BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kota Tebing Tinggi selain merupakan Kotamadya Daerah Tingkat II, juga merupakan perlintasan silang bagi transportasi darat, baik dari lintas barat maupun dari lintas timur
Sumatera. Selain itu, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian, pendidikan, dan kegiatan lain yang berhubungan dengan masyarakatnya. Oleh karena itu di kota Tebing Tinggi banyak
terdapat gedung pemerintahan, sekolah dan instalasi lain baik pemerintah maupun swasta. Mengamati kota Tebing Tinggi setelah memasuki masa Pelita I sampai Pelita V atau antara
tahun 1969 sampai tahun 1994 perkembangannya dapat dikatakan cukup menyolok walaupun berlangsung secara bertahap. Hal ini disebabkab oleh adanya peraturan pemerintah RI sejak
pelita I secara nasional mulai mengefektifkan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia termasuk di daerah Tebing Tinggi.
Perkembangan kota Tebing Tinggi peranannya cukup potensial bagi masyarakat dan pemerintah daerah maupun masyarakat yang berada di sekitarnya secara langsung dapat
merasakan manfaatnya. Perkembangan yang dimaksud meliputi wilayah kota, fasilitas transportasi, fasilitas pendidikan, fasilitas industri, fasilitas kesehatan dan fasilitas
perdagangan. Dengan adanya perkembangan ini maka terjadilah tuntutan pertambahan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk melayani semua kegiatan masyarakat. Adapun fasilitas
yang perlu ditambah adalah listrik dan air minum. Fasilitas pertama yang dimiliki masyarakat Tebing Tinggi di bidang pengelolaan air minum berada di tangan dinas air
minum kota Tebing Tinggi saja. Pada awalnya, air minum yang diproduksi belum memenuhi
Universitas Sumatera Utara
syarat, baik ditinjau dari segi kwantitas maupun kwalitasnya, sedangkan untuk suatu kota seperti Tebing Tinggi dituntut suatu persyaratan khusus air minum, baik fisis, kimia maupun
bakteriologis untuk menjamin kesehatan warga masyarakat. Pada masa ini sumber air minum penduduk, selain dari Dinas air minum kota juga menggunakan air hujan dan mata air. Mata
air yang terdapat di wilayah Tebing Tinggi belum memenuhi syarat untuk dapat dijadikan sebagai air minum karena pada musim kemarau akan terjadi kekeringan dan sebaliknya bila
datang musim hujan akan menyebabkan air keruh dan berubah rasa. Untuk memenuhi kebutuhan air bersih maka dibangunlah perusahaan air minum yang
kemudian dikenal dengan nama Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian yang tidak hanya mampu melayani kebutuhan masyarakat kota Tebing Tinggi saja tetapi mencakup
kesemua wilayah kelurahan yang ada di Tebing Tinggi. Dengan berdirinya PDAM Tirta Bulian maka status hukum perusahaan air minum Tebing Tinggi ini mengalami perubahan
dimana yang semula berstatus dinas menjadi perusahaan daerah. Sebagai kelanjutannya PDAM Tirta Bulian melanjuti pemenuhan akan air bersih bagi masyarakat Tebing Tinggi
melalui pengembangan dan pembangunan unit-unit pelayanan air minum dengan sumur umum atau keran-keran umum dan melakukan kerja sama dengan pihak instansi pemerintah
serta pengembangan mutu tenaga kerja bagi para pegawai PDAM melalui penataran- penataran, pelatihan, kursus-kursus di bidang air minum guna pengembangan perusahaan dan
mengimbangi tuntutan masyarakat akan kebutuhan air bersih. Seperti yang diketahui PDAM Tirta Bulian pada masa sekarang ini telah mampu mensuplai air ke semua wilayah kelurahan
Tebing Tinggi, sementara untuk daerah pedalaman PDAM diupayakan melalui pembangunan sumur umum dan keran-keran umum.
Universitas Sumatera Utara
5.2 Saran