BAHAN DAN ALAT RANCANGAN PERCOBAAN

10

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. BAHAN DAN ALAT

1. Bahan Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tahu yang didapatkan dari salah satu pabrik tahu Sumedang yang terletak di kawasan Cimanggu, Bogor. Selain itu digunakan pula tepung tapioka, laru tempe komersial, gula aren, gula kelapa, garam halus, tepung maizena dan bumbu-bumbu pekak dan adas yang didapatkan dari Pasar Anyar, Bogor. Bahan kimia yang digunakan adalah HCl, H 2 SO4, formaldehyde, pereaksi Anthrone, NaOH, AgNO 3 , K 2 SO 4 , CuSO 4 , H 3 BO 3 , asam sitrat, Na 2 CO 3 , KI, dan alkohol 90. 2. Alat Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah toples plastik, ember plastik, kain saring, panci pengukus, tampah, kompor, pengaduk kayu, plastik penutup, plastik sampel, pendingin tegak, hot plate, pH meter, magnet stirrer, penyaring vakum, unit analisis protein, oven, tanur, neraca analitik, wadah fermentasi, alat-alat gelas untuk analisis kimia.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dibagi menjadi empat tahap, yaitu : 1. Pembuatan kecap manis ampas tahu 2. Analisis sifat fisik, kimia dan uji organoleptik 3. Penentuan formula terpilih 4. Analisis mikrobiologi kecap manis ampas tahu formula terpilih.

1. Pembuatan Kecap Manis Ampas Tahu

Ampas tahu yang didapat dari pabrik tahu Sumedang di daerah Cimanggu, Bogor merupakan ampas tahu yang masih basah sehingga harus dicuci agar menghasilkan ampas tahu yang bersih. Ampas tahu diberi dua perlakuan yaitu a. dipress dan dikukus selama 15 menit dan b. dipress dan dikukus selama 30 menit. Pengepressan dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi kadar air ampas tahu yang masih tinggi dengan menggunakan kain saring. Selanjutnya, ampas tahu yang telah berkurang kadar airnya dicampurkan dengan tepung tapioka yang telah disangrai dengan jumlah penambahan tepung tapioka sebesar 5 dan 10 untuk masing-masing perlakuan pengukusan. Pemilihan rasio pencampuran tersebut diperkirakan mampu menghasilkan tekstur koji yang padat sehingga membantu proses pertumbuhan kapang. Campuran ampas tahu kukus dan tapioka kemudian ditaburi laru tempe sebanyak 5 gr untuk 1 kg campuran ampas dan tepung tapioka, lalu diaduk-aduk sampai rata. Setelah itu ampas yang telah ditaburi laru diletakkan di atas tampah setebal 2 cm yang telah dialasi daun pisang dan ditutup dengan daun pisang. Tampah diletakkan di tempat yang terhindar dari serangga dan sinar matahari langsung selama 3 hari pada suhu ruang sampai kapang cukup tebal menutupi koji. Koji yang telah jadi lalu dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan dengan oven selama 4 jam pada suhu sekitar 50 – 60 o C. Koji yang telah dikeringkan dapat disebut sebagai koji kering. Larutan garam untuk fermentasi moromi yang digunakan merupakan larutan garam dengan konsentrasi 23. Untuk mendapatkan 1 liter larutan garam 23, garam sebanyak 230 gram ditambahkan dengan sedikit air sedikit demi sedikit sambil diaduk hingga volumenya menjadi 1 liter. Potongan koji yang telah kering kemudian dimasukkan ke dalam larutan garam. Tiap 100 gram potongan koji kering membutuhkan sekitar 1 liter larutan garam. Proses perendaman 11 dilakukan dengan dua perlakuan, yaitu selama 1 bulan dan 2 bulan pada wadah toples plastik yang ditutupi dengan kain saring. Selama proses perendaman, apabila pada siang hari terdapat sinar matahari maka toples dijemur dalam keadaan terbuka tidak menggunakan penutup kain saring dan dilakukan pengadukan dua kali sehari yaitu sebelum dan sesudah penjemuran di bawah sinar matahari untuk meratakan sirkulasi udara pada toples agar tidak terjadi suasana anaerob pada moromi bagian dasar toples. Hasil fermentasi selama 1 dan 2 bulan moromi selanjutnya ditambahkan air dengan perbandingan 1,5 liter untuk setiap 1 liter moromi. Setelah itu dilakukan pasteurisasi pada suhu sekitar 60-70 o C di atas kompor selama kurang lebih 15-20 menit. Setelah proses pasteurisasi selesai, cairan tersebut disaring dengan kain saring. Cairan hasil penyaringan ini disebut dengan kecap mentah. Penyiapan bumbu dilakukan dengan menyiapkan rempah-rempah yang digunakan, yaitu pekak Illicium verum dan adas Foeniculum vulgare Miller. Pekak dan adas terlebih dahulu disangrai hingga berbau harum tajam lalu digiling. Sebanyak 25 g adas dan 6 g pekak yang telah halus dicampur secara merata. Sementara itu, persiapan gula dilakukan dengan menyayat gula merah kelapa dan gula aren dengan perbandingan 1 :1 lalu dicampur secara merata. Cairan kecap mentah dipindahkan ke dalam panci, kemudian ditambahkan campuran gula merah yang sebelumnya telah dipersiapkan lalu dimasak hingga mendidih. Setiap 1 liter kecap mentah membutuhkan 1,5 kg campuran gula aren dan gula kelapa. Selama proses pemasakan, ditambahkan bumbu yang telah disiapkan dengan perbandingan bumbu dan kecap mentah sebesar 5 g campuran bumbu untuk setiap 1 liter kecap mentah. Proses pemasakan dilakukan dengan mengaduk kecap mentah tersebut hingga mendidih, setelah kecap mendidih ditambahkan 6 sendok teh larutan maizena 8 gram tepung maizena yang dilarutkan dalam 50 ml air matang untuk setiap 1 liter kecap mentah. Proses pemasakan dilakukan sampai mengental dengan dilakukan proses pengadukan secara terus menerus untuk menghindari terjadinya kerak dan over karamelisasi pada kecap yang berada di dasar panci. Setelah proses pemasakan selama sekitar 40 menit, dilakukan penyaringan menggunakan kain saring dalam kondisi yang masih panas lalu didinginkan dan siap dibotolkan dan dianalisis lebih lanjut. Diagram alir pembuatan kecap ampas tahu dapat dilihat pada Gambar 1. 12 Gambar 1. Diagram alir tahapan penelitian Analisis fisik Analisis organoleptik Analisis mikrobiologi Analisis kimia - Uji total padatan terlarut - Uji viskositas - Uji kadar protein - Uji kadar NaCl - Uji total gula - Uji kadar air - Uji rating hedonik Kecap manis ampas tahu formula terpilih - Uji angka lempeng total - Uji MPN koliform - Uji E.coli - Uji kapang khamir Kecap mentah Pemasakan Kecap ampas tahu Ampas tahu setelah dipress Tepung tapioka setelah disangrai pencampuran Fermentasi koji Fermentasi moromi koji 13

2. Analisis Sifat Fisik, Kimia dan Uji Organoleptik.

a. Analisis Kadar Protein Metode Kjedahl AOAC 960.52, 1995

Sampel sebanyak 100 mg ditimbang dan dimasukkan ke dalam labu Kjedahl lalu ditambahkan dengan 1 gr K 2 SO 4 , 40 mg HgO, 2 mL H 2 SO 4 , dan 2 butir batu didih. Kemudian, dididihkan hingga cairan menjadi jernih lalu didinginkan. Cairan yang telah dingin ditambah sejumlah kecil air destilata dan dipindahkan ke alat destilasi serta dibilas dengan 1-2 ml air destilata sebanyak 5-6 kali. Air bilasan dipindahkan ke labu destilasi lalu ditambahkan 8-10 ml larutan 60 NaOH – 5 Na 2 SO 3 . Erlenmeyer 250 ml yang berisi larutan 5 ml H 3 BO 3 dan 2-4 tetes indikator metilen red- metilen blue di bawah kondensor. Ujung tabung kondensor harus terendam di dalam larutan H 3 BO 3 . Selanjutnya, dilakukan destilasi sampai tertampung kira-kira 15 ml destilat dalam erlenmeyer. Hasil destilasi diencerkan hingga kira-kira 50 ml lalu dititrasi dengan HCl 0.02 N hingga terjadi perubahan warna menjadi ungu. Catat volume HCl 0.02 N yang diperlukan untuk titrasi. Hal ini dilakukan pula pada blanko. N dan kadar protein dapat dihitung dengan menggunakan rumus : x 100 dimana : a = jumlah mL larutan HCl untuk mentitrasi larutan contoh b = jumlah mL larutan HCl untuk mentitrasi blanko N = normalitas larutan HCl Kadar protein g100g bahan basah = N x Faktor konversi Kadar protein g100g bahan kering = kadar protein bb x 100 100 – kadar air bb

b. Padatan Terlarut SNI 06-6989.3-2004

Pengukuran total padatan terlarut menggunakan alat refraktometer. Larutan yang akan diukur diteteskan pada prisma refraktometer. Nilai pada skala yang terbaca pada batas gelap dan terang menunjukkan besarnya total padatan terlarut dalam satuan derajat Brix.

c. Kadar Air dengan Metode Oven Vakum AOAC, 1999

Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan dalam oven selama 15 menit kemudian didinginkan dalam desikator. Cawan yang telah kering diambil dengan penjepit, kemudian ditimbang. Contoh ditimbang 1-2 gram pada cawan tersebut, kemudian dikeringkan pada oven vakum suhu 70°C, 25 mmHg selama 2 jam. Cawan yang telah dioven kemudian didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Penimbangan diulangi hin gga diperoleh bobot tetap ≤ 0,0005 gram. Kadar air dihitung menurut persamaan berikut: Kadar air g100 g bahan basah = x 100 Keterangan: W = bobot contoh sebelum dikeringkan gram W1 = bobot contoh + cawan sesudah dikeringkan gram W2 = bobot cawan kosong kering gram

d. Kadar NaCl AOAC 960.29, 2000

Abu hasil pengabuan kering sampel dicuci sebanyak 3 kali ulangan dengan menggunakan 1-2 ml air destilata. Total air destilata yang digunakan adalah 10-15 ml. Larutan 14 abu dipindahkan ke dalam labu Erlenmeyer 100 ml dan ditambahkan 1 ml larutan K 2 CrO 4 5, kemudian dititrasi dengan larutan AgNO 3 0,1 M. Titik akhir titrasi tercapai sampai terbentuk warna oranye yang pertama.

e. Total Gula Apriyantono et al., 1994

1. Pembuatan Kurva Standar

Ke dalam tabung reaksi bertutup, pipet larutan glukosa standar sebanyak 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ml, lalu encerkan sehingga total volume masing-masing tabung 1 ml. Buat larutan blanko yang berisi 1 ml air destilata. Ke dalam masing-masing larutan glukosa standar dan blanko tersebut, tambahkan dengan cepat 5 ml pereaksi anthrone dan ditutup. Vorteks dan kocok hingga merata. Panaskan tabung reaksi di atas penangas air 100˚C selama 12 menit. Setelah dingin pindahkan larutan ke dalam kuvet dan baca absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan panjang gelombang 630 nm. Buat plot kurva standar.

2. Analisis Contoh

Masukkan sebanyak 5 ml contoh dari persiapan contoh ke dalam labu takar 100 ml dan diencerkan sampai tanda tera dengan air destilata. Masukkan sebanyak 1 ml contoh tersebut ke dalam tabung reaksi bertutup dan lanjutkan dengan proses seperti pada pembuatan kurva standar.

f. Uji Viskositas menggunakan Viskometer Brookfield

1. Pengukuran sampel

Masukkan stop kontak. Tentukan nomor jenis spindle dan kecepatan putar. Bila pengukuran dilakukan pada fluida yang kekentalannya belum diketahui, dianjurkan untuk menggunakan spindle dari bernomor besar hingga kecil dan kecepatan putar dari kecepatan putar rendah ke kecepatan tinggi. Gunakan nomor spindle 4 dengan kecepatan putar 30 rpm untuk sampel kecap yang sangat kental, nomor spindle 3 dengan kecepatan putar 30 rpm untuk sampel kecap yang kental, dan nomor spindle 1 dengan kecepatan putar 60 rpm untuk sampel kecap yang cair. Atur ketinggian viskometer hingga tanda garis tercelup. Tekan ke bawah. Lakukan pengukuran dengan menekan tombol ON. Lepaskan „clamp lever‟. Biarkan spindle berputar selama 20-30 detik untuk menghasilkan viskositas yang tepat. Setelah jarum stabil, tekan tuas penjepit sehingga jarum penunjuk tidak berubah posisi. Matikan motor dengan memindah tombol ke posisi OFF. Baca angka yang terlihat dan catat. Kembalikan jarum menunjuk posisi 0.

2. Perhitungan

Hitung viskositas dengan rumus berikut: Viskositas centipoise = skala yang terbaca x faktor konversi Tabel 5 15 Tabel 5. Faktor konversi penetapan viskositas Spindle Rpm 60 30 12 6 No. 1 1 2 5 10 No. 2 5 10 25 50 No. 3 20 40 100 200 No. 4 100 200 500 1000

g. Uji Organoleptik Meilgaard et al., 1999

Uji organoleptik menggunakan metode rating hedonik yang dilakukan dengan mengurutkan tingkat penerimaan konsumen pada keseluruhan atribut flavor dengan kisaran nilai terendah hingga tertinggi yaitu 1tidak suka-5sangat suka. Tujuh puluh orang panelis tidak terlatih mengikuti uji Rating Hedonik. Panelis tidak terlatih menerima delapan sampel yang berbeda. Setiap sampel diberi kode yang terdiri dari tiga angka. Kode diberikan secara acak. Setiap panelis tidak terlatih akan menerima kode dan urutan penyajian yang sampel yang berbeda. Berdasarkan hasil penilaian panelis tidak terlatih yang dituliskan pada formulir isian, maka dibuat tabulasi data. Hasil penilaian ini kemudian dianalisis menggunakan ANOVA. Bila nilai F hitung nilai F tabel, maka hasil ini menunjukkan ada perbedaan signifikan di antara beberapa contoh yang diuji. Kemudian, dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan uji Duncan.

3. Uji Mikrobiologi Kecap Manis Ampas Tahu Formula Terpilih

a. Persiapan sampel Sebanyak 25 gram atau 25 ml sampel ditimbang atau dipipet ke dalam kantong stomacher steril. Setelah itu ditambahkan 225 ml pengencer buffer fosfat, dan dihomogenkan dengan stomacher selama 30 detik sehingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10 -1 . Disiapkan 5 tabung atau lebih yang masing-masing telah diisi dengan 9 ml pengencer. b. U ji Angka Lempeng Total Total Plate Count BPOM RI, 2006 Hasil dari homogenisasi pada penyiapan sampel yang merupakan pengenceran 10 -1 dipipet sebanyak 1 ml kedalam tabung pengencer pertama, dikocok homogen hingga diperoleh pengenceran 10 -2 . Dibuat pengenceran selanjutnya hingga 10 -4 atau sesuai dengan pengenceran yang diperlukan. Dari setiap pengenceran dipipet 1 ml kedalam cawan petri dan dibuat duplo ke dalam setiap cawan dituangkan 15-20 ml media PCA. Cawan petri segera digoyang dan diputar sedemikian rupa hingga suspense tersebar merata. Setelah media memadat, cawan diinkubasi suhu 35-37°C selama 24-46 jam dengan posisi dibalik. Setelah itu jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan berikut : 1. Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250. Jumlah koloni rata-rata dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. 2. Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni kurang dari 25 atau lebih dari 250, dihitung jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan faktor pengencerannya 16 3. Jika terdapat cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni antara 25-250, maka dihitung jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran, kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya. Apabila hasil perhitungan pada tingkat yang lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata lebih besar dari dua kali jumlah koloni rata- rata pengenceran dibawahnya, maka ALT dipilih dari tingkat pengenceran yang lebih rendah. Bila hasil perhitungan pada tingkat pengenceran lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata kurang dari dua kali jumlah rata-rata pada penenceran dibawahnya maka ALT dihitung dari rata-rata jumlah koloni kedua tingkat pengenceran tersebut. 4. Bila tidak ada satupun koloni dari cawan maka ALT dinyatakan sebagai dari 1 dikalikan faktor pengenceran terendah. Cara perhitungan : N = Jumlah koloni pada cawan n1+0,1 n2x d n1= jumlah cawan pada pengenceran pertama n2= jumlah cawan pada pengenceran kedua d= pengenceran pada cawan pertama c. Uji MPN Koliform BPOM RI, 2006 Prosedur pengujian MPN Coliform sesuai Metode Analisis Mikrobiologi MA PPOM 69MIK06 yaitu dengan cara menyiapkan dua tabung reaksi masing-masing berisi 9 ml buffer fosfat.. Dari hasil homogenisasi pada penyiapan sampel dipipet 1 ml pengenceran 10 -1 ke dalam tabung buffer fosfat pertama hingga diperoleh suspensi dengan pengenceran 10 -2 lalu dikocok sampai homogen. Selanjutnya dibuat pengenceran 10 -3 dan seterusnya. Ada dua tahap pengujian MPN Coliform yaitu : 1. Uji Praduga Presumtif Test Untuk mendapatkan pengenceran disiapkan 3 tabung reaksi berisi 9 ml BGLBB yang dilengkapi tabung durham untuk masing-masing tingkat pengenceran. Kedalam tiap tabung dari masing-masing seri dimasukkan 1 ml suspensi pengenceran. Diinkubasi pada suhu 37° C selama 24-48 jam. Setelah 24 jam dicatat dan diamati adanya gas yang terbentuk dalam tiap tabung, kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkan uji positif. 2. Uji Penegasan Biakan dari tabung yang menunjukkan uji praduga positif dipindahkan 1 sengkelit ke dalam tabung reaksi berisi 10 ml BGLBB yang telah dibungkus tabung durham. Seluruh tabung diiinkubasi pada suhu 37 °C selama 24-48jam. Dilakukan pengamatan adanya pembentukkan gas. Pernyataan hasil dari uji MPN koliform ini yaitu jumlah tabung yang positif gas dicatat dan dirujuk ke tabel MPN. Angka yang diperoleh pada tabel MPN menyatakan jumlah bakteri koliform dalam tiap gramtiap ml sampel yang diuji BPOM RI, 2006. d. Uji MPN Escherichia coli BPOM RI, 2006 Dari persiapan sampel selanjutnyadilakukan dua tahap pengujian MPN E.coli yaitu : 17 1. Uji Pendugaan Untuk setiap pengenceran disiapkan 3 tabung reaksi berisi 9 ml BGLBB yang dilengkapi tabung durham kedalam tiap tabung dari masing-masing seri dimasukkan 1 ml suspense pengenceran. Diinkubasi pada suhu 35-37° C selama 24-48 jam. Setelah 24 jam dicatat dan diamati perubahan warna biakan dan adanya gas yang terbentuk di dalam tiap tabung. Kemudian inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam dan dicatat tabung-tabung yang menunjukkan gas positif. 2. Uji Konfirmasi Biakan dari tabung yang merupakan uji presumptive positif dipindahkan 1 sengkelit ke dalam tabung reaksi berisi 10 ml EC Broth yang telah dilengkapi dengan tabung durham. Seluruh tabung diinkubasi pada suhu 44±0,5°C selama 24-48 jam. Dilakukan pengamatan terhadap pembentukkan gas. Dari biakan EC Broth yang positif, masing- masing diinokulasikan pada lempeng media EMB, diinkubasi pada suhu 35-37°C selama 24 jam diamati koloni spesifik yang tumbuh. Dipilih koloni spesifik yang tumbuh pada biakan EMB, diinokulasikan pada media NA miring, diinkubasikan pada suhu 35-37 °C selama 24 jam dilanjutkan uji IMViC. Reaksi-reaksi yang terjadi pada uji IMViC dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 6. Medium yang digunakan pada uji IMViC dan reaksi yang terjadi Uji Medium Produk akhir Reaksi positif Indol Tryptone Broth atau Indol-Nitrite Indol Warna merah pada penambahan pereaksi kovacs. Warna merah muda pada kertas asam oksalat Merah metil Protease Broth MR-Vp atau 1 Glocose Peptone Broth Asam Organik Warna merah pada penambahan indicator merah metil Voges- Proskauer Seperti uji merah metil Asam metil karbinol Warna merah tua pada penambahan 5 alfanaftol dan 40 KOH. Sitrat Koser Citrate Medium Pertumbuhan Timbulnya kekeruhan e. Uji KapangKhamir BPOM RI, 2006 Hasil dari persiapan sampel masing-masing pengenceran dipipet 0,5 ml, dituangkan pada permukaan PDA yang sudah ditambahkan asam tartarat segera digoyang sambil diputar hingga suspense tersebar merata dan dibuat duplo. Pada satu lempeng PDA yang sudah ditambahkan asam tartarat diteteskan 0,5 ml pengencer dan disebarratakan. Seluruh cawan petri diinkubasi pada suhu 20-25° C dan diamati pada hari ketiga sampai ke lima. Jumlah koloni yang tumbuh diamati dan dihitung. Hasil pengamatan dan perhitungan yang diperoleh dinyatakan sesuai persyaratan berikut, dipilih cawan petri dari salah satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 15-150. Jumlah koloni dari kedua cawan dihitung lalu dikalikan dengan faktor pengencerannya. Bila pada cawan petri dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah antara 15-150, maka dihitung jumlah koloni dan dikalikan faktor pengencerannya, kemudian diambil rata-rata. Hasil dinyatakan sebagai angka kapang.dalam tiap gram atau tiap ml sampel. 18

C. RANCANGAN PERCOBAAN

Faktor-faktor yang diamati adalah sebagai berikut: Faktor pertama A, merupakan lama pengukusan ampas tahu press : A 1 : kukus 15 menit A 2 : kukus 30 menit Faktor kedua B, merupakan jumlah penambahan tepung tapioka : B 1 : 5 B 2 : 10 Faktor ketiga C, merupakan lama fermentasi garam: C 1 : 1 bulan C 2 : 2 bulan Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan Acak Lengkap metode Faktorial dengan tiga kali ulangan Sudjana, 1991. Model eksperimen yang digunakan sebagai berikut : Y ijk = U + A i + B j + C k +AB ij + AC ik + BC jk +ABC ijk + E ijkl Keterangan : Y ijk = variabel respon percobaan ke-k yang terjadi karena pengaruh bersama taraf ke-i faktor kombinasi perbedaan lama pengukusan dan taraf ke-j faktor penambahan tepung tapioka serta lama fermentasi garam U = pengaruh rata-rata sebenarnya atau nilai tengah umum berharga konstan A i = pengaruh taraf ke-i faktor lama pengukusan ampas tahu i = 1, 2 B j = pengaruh taraf ke-j faktor jumlah penambahan tepung tapiokaj = 1, 2 C k = pengaruh taraf ke-k faktor lama fermentasi garam k = 1, 2 AB ij = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor lama pengukusan ampas tahu i = 1, 2 dan taraf ke-j faktor penambahan tepung tapioka j = 1, 2 AC ik = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor lama pengukusan ampas tahu i = 1, 2 dan taraf ke-k faktor lama fermentasi garam j = 1, 2 BC jk = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor penambahan tepung tapioka i = 1, 2 dan taraf ke-k faktor lama fermentasi garam j = 1, 2 ABC ijk = pengaruh interaksi taraf ke-i faktor lama pengukusan ampas tahu i = 1, 2, faktor penambahan tepung tapioka i = 1, 2 dan taraf ke-k faktor lama fermentasi garam j = 1, 2 E ijkl = pengaruh unit percobaan pada ulangan ke-l yang diakibatkan oleh kombinasi perlakuan l = ulangan l = 1, 2, 3 Analisis Data Hasil pengukuran dari kedelapan perlakuan dengan tiga kali ulangan percobaan tersebut kemudian diuji secara statistik menggunakan tabel ANOVA yang dibantu dengan media pengolahan SPSS yang kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan untuk hasil Uji Organoleptik. 19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. PROSES PEMBUATAN KECAP MANIS AMPAS TAHU

Proses pembuatan kecap manis ampas tahu terdiri dari 4 tahap, yaitu : 1. persiapan ampas tahu, 2. pembuatan dan fermentasi koji, 3. pembuatan dan fermentasi moromi, dan 4. pemasakan.

1. Persiapan Ampas Tahu

Limbah padat tahu atau biasa dikenal dengan ampas tahu merupakan hasil samping dari pabrik tahu. Ampas tahu yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ampas tahu segar yang mengandung kadar air yang tinggi yaitu sekitar 89,82 bb sehingga diperlukan tahapan pengepressan untuk mengurangi kadar air ampas tahu tersebut agar sesuai dengan kadar air untuk pembuatan koji yang berkisar antara 75-80 Snyder 1987. Pada kisaran kadar air tersebut kerja dari kapang akan optimum karena sesuai dengan kondisi pertumbuhannya. Proses pengepressan dilakukan dengan cara tradisional yaitu menggunakan kain saring. Ampas tahu ini memiliki kandungan protein yang cukup tinggi yaitu 2,12 bb atau 20,82 bk sehingga berpotensi sebagai bahan baku pembuatan kecap. Hasil analisis proksimat ampas tahu segar dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Analisis Proksimat Ampas Tahu Komposisi Ampas Tahu Segar Air bb Protein bb Lemak Abu bb Karbohidrat by difference 89,82 ± 0,00 2,12 ± 0,05 2,20 ± 0,06 0,38 ± 0,01 5,48 ± 0,01 Setelah proses pengepressan, ampas tahu dikukus dengan dua perlakuan waktu pengukusan yaitu 15 dan 30 menit. Proses pengukusan ampas tahu ini bertujuan untuk mematikan mikroorganisme yang mungkin mengkontaminasi ampas tahu selama proses pembuatan tahu, proses pengepressan dan lain-lain yang dapat menghambat proses pertumbuhan kapang pada proses fermentasi koji. Waktu pengukusan selama 15 menit merupakan waktu minimal yang cukup untuk mematikan mikroba yang tahan panas, karena sebelumnya ampas tahu telah mengalami proses pengukusan dan penggilingan dengan panas yang bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi yang dapat menghambat penyerapan gizi yang terkandung dalam kedelai dan enzim lipoksigenase yang dapat menyebabkan bau langu, sehingga proses pengukusan ampas tahu tidak bertujuan untuk menginaktivasi enzim anti-nutrisi maupun enzim lipoksigenase melainkan untuk membunuh mikroorganisme yang dapat menghambat pertumbuhan kapang.

2. Pembuatan dan Fermentasi Koji

Ampas tahu yang telah mengalami proses pengukusan akan mengalami peningkatan kadar air. Data kadar air ampas tahu yang telah mengalami pengepressan dan pengukusan dapat dilihat pada Gambar 2. Berdasarkan grafik, kadar air ampas tahu