Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah

Sejak televisi mulai diperkenalkan di Indonesia pada awal tahun 60-an, televisi telah menjadi penghuni tetap di berbagai rumah dan menjadi pusat kegiatan keluarga pada waktu senggang. Keadaan ini bertambah semarak dengan hadirnya televisi swasta maka masyarakat di Indonesia mempunyai beragam pilihan untuk memperoleh berbagai informasi tentang pendidikan, budaya dan beragam hiburan lainnya. Berbagai bentuk program dan siaran yang ditayangkan berbagai stasiun TV untuk khalayak seperti berita, drama, film, iklan, sinetron, hiburan, olah raga, dan berbagai jenis permainan lainnya. Terdapat juga program khusus untuk anak-anak, remaja, kaum wanita, dan program untuk tontonan semua lapisan masyarakat. Di samping itu, TV juga merupakan salah satu media komunikasi digunakan oleh berbagai pihak untuk menyampaikan pesan ataupun informasi tertentu. Komunikasi adalah suatu peristiwa sosial yang didalamnya terjadi hubungan timbal balik antar individu, atau kalau menurut Hoetasoehoet bisa terjadi antara satu komunikator dengan satu komunikan, satu komunikan dengan banyak komunikan, satu komunikator dengan massa komunikan dan sebagainya dalam Darwanto, 2007 : 15. Melalui televisi pesan komunikasi disampaikan kepada komunikan yang tersebar di seantero penjuru dunia. Paket program siaran Universitas Sumatera Utara inilah yang kemudian ditayangkan melalui stasiun penyiaran televisi dan selanjutnya disebarluaskan ke segenap pelosok melalui jaringan satelit komunikasi, stasiun penghubung dan pemancar di darat. Akhirnya isi pesan dapat didengar dan dilihat oleh khalayak melalui pesawat penerima di rumah-rumah. Agar isi pesan dapat dengan mudah diterima oleh khalayak, penyajiannya harus komunikatif. Artinya siaran dapat diterima secara indrawi received dan secara rohani accepted pada satu kali penyiaran. Dengan demikian, pesan komunikasinya harus juga dapat dipahami maknanya dan tidak bertentangan dengan kebudayaan komunikan sasaran komunikasi Effendy, 2005 : 28. Televisi menjadi suatu fenomena besar di abad ini, hal ini harus diakui bahwa perannya sangat besar dalam membentuk pola pikir, pengembangan wawasan dan pendapat umum, termasuk pendapat umum untuk menyukai produk- produk industri tertentu, disebabkan program siaran yang disajikan semakin lama semakin menarik, meskipun memerlukan biaya yang tinggi, sehingga tidak mengherankan kalau khalayak penonton, betah duduk berlama-lama di depan pesawat penerimanya. Televisi tampaknya sulit menghindar dari takdirnya sebagai paradoks. Yakni di satu sisi, masyarakat menuntut perannya sebagai media penyelaras tatanan sosial berupa nilai values, norma norm serta aturan social order. Di sisi lain, televisi harus tampil sebagai media hiburan entertainment yang dikendalikan kepentingan industri pemasaran kapitalisme pasar. Kenyataannya dua ekspektasi social tersebut sangat sulit dipertemukan dalam muatan pesan di layar kaca. Kecuali audience berusaha kreatif menciptakan pola pemaknaan Universitas Sumatera Utara melalui cara pandang, selektivitas perhatian, maupun diskusi argumentatif dalam komunitasnya. Tanpa peran aktif audience, tidak mungkin mempertemukan air dengan minyak. Sudah sering kita dengar keberatan masyarakat tentang bahaya siaran televisi pada anak-anak yang diduga memberikan dorongan agresivitas, memberikan pola peniruan terhadap tingkah laku yang menyimpang, komunikasi yang asosial maupun cara berpikir yang tidak rasional. Hal tersebut diatas menimbulkan pertanyaan bagi kita, kalau rata-rata setiap individu menonton siaran televisi selama 4-5 jam sehari, dapat kita bayangkan berapa besar pengaruh kotak ajaib ini merasuk ke dalam pribadi- pribadi sehingga cepat atau lambat akan membentuk sikap, perilaku dan cara berpikir khalayak penonton. Televisi sebagai media massa, mempunyai banyak kelebihan dalam penyampaian pesan, dibandingkan media massa lainnya, karena pesan yang disampaikan melalui gambar dan suara secara bersamaan dan hidup, sangat cepat dan dapat menjangkau ruang yang sangat luas. Indonesia sebagai bangsa yang berkembang di mana setiap individu yang ingin mengetahui informasi yang saat ini terjadi akan lebih mudah mendapatkannya dari media khususnya televisi. Langkah yang sangat bijak yang telah dilakukan oleh penyelenggara siaran televisi adalah sebelum materi tayangan itu disajikan, diawali dengan pemberitahuan bahwa cerita itu merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka. Disinilah penonton terutama anak-anak diminta untuk mengambil intisarinya. Disini diperlukan pula peran orang tua dan yang lebih dewasa untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak secara tepat, tetapi bijaksana. Universitas Sumatera Utara Dalam buku Darwanto 2007 : 121 menjelaskan menonton televisi banyak didominasi oleh anak-anak dari sinilah menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tua tidak mengarahkan apa- apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis serta belajar dari apa-apa yang mereka tonton. Agaknya tayangan televisi terbukti cukup efektif dalam membentuk dan mempengaruhi perilaku anak-anak lantaran media ini sekarang telah berfungsi sebagai rujukan dan wahana peniruan what they see is what they do. Anak-anak sebagai salah satu konsumen media secara sadar atau tidak telah dicekoki budaya baru yang dikontruksi oleh pasar market ideology. Untuk membantu anak agar dapat memanfaatkan tayangan televisi secara positif agaknya sangat membutuhkan peran optimal orang tua, terutama dalam mendampingi dan mengontrolnya. Orang tua harus sabar mendampingi anak- anaknya saat menonton televisi. Hal ini perlu dilakukan orang tua agar anak tidak terpolusi oleh limbah budaya massa yang terus mengalir lewat teknologi komunikasi yang hanya mempertontonkan hiburan sampah seperti hiburan opera sabun maupun sinetron akhir-akhir ini. Orang tua perlu menanamkan daya pikir yang kreatif anak dalam belajar. Orang tua tidak perlu melarang anaknya menonton televisi. Yang justru mendapat perhatian serius adalah bagaimana orang tua memilihkan acara yang betul-betul bermanfaat bagi pendidikan dan perkembangan anaknya, agar anak tersebut dapat terangsang untuk berpikir kreatif. Hal tersebut sangat perlu dilakukan karena mengingat kondisi psikologis anak yang belum matang, akan sulit bagi mereka untuk membedakan mana yang Universitas Sumatera Utara positif dan mana yang negatif. Orang tua perlu senantiasa mendampingi dan membimbingnya. Bentuk kehati-hatian dari para orang tua semenjak didni sangat diperlukan untuk menangkal efek samping side effect yang kemungkinan timbul jika anak-anak dibebaskan menonton berbagai tayangan televisi sekehendaknya. Salah satu acara di stasiun televisi swasta yang sangat diminati dan menjadi perhatian publik adalah acara “Idola Cilik”. Acara ini merupakan suatu event pencarian bakat khusus anak-anak melalui perlombaan bernyanyi. Dimana dalam ajang perlombaan ini akan ditentukan siapa sang idola cilik Indonesia, yang sekaligus akan mendapatkan hadiah utama berupa beasiswa pendidikan sebesar Rp.50 juta. Selain itu juga akan dibuatkan album rekaman serta album karaoke Idola Cilik dari perusahaan rekaman Musica Record. Acara terbaru ini cukup spektakuler dan mampu menarik perhatian dan simpati masyarakat banyak. Dengan adanya event ini membuka peluang bagi anak sejak usia dini untuk ikut berkompetisi dan mendapat ruang untuk mengekspresikan kemampuan dan bakatnya. Kondisi ini juga mendapat respon yang sangat tinggi dari mayoritas anak-anak Indonesia. Menurut pengamatan awal dari penulis, rata-rata pada setiap rumah di kompleks tempat tinggal penulis, para anak-anak selalu menyediakan waktu untuk menyaksikan acara idola cilik tersebut. Suatu hal yang menarik lainnya sebagai efek dari hadirnya ajang pencarian bakat ini adalah maraknya keberadaan lembaga-lembaga pemandu bakat dan minat anak yang menawarkan jasa untuk membantu mendidik dan mengasah minat anak agar lebih siap dan mampu bersaing dalam berbagai ajang perlombaan seputar bakat dan minat. Seperti adanya acara Idola Cilik I dan II di stasiun RCTI, Universitas Sumatera Utara AFI Junior di INDOSIAR, Dai Cilik di LATIVI, Dai Kondang di INDOSIAR, yang sukses membuat lembaga-lembaga pengembangan minat dan bakat anak banyak didirikan seperti jamur dimusim hujan. Walaupun tampaknya seperti ikut- ikutan membuat program acara seperti itu, namun mampu meningkatkan rating stasiun televisi tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk anak-anak yang berusia antara 10-12 tahun. Hal ini dikarenakan ajang pencarian bakat di televisi RCTI mensyaratkan anak- anak pada usia tersebut. Pada usia tersebut anak-anak masih meniru apa yang mereka tonton sehingga peneliti ingin tahu sejauhmana program acara Idola Cilik baik Idola Cilik I dan II berpengaruh terhadap perilaku anak. Berdasarkan kondisi tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana peranan televisi dalam hal ini, acara Idola Cilik tersebut berpengaruh terhadap perilaku anak.

I.2. Perumusan Masalah