BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada
wanita setelah kanker payudara dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker di negara-negara berkembang. Kanker serviks terus menerus
menjadi masalah kesehatan publik pada wanita di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang seperti Indonesia. Sebagian besar penderita kanker
serviks uteri datang berobat pada stadium lanjut, karena pada stadium awal penyakit ini tidak menimbulkan gejala.Data dari 13 pusat patologi di Indonesia
menunjukkan bahwa kanker serviks berada di urutan pertama di antara semua kanker 23,43 dari 10 kanker utama pada pria dan 31,0 dari 10
kanker utama pada wanita.
1,2
Data dari berbagai rumah sakit pendidikan pada tahun 2007 menunjukkan bahwa kanker serviks adalah keganasan
ginekologi tersering diikuti oleh kanker ovarium, uterus, vulva, dan vagina. Pada tahun 2000 diperkirakan 370.000 kasus dari sekitar 470.600
kasus baru kanker serviks dari seluruh dunia diderita oleh perempuan di negara-negara berkembang. Dari jumlah tersebut, lebih dari separuh berasal
dari negara-negara Asia, termasuk Indonesia. Kanker serviks juga menjadi
3
Universitas Sumatera Utara
penyebab kematian 233.400 perempuan di dunia setiap tahunnya, yang 80 persennya berasal dari negara-negara berkembang.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kematian akibat kanker serviks sebetulnya amat sederhana dan efektif. Jika saja lesi prakanker
serviks dapat diidentifikasi dan ditatalaksana dengan tepat, lesi ini tidak akan berkembang menjadi kanker serviks. Angka harapan hidup lima tahun
perempuan dengan lesi prakanker mendekati seratus persen bila ditatalaksana dengan tepat.
4,5
Dengan diperkenalkannya skrining regular dengan Pap smear, angka kejadian dan mortalitas kanker serviks masing-masing menurun menjadi 70-
80 dan 90 pada kebanyakan negara berkembang.
6,7
8,9
Namun masih banyak halangan untuk membuat Pap smear menjadi metode dasar program
skrining di negara berkembang seperti Indonesia, khususnya keterbatasan ahli patologi yang sangat penting untuk diagnosa.
10
Hanya terdapat 292 orang ahli patologi data dari IAPI 2010 yang harus melayani populasi
Indonesia yang berjumlah 237 juta jiwa Badan Pusat Statistik Republik Indonesia 2010.
Beberapa faktor risiko yang merupakan predisposisi terjadinya kanker serviks dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa menikah pada usia
kurang dari 16 tahun, memiliki pasangan seksual lebih dari satu, keputihan kronis, higiene genital yang buruk, merokok, dan status sosio-ekonomi yang
rendah menunjukkan risiko yang lebih besar daripada wanita yang tidak memiliki faktor-faktor risiko tersebut. Sehingga faktor-faktor risiko tersebut
11,12
Universitas Sumatera Utara
dapat dikaitkan dengan progresifitas penyakit, stadium penyakit, luaran, dan respon terapi.
Karsinoma serviks merupakan penyakit di mana sel-sel serviks menjadiabnormal dan tumbuh tak terkendali. Penyebab tersering dari
karsinoma serviksialah infeksi darihuman papilloma virus HPV.
13,14
Terapi untuk karsinoma serviks antara lain operasi, radiasi, dankemoterapi. Terapi radiasi dapat dilakukan dengan cara radiasi
eksterna danbrachytherapy. Bila menggunakan radiasi eksterna, sinar radiasi difokuskan padadaerah panggul dari sumber di luar tubuh.Pada daerah
panggul terdapat organ-organ selain uterus seperti kandung kemih, ureter bagian ke tiga, kolon sigmoiddan rektum.Efek dari radiasi pada ureter
dapat menimbulkan striktur ataupenyempitan yang bisa menimbulkan gangguan fungsi ginjal.
14,15
Kemoterapi merupakan bentuk pengobatan kanker dengan menggunakan obat sitostatika yaitu suatu zat-zat yang dapat menghambat
proliferasi sel-sel kanker. The National Cancer Institute merekomendasikanbahwa kemoterapi dengan cisplatin dipertimbangkan
untuk semua wanita yangmenerima terapi radiasi untuk karsinoma serviks.Salah satu efek cisplatin ialahnefrotoksisitas yaitu dapat
menyebabkan kerusakan pada ginjal. Mekanisme darinefrotoksisitas cisplatin ialah penimbunan cisplatin di sel ginjal, biotransformasidari cisplatin di ginjal,
dan apoptosis sel ginjal oleh cisplatin.
15,16
15-17
Universitas Sumatera Utara
Untuk kasus karsinomaserviks stadium lanjut stadium IIB sampaistadium IVA, radioterapi diberikan secarakombinasi yaitu eksternal
dan intrakaviter, sedang pada karsinoma serviks stadiumIVB dimana sudah terjadi metastasis jauhbiasanya hanya diberikani kemoterapi ataukombinasi
dengan radioterapi lokal.Kemoterapi sering digunakan bersamaan dengan terapi radiasi.StadiumIIB, III, IV, dan karsinoma serviks berulang biasanya
dilakukan terapi kombinasiradiasi eksterna atau interna dan kemoterapi. Beberapa penelitian telah dilakukanmengenai efek dari kemoradiasi pada
pasien karsinoma serviks. Kanker serviks yang telah diterapi dievaluasi selama 3 bulan untuk
melihat respon terapiyang diharapkan berupa clinical complete
response.Beberapa faktor risiko terkait dengan kejadian kanker serviks dan luaran pasien yang mengalami remisi atau tidak.Selain ituluaran histopatologi
dan stadium serta ketahanan hidup 5 tahun juga harus diteliti untuk mengevaluasi strategi penanganan optimal yang telah dilakukan pada
penderita kanker serviks.
18,19
1.2. Rumusan Masalah