Figuratif dan Motivasi Belajar Puisi
(42)
commit to user
dengan Kemampuan Apresiasi Puisi. Simpulan penelitian ini adalah ada
hubungan positif antara kemampuan memahami bahasa figuratif dengan kemampuan apresiasi puisi, ada hubungan positif antara motivasi belajar puisi dengan kemampuan apresiasi puisi, dan ada hubungan positif antara kemampuan memahami bahasa figuratif dan motivasi belajar puisi secara bersama-sama dengan kemampuan apresiasi puisi. Persamaan dengan penelitian penulis adalah sama-sama menggunakan bahasa figuratif sebagai variabel bebasnya. Perbedaannya Daryati menggunakan motivasi belajar puisi sebagai variabel bebas pertamanya dan pembelajaran apresiasi puisi sebagai variabel terikat, sedangkan penulis variabel bebas pertamanya menggunakan media lagu dan pembelajaran menulis puisi sebagai variabel terikatnya. Selain itu penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi.
C. Kerangka Berpikir
1. Perbedaan Kemampuan Menulis Puisi antara Siswa yang Diajar dengan Media Lagu dan Siswa yang Diajar dengan Media Gambar.
Pembelajaran menulis puisi saat ini cenderung rendah dari segi kualitas. Berbagai faktor kendala selalu melingkupi kegiatan pembelajaran ini. Salah satunya adalah kurangnya variasi media. Pada umumnya guru tidak menggunakan media pada proses pembelajaran menulis puisi. Pada pembelajaran menulis puisi siswa hanya diperkenalkan dengan berbagai unsur pembangun puisi. Biasanya apabila guru menggunakan media, guru menggunakan media gambar diam yang ditempel di papan tulis, selanjutnya siswa disuruh menulis puisi dari gambar yang ditempel. Siswa langsung menulis tanpa ada bantuan untuk mencari kata-kata untuk menyusun sebuah puisi.
Salah satu media yang dapat diterapkan di dalam membelajarkan menulis puisi adalah media lagu. Media ini dapat digunakan untuk menulis puisi karena mempermudah siswa untuk menulis karena di sebuah lagu yang diperdengarkan oleh guru sudah terdapat kata-kata penyusun larik lagu tersebut, sehingga siswa lebih mudah untuk menulis puisi.
(43)
commit to user
Berdasarkan kajian teori, dapat ditarik simpulan bahwa siswa yang diajar dengan media lagu memiliki kemampuan menulis puisi yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajar dengan media gambar.
2. Perbedaan Kemampuan Menulis Puisi antara Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif Tinggi dan Siswa yang Memiliki Pemahaman Bahasa Figuratif Rendah.
Faktor lain yang berpengaruh terhadap kegiatan pembelajaran menulis puisi adalah pemahaman bahasa figuratif siswa. Kemampuan ini selalu melekat pada diri siswa. Pemahaman bahasa figuratif adalah pemahaman terhadap bahasa kias yang ada di dalam puisi. Pemahaman bahasa figuratif ini akan berpengaruh terhadap upaya siswa di dalam menuangkan kata-kata untuk menulis sebuah puisi. Pemahaman bahasa figuratif menjadi modal seseorang untuk dapat menulis sebuah puisi. Hal ini didasarkan bahwa kedua hal tersebut saling terkait dan memiliki hubungan berbanding lurus. Jika siswa memiliki pemahaman bahasa figuratif yang tinggi, dapat diasumsikan bahwa ia akan memiliki kemampuan menulis puisi yang baik pula. Sebaliknya, siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah tentu kemampuan menulis puisinya juga rendah.
3. Interaksi antara Metode Pembelajaran dan Penguasaan Bahasa Figuratif terhadap Kemampuan Mengapresiasi Puisi.
Kemampuan menulis puisi siswa dipengaruhi oleh media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif. Pada kelompok eksperimen, proses pembelajaran puisi diberi perlakuan dengan media pembelajaran lagu. Di dalam kelas ini terdapat dua kelompok siswa, yaitu siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi dan rendah. Siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi akan memiliki kemampuan menulis puisi yang tinggi pula. Demikian sebaliknya, siswa dengan pemahaman bahasa figuratif rendah tentu akan memiliki kemampuan menulis puisi yang rendah.
(44)
commit to user
Selanjutnya pada kelas kontrol, yaitu kelas yang menggunakan media pembelajaran lagu, juga terdapat dua kelompok. Siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi, kemampuan menulis akan tinggi. Selanjutnya, pada siswa yang mempunyai pemahaman bahasa figuratif rendah akan memiliki kemampuan menulis puisi yang rendah pula.
Simpulan kerangka berpikir ini adalah terdapat interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi. Kelas dengan perlakuan media lagu dan siswa memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi, memiliki kemampuan menulis puisi paling tinggi.
D. Hipotesis Penelitian
Berlandaskan deskripsi teori dan kerangka berpikir yang telah dijabarkan di atas, dapat diajukan hipotesis, sebagai berikut:
1. Kemampuan menulis puisi siswa yang diajar dengan media lagu lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan media gambar.
2. Kemampuan menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi lebih baik dari pada siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah.
3. Ada interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi.
(45)
commit to user
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan di SMA N 1 Gemolong, Sragen yang beralamatkan di Jalan Citrosancakan, Gemolong, Sragen. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2010 sampai dengan Mei 2011. Adapun perincian waktu dan jenis kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jadwal Penelitian Waktu/jenis
kegiatan
Nov. `10 Des. `10 Jan. `11 Feb. `11 Mar. `11 Apr. `11
Mei `11 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengajuan Judul
Persiapan survei awal dan penyusunan
proposal
Penyusunan instrumen
Pengumpulan
data dan pemberian
perlakuan
Analisis data
Penyusunan laporan
Ujian pendadaran
(46)
commit to user
B. Variabel PenelitianPenelitian ini merupakan penelitian eksperimen kuasi yang melibatkan dua variabel, yaitu 2 variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah:
1.Media pembelajaran dikategorikan menjadi media lagu dan media gambar 2.Pemahaman bahasa figuratif yang dikategorikan menjadi dua, pemahaman
bahasa figuratif tinggi dan pemahaman bahasa figuratif rendah.
Adapun variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi oleh siswa yang diukur setelah perlakuan diberikan. Perlakuan tersebut tidak lain adalah kedua media dalam variabel bebas yang telah dijabarkan di atas.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah desain faktorial 2x2 dengan teknik postes
only nonequivalent control group design. Desain faktorial yang digunakan tampak
pada tabel berikut
Tabel 2. Rancangan Faktorial 2 x 2
B
A Media pembelajaran
A1
Lagu
A2
Gambar
Pemahaman bahasa figuratif
B1
Tinggi
A1B1 A2B1
B2
Rendah
A1B2 A2B2
Sampel penelitian ini ada dua kelompok. Kelompok tersebut adalah kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen penelitian ini akan diberi perlakuan dengan media lagu dan kelompok kontrol dalam penelitian ini adalah media gambar. Setiap kelompok terdiri atas dua
(47)
commit to user
subkelompok, yaitu subkelompok siswa yang pemahaman bahasa figuratifnya tinggi dan subkelompok siswa yang pemahaman bahasa figuratifnya rendah. Penerapan media lagu pada penelitian ini disebut variabel bebas A1 dan media
gambar disebut variabel bebas A2. Variabel bebas sekundernya adalah dua
kategori pemahaman bahasa figuratif yaitu pemahaman bahasa figuratif tinggi (B1) dan pemahaman bahasa figuratif rendah (B2).
D. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengaruh media pembelajaran lagu terhadap kemampuan menulis puisi secara keseluruhan maupun secara kelompok yang diitinjau dari tingkat pemahaman bahasa figuratifnya. Dalam penelitian ini, tingkat pemahaman bahasa figuratif dibedakan atas kelompok siswa yang pemahaman bahasa figuratifnya tinggi dan siswa yang pemahaman bahasa figuratifnya rendah. Metode yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.
E. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 10 SMA Negeri Gemolong tahun ajaran 2010/2011. Adapun sampel penelitian ini terdiri dari dua kelas, satu kelas sebagai kelompok kontrol yaitu 10 B dan satu kelas sebagai kelompok eksperimen yaitu kelas 10 E.
Pengambilan sampel ini dengan menggunakan teknik Cluster Random
Sampling sehingga langkah-langkah pengambilan sampel sebagai berikut: (1)
Secara acak ditentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel, (2) Kedua kelas tersebut diacak lagi kelas mana yang ditunjuk untuk diberi perlakuan media lagu dan media gambar. Dengan teknik sampling ini, diperoleh dua kelas sampel di atas. Hal ini dilakukan untuk menjaga objektivitas penelitian dan menjauhkan maksud-maksud tertentu dalam pemilihan sampel yang dilakukan peneliti.
(48)
commit to user
F. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diambil adalah data pada materi menulis puisi. Teknik pengumpulan data melalui beberapa tahap rencana program pembelajaran penelitian. Langkah-langkah kerjanya berupa awal pertemuan untuk pembekalan materi secara umum, yaitu tentang puisi dan menulis puisi. Pada pertemuan berikutnya, siswa sudah mulai praktik menulis puisi, baik kelas kontrol (kelompok kelas yang diberi perlakuan dengan media gambar maupun kelas eksperimen (kelompok kelas yang diberi dengan media lagu). Pada saat perlakukan penelitian, peneliti bertindak sebagai pemantau pelaksanaan perlakukan baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Teknik yang dipakai untuk mengumpulkan data adalah dengan tes.
G.Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel terikat yaitu kemampuan menulis puisi. Adapun variabel bebasnya adalah media pembelajaran lagu untuk kelas eksperimen, sedangkan untuk kelas kontrol menggunakan media gambar. Variabel atributif yaitu pemahaman bahasa figuratif.
1. Instrumen Kemampuan Menulis Puisi
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan menulis puisi siswa adalah tes psikomotorik. Uji validitas data yang digunakan adalah uji validitas konseptual, yaitu mengacu pada isi (content validity). Validitasnya tercermin pada indikator-indikator yang hendak diukur yang selanjutnya dikonsultasikan dengan beberapa ahli di bidang bahasa tentang instrumen yang telah dibuat. Setelah dikonsultasikan, akan diperoleh sebuah instrumen yang valid dan layak pakai. Konsultan yang dipilih oleh peneliti dengan kedua pembimbing skripsi dan guru Bahasa Indonesia SMA Negeri Gemolong, yaitu Arief Rahmawan, S. Pd.
Sebagaimana uji validitas di atas, uji reliabilitas data yang digunakan dalam kemampuan menulis puisi adalah uji reliabilitas bentuk tes untuk kemampuan psikomotorik yaitu dengan skala rating. Teknik yang digunakan dalam uji reliabilitas ini adalah hasil menulis puisi siswa dinilai lebih dari satu
(49)
commit to user
orang lalu dikorelasikan dengan aspek yang dinilai. Hal ini dilakukan untuk menghindari subjektivitas penilai.
Langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
a. membuat tabel hasil rating dari jumlah penilai terhadap aspek yang dinilai dalam tes kemampuan menulis puisi,
b. menentukan jumlah kuadrat total (JKT)
JKT = σ ݔଶ௧െ ሺσ ௫௧ሻ
మ ሺ௧ሻ ሺ௦ሻ
c. menentukan jumlah kuadrat antarraters (JKt)
JKt = ( )( )
) ( ) ( ) ( )
( 3 2 2
2 2 2 1 aspek raters xt aspek xt xt
xt
¦
¦
¦
¦
d. menentukan jumlah kuadrat antarsubyek (JKs)
JKs= ( )( )
) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )
( 1 2 2 2 3 2 4 2 5 2 2
aspek raters xt raters xs xs xs xs
xs
¦
¦
¦
¦
¦
¦
e. menentukan jumlah kuadrat antarresidu (JKts).
JKts = JKT± JKt - JKs
f. membuat tabel ringkasan antara guna perhitungan reliabilitas rating tes kemampuan menulis puisi, sebagai berikut:
Tabel 3. Ringkasan Anava
Variasi JK Db MK
Total JKT dbT -
Raters JKt dbt -
Subjek JKs dbs JKs
dbs
Residu JKts dbts JKts
dbts
(50)
commit to user
h. menentukan koefisien reliabilitas rata-rata rating dari k raters
2. Instrumen Pemahaman Bahasa Figuratif
Instrumen ini digunakan untuk mengelompokkan siswa di dalam kelasnya. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman bahasa figuratif siswa yaitu teknik tes pilihan ganda dengan 5 alternatif jawaban yaitu A, B, C, D dan E. Uji validitas yang digunakan adalah uji validitas item, yaitu menggunakan korelasi point biserial dengan rumus:
rpbi(i) = i
i
t q
p S
Xt X1
rpb(i) : koefisien korelasi point biserial.
: rerata skor subjek yang menjawab betul bagi butir yang dicari validitasnya.
t
X : rerata skor total
St : standar deviasi skor total.
pi : proporsi siswa yang menjawab benar (banyaknya siswa yang
menjawab benar dibagi jumlah seluruh siswa)
qi : proporsi siswa yang menjawab salah (banyaknya siswa yang
menjawab salah dibagi jumlah seluruh siswa).
(Suharsimi Arikunto, 2002: 79)
Selanjutnya, uji reliabilitas data yang digunakan dalam instrumen penguasaan bahasa figuratif adalah rumus KR-20 yaitu sebagai berikut :
rii =
) 1
( 1 St 2
piqi k
k 6
rii : reliabilitas tes secara keseluruhan
pi : proporsi subjek yang menjawab benar
qi : proporsi subjek yang menjawab dengan salah
i X
(51)
commit to user
6pi qi : jumlah hasil perkalian antara pi dan qi k : banyaknya item yang valid
St 2 : varians total Kriteria :
0,00 < rii< 0,20 : reliabilitas sangat rendah. 0,20 < rii < 0,40 : reliabilitas rendah. 0,40 < rii < 0,60 : reliabilitas cukup. 0,60 < rii < 0,80 : reliabilitas tinggi. 0,80 < rii < 1,00 : reliabilitas sangat tinggi.
(Suharsimi Arikunto, 2002: 100-101)
H. Hasil Uji Instrumen 1. Instrumen Tes Menulis Puisi
Sebagaimana yang telah diungkapkan dalam subbab sebelumnya bahwa instrumen menulis puisi menggunakan Instrumen yang digunakan tes psikomotorik. Tes psikomotor ini berupa seperangkat alat ukur yang terdiri beberapa soal uraian. Dari soal uraian ini akan dapat dilihat tingkat kemampuan menulis siswa.
Sebelum penelitian dilakukan, telah disediakan soal sebagaimana pada lampiran 5. Setelah dilakukan validasi dengan validasi konseptual, yaitu dengan sintesis teori dan dikonsultasikan dengan Konsultan. Konsultan yang dipilih oleh peneliti, ialah kedua pembimbing skripsi dan guru Bahasa Indonesia SMA Negeri 1 Gemolong, yaitu Arief Rahmawan, S. Pd. Guru tersebut adalah guru yang mengajar di kelas kontrol dan kelas eksperimen. Tahap selanjutnya adalah uji coba instrumen. Pengujicobaan dilakukan di kelas 11 IPS 2. Pengujicobaan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat keajegan/reliabilitas instrumen. Adapun teknik yang digunakan adalah dengan skala rating. Hasilnya dari soal yang diberikan semua reliabel. Dari penghitungan dihasilkan Rkk sebesar 0,99. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa Reliabilitas sangat tinggi. Penghitungan lebih lanjut dapat dilihat pada lampiran 5 (halaman 105)
(52)
commit to user
2. Instrumen Tes Pemahaman Bahasa FiguratifInstrumen tes pemahaman bahasa figuratif berupa tes pilihan ganda dengan lima, yaitu A, B, C, D, dan E. Validasi tes ini menggunakan uji validitas butir, yaitu menggunakan korelasi point biserial. Adapun pengujian reliabilitasnya menggunakan rumus KR-20. Pada awalnya, sudah disiapkan seperangkat uji sejumlah 40 soal. Namun setelah diujicobakan pada siswa kelas 10 A diperoleh soal yang valid sejumlah 29 soal. Adapun soal yang tidak valid adalah nomor 5, 12, 14,15,19,25, 27, 31, 32,34, dan 37. Kemudian, 29 soal tersebut diuji lagi di tahap kedua dan semua butir soal valid sehingga diperoleh 29 butir untuk digunakan sebagai alat pengukur penguasaan bahasa figuratif siswa. Sementara itu, reliabilitas instrumen tersebut dinyatakan sangat tinggi. Seluruh penghitungan dapat dilihat dalam lampiran 6 (halaman 108).
I. Pelaksanaaan Eksperimen 1. Pengarahan pada guru
Langkah pertama yang diambil sebelum eksperimen dilakukan adalah memberikan pengarahan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas sampel. Pengarahan ini dilakukan oleh peneliti terhadap guru mata pelajaran Bahasa Indonesia baik yang bertugas di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Hal yang disampaikan dalam pengarahan tersebut ialah hal-hal yang harus dilakukan oleh guru dalam pengajaran di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen. Tujuan pengarahan ini agar perlakuan di kelas kontrol dan eksperimen benar-benar sesuai dengan langkah dan prosedur yang telah ditentukan dan tidak mengurangi tingkat kesahihan penelitian.
2.Materi Eksperimen
a. Pelaksanaan Eksperimen (Media Lagu)
Pelaksanaan eksperimen pada kelas ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Penyajian materi tentang hakikat puisi, 2) Guru memutarkan sebuah lagu
(1)
commit to user
pada siswa yang diajar dengan media gambar pada siswa yang memiliki bahasa figuratif rendah kemungkinan disebabkan oleh kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam pengelolaan eksperimen. Adapun kelemahan-kelemahan tersebut antara lain:
1. Sampel tidak diasramakan dan tidak dibatasi ruang geraknya, sehingga penelitian ini tidak dapat mengendalikan tindak bahasa mereka.
2. Jarak tempat tinggal sampel yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Hal ini dapat memengaruhi kondisi mereka pada saat mengikuti perlakuan.
3. Latar belakang siswa yang beragam, sehingga mereka memiliki
pengalaman yang berbeda-beda juga kaitannya dengan kemampuan menulis puisi.
4. Perlakuan hanya dapat dilaksakan pada saat proses belajar mengajar
berlangsung, sehingga peneliti tidak secara leluasa untuk mengontrol. Kelemahan-kelemahan ini dikemukakan sebagai bahan pertimbangan untuk menormalisasikan hasil penelitian dan bukan bertujuan untuk pembelaan.
(2)
commit to user
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
1. Kemampuan menulis puisi siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen
yang diajar dengan media lagu lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan media gambar. Dengan demikian, penerapan media lagu dalam pembelajaran menulis puisi lebih baik daripada media gambar.
2. Kemampuan menulis puisi siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen
yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah. Dengan demikian, pemahaman bahasa figuratif berpengaruh positif dalam kegiatan menulis puisi.
3. Ada interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi.
B. Implikasi
Penelitian ini berjudul Pengaruh Media Pembelajaran Lagu dan Pemhaman Bahasa Figuratif terhadap Kemampuan Menulis Puisi (Eksperimen pada siswa Kelas 10 SMA N 1 Gemolong, Sragen). Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis puisi siswa yang diajar dengan media lagu lebih baik daripada siswa yang diajar dengan media gambar.
(3)
commit to user
Selanjutnya, kemampuan menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah. Sementara itu, terdapat interaksi antara media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif terhadap kemampuan menulis puisi. Dengan demikian, penelitian ini memiliki implikasi secara teoretis, pedagogis dan praktis.
Secara teoretis, penelitian ini berimplikasi pada bertambahnya khasanah keilmuan dan terbukanya cakrawala baru tentang cara membelajarkan siswa dalam hal menulis puisi. Dengan hasil penelitian ini diharapkan para praktisi pendidikan dalam hal ini terkhusus pada guru, dapat segera bermigrasi dari pola pengajaran yang konvensional yaitu tanpa menggunakan media untuk merangsang imajinasi siswa kepada pola pengajaran yang lebih modern dengan memanfaatkan media untuk proses pembelajaran. Dengan bertambahnya wawasan tentang alternatif media pembelajaran puisi diharapkan target pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Secara pedagogis, penelitian ini berimplikasi pada meningkatnya nilai atau prestasi siswa dalam menulis puisi. Dengan kualitas pembelajaran yang baik, siswa akan dapat meningkatkan hasil belajarnya. Siswa juga dapat mengetahui sejauh mana kemampuannya dalam hal menulis puisi maupun pemahaman bahasa figuratifnya. Hasil penelitian ini juga berimplikasi dijadikannya refleksi dan koreksi diri bagi siswa. Dengan mengetahui tingkat pemahaman bahasa figuratifnya sekaligus pengaruhnya terhadap kemampuan menulis puisi, para siswa akan lebih meningkatkan belajarnya terkhusus pada pemahaman bahasa figuratifnya. Secara umum, meningkatnya hasil belajar siswa ini menjadi salah satu indikator keberhasil pembelajaran.
Selanjutnya secara praktis, hasil penelitian ini berimplikasi pada alternatif media pembelajaran untuk menulis puisi. Dengan hasil penelitian ini, para praktisi pendidikan maupun pengambil kebijakan dapat mempertimbangkan pemilihan media pembelajaran yang tepat dan sesuai. Dengan demikian akan lebih meningkatkan kinerjanya. Penelitian ini memberikan penawaran untuk menggunakan media yang tepat dalam meningkatkan hasil belajar menulispuisi. Dengan penelitian ini pula dapat terlihat bagaimana perbedaan hasil pembelajaran
(4)
commit to user
antara media lagu dan media gambar. Dapat dilihat jelas bahwa kedua media memiliki perbedaan yang signifikan dalam pembelajaran menulis puisi.
Implikasi secara umum jika ditinjau dari upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan media pembelajaran dan dengan pemahaman bahasa figuratif siswa sebagai berikut:
1. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan media lagu
Berdasarkan hasil temuan di atas, dapat diimplikasikan bahwa degan media yang tepat, kemampuan menulis puisi dapat meningkat. Media yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran menulis puisi adalah dengan media lagu. Dengan media ini siswa akan lebih mudah berimajinasi dan memilih kata-kata untuk membuat sebuah puisi. Media ini menawarkan solusi kelemahan pembalajaran selama ini yang cenderung konvensional tanpa memanfaatkan suatu media sehingga siswa mengalami kesulitan di dalam menulis puisi.
Dengan berbagai kemudahan yang ada di dalam media ini, kemampuan siswa akan lebih baik dalam menulis sebuah puisi. Langkah yang dapat dilakukan adalah dengan menyuruh siswa untuk mendengarkan lagu yang diputarkan secara berulang-ulang. Dengan mendengarkan lagu berulang kali, siswa akan dapat berimajinasi dan memilih kata-kata yang tepat sehingga puisi yang mereka buat akan baik. Selanjutnya siswa disuruh untuk merangkai kata-kata yang telah dibuatnya menjadi bait-bait puisi yang indah. Dengan media ini, siswa dapat lebih mudah mencari kata-kata untuk menyusun sebuah puisi, dan kegiatan menulis puisi siswa akan tercapai secara maksimal.
2. Upaya meningkatkan kemampuan menulis puisi dengan pemahaman
bahasa figuratif.
Letak keberhasilan di dalam menulis puisi tidak hanya pada pemilihan media pembelajaran yang tepat. Selain dari pemilihan media, pemahaman bahasa figuratif juga memegang peranan yang sangat tinggi. Pemahaman bahasa figuratif
(5)
commit to user
akan sangat menentukan kualitas puisi siswa. Hal ini dibuktikan dengan diterimanya hipotesis kedua bahwa kemampuan menulis puisi siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki pemahaman bahasa figuratif rendah. Selain itu, interaksi keduanya membuktikan bahwa media pembelajaran dan pemahaman bahasa figuratif berpengaruh terhadap kemampuan menulis puisi.
Cara yang paling tepat untuk meningkatkan pemahaman bahasa figuratif siswa adalah dengan memperbanyak membaca dan menulis puisi. Dengan banyak membaca, siswa akan lebih banyak memiliki kosakata bahasa figuratif dalam sebuah puisi. Dengan demikian siswa tidak akan merasa asing terhadap bahasa figuratif yang digunakan oleh penyairnya. Pada akhirnya siswa akan lebih mudah menulis sebuah puisi.
C. Saran
Setelah memaparkan hasil penelitian, simpulan dan implikasinya terhadap dunia pendidikan berikut ini akan disampaikan beberapa saran terkait usaha peningkatan kemampuan menulis puisi. Secara lebih khusus, peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas 10 SMA Negeri 1 Gemolong, Sragen. Beberapa saran yang dapat dijadikan bahan refleksi dan koreksi diri sebagai berikut:
1. Siswa hendaknya mengetahui dan memahami bahwa pemahaman bahasa
figuratif berpengaruh terhadap kemampuan menulis puisi. Pemahaman bahasa figuratif menjadi modal utama untuk dapat menulis puisi. Mereka hendaknya meningkatkan pemahaman bahasa figuratifnya untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi.
2. Guru bidang studi bahasa Indonesia hendaknya menerapkan media lagu
dalam pembelajaran menulis puisi. Media ini terbukti lebih efektif dibandingkan dengan media gambar dalam pembelajaran menulis puisi. Dengan menerapkan media ini, guru akan dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa.
(6)
commit to user
3. Para pengambil kebijakan sekolah, terutama Kepala Sekolah maupun para
Wakil Kepala Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran menulis puisi dengan media lagu. Selain itu, hendaknya dapat memberiakan kontribusi dengan memberikan saran dan teguran bagi guru terhadap kualitas pembelajarn menulis puisi sehingga tercipta sinergitas antarpelaksana terkait.
4. Pemerintah maupun lembaga terkait hendaknya secara bersama-sama
memberikan motivasi, arahan dan kebijakan dalam hal penerapan mediapembelajaran yang efektif sekaligus menyediakan sarana prasaran yang memadai untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.