Gambaran Umum Lokasi Penelitian

BAB II PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PDAM TIRTA BULIAN SEBELUM TAHUN 1977

2.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Untuk dapat mengetahui gambaran umum penelitian, kiranya perlu diuraikan secara ringkas mengenai sejarah kota Tebing Tinggi sebagai latar belakang masyarakat yang mendiaminya. Pada awalnya kota Tebing Tinggi berasal dari riwayat seorang pemimpin masyarakat yang bernama Datuk Bandar Kajum dari Simalungun meninggalkan kampung asalnya tersebut dan pergi merantau ke daerah Padang yang ada di dekat Tebing Tinggi dengan membawa keluarga dan pengikut-pengikutnya. Setibanya di daerah tersebut, mereka membuka tempat pemukiman yang baru dengan nama Tanjung Marulak, namun karena adanya peperangan dengan kerajaan Raya, maka mereka pindah ke tempat yang baru di tepi tebing sungai Padang yang tinggi. Tempat tersebut dipilih adalah agar tebing yang tinggi itu dapat dipergunakan sebagai benteng pertahanan menghadapi musuh yang akan datang menyerang. Maka berdasarkan tempat pemukiman Datuk Bandar Kajum inilah lahir nama Tebing Tinggi. 8 8 Wawancara dengan Slamet Riyadi, tanggal 20 Mei 2009 di Mesjid Al-Huda Kelurahan Tebing Tinggi Lama. Tempat tersebut dikenal dengan nama Tebing Tinggi lama, yang telah dijadikan sebagai tanah wakaf tempat perkuburan. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1904 di Tebing Tinggi didirikanlah oleh Belanda sebuah badan yang bernama “Plaatselijk Fonds” Badan Urusan Kota. Badan ini bertugas mengurus dan membuat jalan-jalan raya di Tebing Tinggi, mengurus pasar, kebersihan, keindahan kota, dan lain-lain. Sebelum badan tersebut berdiri, dibentuk pekan atau pasar di Tebing Tinggi yang diurus oleh “Zelfbestuur Padang” Kerajaan Padang. Dalam perkembangan selanjutnya, pemerintah Belanda membangun sebuah “Esplanade” lapangan yang dijadikan sebagai pusat kota. Pada tahun 1912, tepat di pusat kota itulah dibangun “Water Leiding” perusahaan air bersih. 9 Sejak ditetapkannya Tebing Tinggi sebagai Gemeente pada tanggal 1 Juli 1917, kurang lebih Selama 8 tahun yaitu sampai tahun 1925 administrasi pemerintahan kota dan organisasinya hanya dikendalikan oleh Contrreleur Padang dan Bedagai sebagai ketua Gemeenteraad, yang dibantu oleh seorang sekretaris. Barulah pada tahun 1926 jabatan kota Untuk mengetahui lengkapnya tentang hari jadi kota Tebing Tinggi, dapat dilihat dari sebuah buku yang ditulis oleh J.J. Mendelaar yang berjudul Nota Bereffen de De Gemeente Tebing Tinggi. Buku ini ditulisnya sekitar bulan Juli 1930 dan di dalam bukunya tersebut pada halaman 6 disebutkan bahwa setelah beberapa tahun dalam keadaan vacum mengenai perluasan pelaksanaan Decentralisasi Wet 23 Juli 1903, berdirilah Gemeente Tebing Tinggi dengan Instelling ordonantie van staasblad 1917 No. 282 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1917. Jadi jelaslah bahwa sebenarnya eksistensi daripada kota Tebing Tinggi ini mulai ditetapkan sejak tanggal 1 Juli 1917. 9 Eny May, Tuan Syekh Beringin Profil Pemimpin Nonformal Dalam Masyarakat Tebing Tinggi, Medan : Skripsi Fakultas Sastra, 1983, hal. 56-57. Universitas Sumatera Utara Tebing Tinggi mempunyai 7 orang pegawai, masing-masing 5 orang pegawai bangsa Indonesia dan 2 orang pegawai Belanda. 10 Secara geografis Kotamadya Tebing Tinggi terletak pada posisi 3 Berdasarkan Undang-undang no. 11957 kota Tebing Tinggi termasuk kota yang berhak mempunyai DPRD Peralihan. Oleh karena di Sumut belum pernah dilakukan pemilihan untuk anggota-anggota dewan perwakilan rakyat daerah, maka kursi Dewan Perwakilan Daerah untuk kota Tebing Tinggi didasarkan kepada angka-angka yang dicapai pada pemilu 1955. Berdasarkan Undang-undang darurat no. 91956 DPRD Peralihan kota Tebing Tinggi mempunyai 10 orang anggota. Sejak tahun 1957 Tebing Tinggi telah ditetapkan oleh pemerintah menjadi kotamadya. Sedangkan pada masa sebelumnya kedudukannya adalah sebagai kota otonom yang mempunyai pemerintahan sendiri yang dipimpin oleh seorang sekretaris kota. Sekretaris kota yang pertama diangkat oleh Jepang pada tahun 1944, yaitu Ajan Nasution. Dalam perkembangan selanjutnya ia digantikan oleh Rustam Saleh sebagai sekretaris kota yang kedua. Dan sekarang sebagai sebuah kotamadya, pemerintah kota Tebing Tinggi dipimpin oleh seorang Walikota. o 19’ - 3 o 21’ Lintang Utara dan 98 o 9’ - 98 o 11’ Bujur Utara, merupakan dataran yang menurun ke arah pantai sebelah Timur dan dilalui beberapa sungai yaitu Sungai Padang, Sungai Bahilang, Sungai Sibarau dan Sungai Kelembah. Kondisi topogragi kota ini pada umumnya mendatar dan bergelombang terletak pada ketinggian 26-34 meter di atas permukaan laut, sementara kondisi temperaturnya rata-rata adalah 26 o 10 Perpustakaan Daerah Tebing Tinggi, Selayang Pandang Kota Tebing Tinggi, Tebing Tinggi, 2003, hal. 16. C serta angka curah hujan rata-rata dari tahun 1985- 1989 adalah 1.256 mmtahun. Kondisi air tanah cukup baik dan air tanah ini dipakai Universitas Sumatera Utara oleh 69,2 penduduk untuk air minummandicuci, akan tetapi air tanah tersebut pada musim kemarau airnya kering dalam 1 tahun kekeringan dapat terjadi selama 5 bulan. Dengan kondisi yang demikian maka minat masyarakat untuk dapat menjadi pelanggan PDAM sangat besar sehingga untuk menanggulangi masalah tersebut peningkatan prasarana air bersih merupakan prioritas utama. Kotamadya Tebing Tinggi yang semula luasnya 345,36 ha terdiri dari 4 desa yaitu Tebing Tinggi Lama, Badak Bejuang, Pasar Baru dan Rambung tanpa diperintah oleh seorang camat. Lokasi yang begitu sempit menimbulkan berbagai kesulitan baik untuk pemerintah dan masyarakat Tebing Tinggi maupun masyarakat sekitarnya. Kesulitan- kesulitan tersebut diantaranya volume pembangunan di dalam kota yang meningkat baik yang dikelola oleh pihak pemerintah setempat maupun yang dikelola oleh pihak swasta sangat memerlukan perluasan areal sesuai dengan perkembangan kota tersebut. Areal pertokoan yang sempit membuat para pengusaha memilih lokasi perusahaannya di luar kota yang masih dekat dengan wilayah perkotaan. Tindakan yang demikian sangat merugikan pemerintah daerah, karena dengan dibangunnya berbagai perusahaan di luar areal kota, mengakibatkan pajak pendapatan akan beralih ke Pemerintah Daerah Tingkat II Deli Serdang dan merupakan kerugian besar bagi kota Tebing Tinggi. Padahal Pemerintah Daerah Tebing Tinggi sangat membutuhkan income yang lebih besar lagi agar dapat menutupi anggaran pembangunan daerah Tebing Tinggi yang cenderung semakin meningkat setiap tahunnya. Untuk itulah dilakukan usaha guna mewujudkan pemekaran kota terhadap daerah sekitarnya yang merupakan wilayah Kabupaten Deli Serdang. Usul perluasan kota selanjutnya dilakukan oleh Sanggup Ketaren sebagai walikota saat itu dimana pada tahun 1972 diadakan peninjauan terhadap daerah-daerah yang terkena perluasan. Namun hasilnya Universitas Sumatera Utara hanya sampai pada tahap peninjauan yang dilakukan pemerintah pusat. Peninjauan selanjutnya dilakukan oleh tim Departemen Dalam Negeri yang mana pengumpulan datanya dilakukan pada tahun 1974. Perluasan Kotamadya Tebing Tinggi secara sah dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri pada tanggal 13 Desember 1979 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 tahun 1979 Tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi, pada periode pemerintahan Drs. Amiruddin Lubis. Dengan diadakannya peresmian perluasan wilayah kota tersebut, maka areal kota Tebing Tinggi dari ukuran 345,36 ha yang terdiri dari 4 desa menjadi seluas 3.959 ha. Wilayahnyapun dibagi menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Rambutan, Kecamatan Padang Hulu, dan Kecamatan Padang Hilir. Kecamatan- kecamatan ini terdiri atas 17 kelurahan diantaranya adalah : 1 Kecamatan Rambutan, terdiri dari : a. Kelurahan Badak Bejuang b. Kelurahan Bandar Sakti c. Kelurahan Bulian d. Kelurahan Berohol e. Kelurahan Rantau Laban 2 Kecamatan Padang Hulu, terdiri dari : a. Kelurahan Pasar Baru b. Kelurahan Bandar Sono c. Kelurahan Mandailing d. Kelurahan Durian Universitas Sumatera Utara e. Kelurahan Persiakan f. Kelurahan Lubuk Baru g. Kelurahan Pabatu 3 Kecamatan Padang Hilir, terdiri dari : a. Kelurahan Tambangan b. Kelurahan Bagelen c. Kelurahan Rambung d. Kelurahan Tebing Tinggi Lama e. Kelurahan Tebing Tinggi Dengan pemekaran kota, maka kondisi wilayah kota Tebing Tinggi sangat menguntungkan Pemerintah Daerah dan masyarakatnya, khususnya masyarakat yang baru masuk menjadi penduduk kotamadya. Karena dengan pemekaran kota secara khusus Pemerintah Daerah dapat memperhatikan keadaan desa-desa yang baru masuk ke dalam wilayah kotamadya. Selain itu dengan perubahan wilayah tersebut, maka terjadi perubahan jumlah penduduk dari 33.275 jiwa menjadi 82.434 jiwa di tahun 1979. Angka ini bertambah di tahun 1980 menjadi 92.068 jiwa, tahun 1981 berjumlah 92.918 jiwa, tahun 1982 berjumlah 93.589 jiwa dan tahun 1983 menjadi 94.449 jiwa. 11 11 Danil Ahmad, dkk., Sejarah Pemerintahan Dalam Negeri Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi, Tebing Tinggi : Bappeda Tingkat II Tebing Tinggi, 1994-1995, hal. 145. Disamping perubahan-perubahan tersebut tentunya terjadi perubahan-perubahan baik di bidang politikpemerintahan maupun kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya sebagai akibat langsung dari terjadinya perubahan wilayah ini. Universitas Sumatera Utara 2.2 Peralihan Fungsi dan Tugas Pengelolaan Air Minum Daerah dari Dinas Air Minum Menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Tebing Tinggi merupakan kota Pemerintahan Daerah Tingkat II yang dipilih pada masa pemerintahan Belanda untuk menangani penyediaan air baik secara tekhnik maupun administratif. Selain Tebing Tinggi, ada pula beberapa daerah lain yang juga dipilih untuk menangani air bersih ini yang diantaranya adalah Medan, Tanjung Balai, Pematang Siantar, dan Tanjung Pura. Semua Perusahaan ini setelah mendapatkan kedaulatan diserahkan kepemilikannya kepada pemerintah daerah setempat. Setelah menjadi Perusahaan Daerah, maka biaya-biaya eksploitasinya dibebankan kepada pemerintah daerah, yang dananya sangat terbatas. Disamping itu fungsi sosialnya dalam melayani kepentingan masyarakat menyulitkan perusahaan itu untuk mencari sumber- sumber biaya yang lain, seperti kredit perbankan. Keadaan yang seperti ini tidak dapat dilanjutkan, jika diinginkan sebuah kemajuan untuk mengembangkan perusahaan tersebut. Sesuai dengan peraturan yang dibuat oleh pemerintah daerah dinyatakan bahwa perusahaan air minum dijadikan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. 12 Perusahaan-perusahaan air minum yang ada pada awalnya didirikan oleh Direktorat Jendral Cipta Karya di bawah Departemen Pekerjaan Umum. Bangunan yang pertama dibangun adalah kantor-kantor PPSAB yang bertugas menciptakan perusahaan air minum di Kabupaten dengan nama Badan Pengelola Air Minum BPAM 13 12 Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor : 690- 15991985 tentang Pembinaan dan Monitoring Perusahaan Daerah Air Minum PDAM di Tingkat Propinsi, Jakarta : Depdagri, 1985, hal. 1-2. 13 Wawancara dengan Ali Sakti, tanggal 5 Juni 2009 di Kantor PDAM Tirta Bulian Tebing Tinggi. . Universitas Sumatera Utara BPAM merupakan badan yang dibangun sebelum PDAM yang mana dalam beberapa wilayah di Sumatera Utara dan Aceh fase BPAM ini dilewati dan PDAM diciptakan dengan banyak mengalami problema awal sebagai konsekwensinya. BPAM dan PDAM yang baru memasuki tahun-tahun pertama pembentukannya ini adalah perusahaan air minum yang melayani satu atau dua kota di Kabupaten. Instalasi produksi dan juga jaringan distribusi dibangun atas tanggung jawab kantor PPSAB Propinsi. Apabila Kabupaten mengambil alih tanggung jawab atas perusahaan air dan PDAM, maka perusahaan-perusahaan air ini pada umumnya mempunyai : 1. Pendapatan finansial yang sama dengan, atau sedikit lebih banyak dari pada biaya- biaya investasi tanpa memasukkan depresi investasi. 2. Jumlah sambungan ke rumah dan keran umum masih harus ditingkatkan ; kota baru sebagian dilayani ; daerah pedesaan sebagian besar tidak dilayani atau baru dilayani sebagian. 3. Staf senior perusahaan air minum sudah mendapat latihan permulaan para konsultan sudah meninggalkan perusahaan air minum setelah pekerjaan tekhnik diselesaikan. Jaringan distribusi tidak baik bentuknya dan kebocoran angka-angka air yang tinggi untuk air yang tidak dapat dipertanggung jawabkan seringkali terjadi. Fenomena seperti ini menciptakan problema serius bagi PDAM yang baru dan dapat diterima akal sehat. Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Tebing Tinggi dibangun pada tahun 1970 yang tertuang sesuai dengan Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi dengan Nomor : 8 Tahun 1970. Badan yang mengelola air minum ini pada masa itu berstatus “Dinas” yaitu Dinas Air Minum. Dana pembangunannya bersumber dari bantuan Pemerintah Daerah Universitas Sumatera Utara Tingkat I Sumatera Utara dan Pemerintah Daerah Tingkat II Kotamadya Tebing Tinggi. Kondisinya pada saat itu masih sangat memprihatinkan dimana keadaan sumber air minum tidak menguntungkan kesehatan warga masyarakat karena : - Air yang berasal dari instalasi pengolahan air minum ini ternyata tidak mengalami perbaikan kwalitas. Dari hasil analisa air ternyata kadar zat organik dari air yang sudah diolah ternyata lebih besar dari air bakunya. - Tidak adanya pengaturan dalam penggunaan mata air bagi penduduk yang tinggal di pedalaman, maka kebersihan mata air tidak dapat dijaga. Pembuangan kotoran dan sisa makanan di sekitar mata air mengakibatkan pencemaran terhadap air yang masih bersih. Pengelolaan air minum yang dilakukan oleh dinas air minum tersebut merupakan proyek statement susulan milik pemerintah daerah yang memiliki sistem pengolahan air lengkap yaitu Water Treatment Plant WTP yang sumber air bakunya berasal dari Sungai Padang dengan Kapasitas Produksi masih 10 Ldetik. Setelah setahun kemudian barulah ada penambahan kapasitas Produksi menjadi 20 Ldetik yang sumber dananya diperoleh dari Bantuan Pemerintah Pusat. Sebagai pelaksana teknis dari proyek statement usulan tersebut diserahi tugasnya kapada Dinas Perusahaan Umum Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sesuai dengan jiwa PP 4950 tahun 1952 dan PP 18 tahun 1953 pada dasarnya penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan adalah tugas pemerintah daerah. Namun mengingat besarnya masalah yang dihadapi dan investasi dana yang diperlukan masih jauh dari kemampuan Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat dianggap masih perlu untuk membantu Pemerintah Daerah dengan Universitas Sumatera Utara mengambil prakarsa dalam penyediaan air bersih. Atas dasar inilah Pemerintah Daerah mendapat bantuan dari Pemerintah Pusat dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Departemen Kesehatan untuk dapat menanggulangi permasalahan kebutuhan air masyarakat. Dengan program tersebut Pemerintah Pusat bersedia memberikan bantuan pipa dan peralatan tekhnis. Untuk selanjutnya mulailah dikutip jasa pemakai air. Tentu saja pendapatan ini diperuntukkan bagi pengembangan selanjutnya. Pada tahun 1970 ditetapkan salah satu seksi di Dinas Pekerjaan Umum Tingkat II Kotamadya Tebing Tinggi yaitu seksi air minum dan hygiene menjadi bagian dari seksi yang ada di Dinas Pekerjaan Umum yang mengurus masalah air minum. Setelah dapat melayani masyarakat sebanyak 10 atau sekitar 10.307 jiwa dari total masyarakat Tebing Tinggi keseluruhannya, yang dilayani melalui 2.639 unit Sambungan Rumah dan 66 unit Hidran Umum maka dirubahlah status pengelolaan air minum tersebut dari dinas Air Minum menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tebing Tinggi dengan peraturan daerah Nomor : 11 Tahun 1977 dengan pejabat sementara Kepala Dinas Pekerjaan Umum Tingkat II Tebing Tinggi dengan SK. 25 Nopember 1977. Sesuai dengan program nasional didalam pelayanan air bersih untuk daerah perkotaan dengan target 75 dari jumlah penduduk maka berdasarkan petunjuk Menteri Dalam Negri yang menyatakan perlu adanya kesamaan status pengelolahan air minum di daerah diseluruh Indonesia yang ditetapkan dengan keluarnya Instruksi Mentri Dalam Negri Nomor : 26 Tahun 1975 tentang penyesuaianmengalihkan bentuk Perusahaan Air Minum dari Dinas Daerah menjadi Perusahaan Daerah maka berdasarkan instruksi tersebut terbitlah Peraturan Daerah Kotamadya Tebing Tinggi Nomor 11 Tahun 1977 tentang pendirian Perusahaan Daerah Air Minum Kotamadya Tebing Tinggi Tingkat II. Dengan keluarnya Perda tersebut Universitas Sumatera Utara maka status pengelolahan air minum tidak lagi berbentuk Dinas Air Minum tetapi berubah menjadi Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Bulian. Dengan statusnya yang baru, nampaknya PDAM Tirta Bulian mulai memperlihatkan kemajuan yang berarti bagi masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kondisi air minum yang dikonsumsi oleh penduduk telah banyak mengalami perubahan baik dilihat dari segi persyaratan fisis, kimia, dan bakteriologis maupun dari segi kwantitasnya. Keadaan ini dimungkinkan karena mengingat pertumbuhan wilayah di kemudian hari yang semakin meningkat. Beberapa perubahan tersebut dapat diperjelas dengan rincian sebagai berikut : 1. Segi Kesehatan Air yang dipakai oleh penduduk adalah air yang memenuhi persyaratan fisis, kimia, dan bakteriologis, sehingga penularan penyakit yang disebarkan melalui air minum mengalami penurunan sehingga produktifitas, pendapatan penduduk mengalami peningkatan. 2. Segi Perekonomian Berdirinya PDAM Tirta Bulian ini menunjang berdirinya industri-industri terutama yang banyak menggunakan air sebagai bahan bakunya seperti pabrik limun, rumah makan, fasilitas-fasilitas sosial, dan lain-lain. Universitas Sumatera Utara

2.3 Status Hukum