materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menjawab “ya” pada angket tanggapan guru.
B. Pembahasan
Penelitian berkaitan dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria untuk pencapaian ketrampilan proses
sains siswa telah dilakukan di SMA Negeri 2 Rembang kelas X A dan X B. Data yang diperoleh pada pelaksanaan proses pembelajaran meliputi data utama yang
terdiri dari: 1. Hasil observasi ketrampilan proses sains; 2. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi aktivitas siswa dalam diskusi, dan aktivitas
siswa dalam praktikum; dan 3. Hasil belajar; sedangkan data pendukung meliputi: 1. Hasil angket siswa; dan 2. Hasil angket guru.
1. Ketrampilan Proses Sains
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan aspek yang diamati meliputi ketrampilan siswa mengamati observasi, merumuskan hipotesis,
menggunakan ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Penerapan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria
menunjukkan ketrampilan proses sains siswa tercapai. a.
Ketrampilan siswa mengamati observasi Ketrampilan mengamati observasi menurut Rustaman 2003
melakukan observasi menggunakan indra penglihat, pembau, pendengar, pengecap, dan peraba. Ketrampilan siswa mengamati observasi meliputi
1. Ketrampilan mengukur pH; 2. Mengamati hasil praktikum pembuatan tekult; dan 3. Membedakan susu tempe sebelum dan sesudah fermentasi.
Ketrampilan proses sains siswa mengukur pH menggunakan pH indikator dengan melihat perubahan pH sebelum dan sesudah terjadi
fermentasi. Siswa dapat menyebutkan pH 1-6 mempunyai sifat asam, pH 7 bersifat netral, sedangkan pH 8-14 mempunyai sifat basa. Menurut Nur
2000 langkah pertama dalam suatu metode ilmiah adalah observasi atau pengamatan menggunakan alat indera. Siswa menggunakan indera
penglihatan untuk melakukan pengamatan secara cermat dan tepat. Pengamatan hasil praktikum pembuatan tekult dilakukan pada
saat praktikum pembuatan tekult sampai setelah proses fermentasi. Proses pengamatan yang dilakukan siswa meliputi perubahan warna, rasa,
kekentalan, tekstur, dan aroma. Siswa mengamati secara langsung hasil praktikum dari masing-masing kelompok dengan menggunakan indera
penglihat, perasa, dan pembau. Menurut Ibrahim 2002 pengecapan dan pembauan merupakan penginderaan yang bersifat kimia, terbatas dalam
kisaran tertentu, dan tidak tergantung pada bantuan yang bersifat mekanis. Indera-indera tersebut dikatakan bersifat kimia karena dapat mendeteksi
molekul-molekul zat dari berbagai jenis yang berbeda, manusia dapat membedakan antara rasa manis, asam, asin, dan pahit saja.
Ketrampilan proses sains siswa mengamati observasi diamati menggunakan lembar observasi ketrampilan proses sains siswa yang
didukung dengan LKS Lembar Kerja Siswa pada pertemuan kedua. Berdasarkan hasil observasi ketrampilan proses sains siswa mengamati
observasi secara keseluruhan kelas X A dan X B mencapai ketuntasan
klasikal sebesar ≥70 , lihat Tabel 6, hal 24. Dengan demikian,
menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains dalam hal mengamati observasi
tercapai.
Berdasarkan hasil pengamatan ketrampilan proses sains siswa mengamati observasi diperoleh data kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantatif yaitu mengukur pH, sedangkan data kualitatif meliputi mengamati warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma. Data kualitatif hasil
pengamatan observasi dari setiap individu atau siswa berbeda-beda karena manusia mempunyai sifat subyektif, dan hal ini dikarenakan tidak adanya
rubrik pengamatan dari hasil praktikum. b.
Ketrampilan merumuskan hipotesis Merumuskan hipotesis pada penerapan praktikum pembuatan tekult
meliputi kemampuan siswa menyebutkan kemungkinan atau perkiraan yang akan terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult, dan menyatakan
hubungan antara 2 variabel penambahan atau tanpa starter Lactobacillus casei
strain Shirota. Melakukan hipotesis menurut Ibrahim 2002 merupakan pertanyaan
yang tepat akan melahirkan suatu jawaban dan jawaban tersebut bersifat sementara yang merupakan suatu dugaan. Menurut Nur 2000 suatu
hipotesis adalah suatu prediksi, berdasarkan pengamatan yang telah diuji. Hal itu dilakukan siswa dengan melakukan dugaan kemungkinan yang akan
terjadi dari hasil kegiatan praktikum pembuatan tekult. Menurut Hartinawati 2009 ketrampilan untuk membuat hipotesis melibatkan
ketrampilan untuk menduga sesuatu yang menunjukkan hubungan sebab akibat antara dua variabel atau lebih dengan menggunakan latar belakang
pengetahuan yang telah dimilikinya. Berdasarkan hasil pengamatan kemampuan siswa dalam
merumuskan hipotesis secara keseluruhan kelas X A secara klasikal
mencapai ketuntasan klasikal 100 dengan rincian 57 dengan kriteria sangat baik, 53 dengan kriteria baik
. Kelas X B secara klasikal mencapai
ketuntasan klasikal 100 dengan rincian 50 dengan kriteria sangat baik, 50 dengan kriteria baik lihat Tabel 7 halaman 25. Berdasarkan hasil
observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu ketuntasan klasikal sebesar
≥ 70 siswa mencapai ketrampilan proses sains merumuskan hipotesis.
Ketrampilan proses sains siswa merumuskan hipotesis tercapai karena siswa mampu memprediksi atau memperkirakan hasil yang akan
terjadi dari kegiatan praktikum pembuatan tekult dengan kemampuan dasar yang mereka miliki. Siswa mampu menduga pengaruh variabel suhu, waktu,
dan konsentrasi stater terhadap hasil praktikum. Dengan penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria
kemampuan ketrampilan proses sains siswa dalam merumuskan hipotesis dapat tergali.
Setelah merumuskan hipotesis seharusnya dilakukan juga menguji hipotesis. Dalam penelitian ini ketrampilan siswa menguji hipotesis tidak
diamati karena terdapat keterbatasan pada rancangan variasi perlakuan di LKS, sehingga data yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menggali
ketrampilan siswa dalam menguji hipotesis faktor-faktor pertumbuhan bakteri.
c. Ketrampilan menggunakan ruang dan waktu
Ketrampilan siswa menggunakan ruang dan waktu meliputi 1. Ketrampilan siswa menempatkan tekult sesuai dengan suhu; dan 2.
Menggunakan waktu fermentasi yang sudah ditentukan. Berdasarkan hasil
penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan yakult secara keseluruhan menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa menggunakan
ruang dan waktu pada kelas X A mencapai 100, sedangkan kelas XB mencapai 100 lihat Tabel 8 halaman 25.
Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar
≥ 70 mencapai ketrampilan proses sains yaitu ketrampilan menggunakan ruang dan waktu.
Ketrampilan proses sains siswa dalam menggunakan ruang dan waktu tercapai karena siswa mampu menempatkan susu tempe pada tempat dan
suhu yang sudah ditentukan dalam LKS. Siswa juga mampu mengunakan variabel waktu yang sudah ditentukan.
Pada praktikum pembuatan tekult terdapat keterbatasan pada variabel perlakuan tempat dan waktu yang kurang sesuai pada LKS,
sehingga hasil praktikum dari variabel yang disajikan kurang spesifik. d.
Ketrampilan mengkomunikasikan hasil Ketrampilan mengkomunikasikan menurut Abruscato 1988 dalam
Hartinawati 2009, adalah ketrampilan untuk menyampaikan hasil pengamatan atau menyampaikan hasil penyelidikan. Sedangkan menurut
Esler 1984 dalam Hartinawati 2009, menyatakan bahwa ketrampilan mengkomunikasikan dapat dikembangkan dengan menghimpun informasi
dan grafik atau gambar yang menjelaskan benda-benda dan kejadian- kejadian secara rinci.
Ketrampilan siswa berkomunikasi dilakukan pada kegiatan diskusi dengan LDS 1, LDS 2, dan kegiatan praktikum. Ketrampilan berkomunikasi
yang diamati meliputi 1. Menunjukkan hasil praktikum dengan tabel; 2.
Membuat dan menyusun laporan secara sistematis meliputi: judul praktikum, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan, penjelasan,
dan kesimpulan; 3. Menjelaskan hasil praktikum; 4. Membaca tabel dari hasil praktikum; 5. Mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau
peristiwa. Hasil penelitian dengan penerapan praktikum pembuatan tekult
menunjukkan pencapaian ketrampilan siswa mengkomunikasikan hasil pada kelas X A dan kelas XB mencapai ketuntasan klasikal sebesar 100 lihat
Tabel 9 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar
≥ 70. Dengan demikian, menunjukkan bahwa ketrampilan proses sains dalam hal mengkomunikasikan hasil tercapai.
Ketrampilan proses sains siswa mengkomunikasikan hasil dapat tercapai karena siswa mampu menunjukkan hasil praktikum dengan tabel
pengamatan, siswa mampu menyajikan hasil praktikum yang meliputi pH, warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma dalam bentuk tabel. Siswa juga
mampu membuat dan menyusun laporan dengan sistematis yang meliputi judul praktikum, tujuan, alat dan bahan, cara kerja, hasil pengamatan,
penjelasan, dan kesimpulan. Siswa juga mampu menjelaskan hasil praktikum pada kegiatan diskusi dan dalam laporan praktikum. Siswa juga
mempunyai ketrampilan membaca tabel dengan variabel pH, warna, rasa, kekentalan, tekstur, dan aroma yang terjadi pada praktikum pembuatan
tekult . Ketrampilan proses siswa dalam mendiskusikan hasil kegiatan suatu
masalah atau peristiwa dapat tercapai dengan kegiatan diskusi kelompok.
Ketrampilan proses sains yang diterapkan pada materi Archaebacteria
dan Eubacteria diharapkan menjadi dasar untuk melatih ketrampilan proses sains siswa pada materi berikutnya. Siswa diharapkan
mempunyai ketrampilan proses sains, sehingga melatih siswa berfikir secara ilmiah dalam pembelajaran sains khususnya biologi.
2. Aktivitas siswa dalam pembelajaran
Aktivitas siswa dalam pembelajaran meliputi: a. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi; dan b. Aktivitas siswa dalam kegiatan praktikum.
a. Aktivitas siswa dalam kegiatan diskusi Diskusi merupakan salah satu ketrampilan yang diterapkan untuk
pencapaian ketrampilan proses sains. Menurut Zaini 2002 1. Diskusi membantu siswa belajar berfikir dari sudut pandang suatu subjek bahasan
dengan memberi mereka praktek berfikir; 2. Membantu siswa mengevaluasi logika serta bukti-bukti bagi posisi dirinya atau posisi orang
lain; 3. Memberi kesempatan pada siswa untuk memformulasikan penerapan suatu prinsip; 4. Membantu siswa menyadari akan suatu
problem dan memformulasikannya dengan menggunakan informasi yang diperoleh dari bacaan atau ceramah; 5. Menggunakan bahan-bahan dari
anggota lain ke dalam kelompoknya; 6. Memperoleh penerimaan bagi informasi; 7. Mengembangkan motivasi untuk belajar lebih jauh; 8.
Memperoleh feedback yang cepat tentang seberapa jauh suatu tujuan tercapai.
Menurut Ratnasari 2004 menyatakan bahwa kegiatan diskusi dapat meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan menyatukan persepsi tentang
materi yang sedang dipelajari. Ketrampilan dalam diskusi kelompok
terdapat aspek yang diamati meliputi, memperhatikan jalannya diskusi, menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mengemukakan pendapat dengan
baik dan lancar, menghargai pendapat teman, mengajukan pertanyaan. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas diskusi di kelas X A
menunjukkan 23 siswa sangat aktif, dan 76 siswa aktif, dengan persentase ketuntasan klasikal sebesar
≥ 70. Sedangkan kelas X B aktivitas siswa dalam diskusi menunjukkan 27 siswa sangat aktif dan
73 siswa aktif, dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar ≥ 70 lihat
Tabel 10 halaman 26. Berdasarkan hasil observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan klasikal sebesar
≥ 70 siswa mencapai aktivitas aktif dalam diskusi. Aktivitas siswa dalam diskusi dilakukan siswa pada kegiatan diskusi
kelompok pada pertemuan pertama dan ketiga dengan menggunakan LDS Lembar Diskusi Siswa. Ketrampilan proses sains siswa berdiskusi dapat
tercapai karena siswa mamperhatikan jalannya diskusi dengan baik, aktif menjawab pertanyaan dari kelompok lain, mampu mengemukakan
pendapat, mengajukan pertanyaan, dan menghargai pendapat orang lain. Diskusi yang dilakukan membahas materi Arcahaebacteria dan Eubacteria,
dan hasil praktikum pembuatan tekult, sehingga ketrampilan siswa berdiskusi dapat tercapai dan tergali.
b. Aktivitas siswa dalam praktikum
Aktivitas siswa dalam praktikum ini meliputi persiapan alat dan bahan, ketrampilan menggunakan alat dan bahan, ketepatan atau
penguasaan prosedur, kerjasama kelompok, efektifitas dalam bekerja,
efisiensi dalam bekerja, kebersihan alat dan ruang, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan dalam percobaan, laporan.
Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa dalam praktikum di kelas X A menunjukkan 80 siswa sangat aktif, dan 20 siswa aktif. Kelas
XB aktivitas siswa dalam praktikum menunjukkan 86,67 siswa sangat aktif dan 13,33 siswa aktif. Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas siswa
dalam diskusi pada kelas X A dan X B mencapai persentase ketuntasan klasikal sebesar 100 lihat Tabel 11 halaman 27. Berdasarkan hasil
observasi tersebut sudah sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian ini yaitu
≥ 70 siswa mencapai aktivitas aktif dalam kegiatan praktikum. Aktivitas siswa dalam praktikum teramati pada kegiatan praktikum
pembuatan tekult. Aktivitas siswa dalam praktikum ketrampilan proses siswa tercapai karena siswa mampu menyiapkan alat dan bahan dengan
baik; siswa mampu menggunakan alat dan bahan dengan baik; siswa mampu melakukan prosedur penelitian dengan baik; siswa mampu bekerja
dengan efektif dan efisien; menjaga kebersihan alat dan ruang; mampu menarik kesimpulan, dan mengkomunikasikan hasil percobaan dalam
laporan dengan baik. 4.
Hasil belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar Anni 2004. Penilaian yang dilakukan pada pembelajaran materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan menerapkan
praktikum pembuatan tekult bukan hanya bertumpu pada penilaian paper dan pen test
di evaluasi akhir, akan tetapi juga penilaian yang dilakukan melalui mengerjakan lembar diskusi siswa LDS, dan lembar kerja siswa LKS. Hasil
belajar diperoleh dengan penghitungan 1 kali nilai LDS ditambah 2 kali nilai LKS ditambah 2 kali nilai post tes dibagi 5.
Pencapaian ketrampilan proses sains siswa ternyata berpengaruh pula pada hasil belajar siswa didukung dengan peranan LDS 1, LKS, dan LDS 2.
Pencapaian kompetensi siswa memberikan indikator dengan tercapainya ketuntasan belajar siswa secara individual, yakni ketuntasan belajar yang
diperoleh ≥ 70 sesuai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yang telah
ditentukan oleh SMA Negeri 2 Rembang. Berdasarkan data pada tabel. 14 kelas X A rata-rata hasil belajar mencapai nilai 79,32 dengan nilai tertinggi
86,2 dan nilai terendah 73,8 sedangkan kelas X B rata-rata hasil belajar mencapai nilai 79,94 dengan nilai tertinggi 85,3 dan nilai terendah 73,6. Hal ini
berarti secara klasikal 100 siswa dari kedua kelas telah mencapai KKM yang telah ditentukan yaitu
≥ 70 lihat Tabel 12 halaman 29. Data selengkapnya mengenai hasil pencapaian kompetensi siswa dapat dilihat pada Lampiran 29.
Hasil belajar siswa mencapai KKM Kriteria Ketuntasan Minimal yaitu ≥ 70 karena didukung dengan LDS Lembar Diskusi Siswa, dan praktikum
menggunakan LKS Lembar Kerja Siswa. Pada LDS Lembar Diskusi Siswa 1 mendiskusikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, membedakan ciri-
ciri Archaebacteria dan Eubacteria, mendiskusikan bentuk-bentuk bakteri, dan menjelaskan cara reproduksi bakteri secara biner, serta tahapan-tahapan proses
transfer materi genetik pada bakteri. Pada LKS Lembar Kerja Siswa mencakup indikator menjelaskan
peranan bakteri yang menguntungkan, dan membuat produk fermentasi, selain itu juga melatih ketrampilan proses sains siswa dalam praktikum pembuatan
tekult . Lembar Kerja Siswa pembuatan tekult mencakup proses pembuatan
tekult yang terdiri dari alat dan bahan, serta cara kerja. Pada proses praktikum
pembutan tekult siswa juga melakukan pengukuran pH, mengamati hasil praktikum, dan memahami peranan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota
dalam proses pembuatan tekult. LDS Lembar Diskusi Siswa 2 mendiskusikan hasil praktikum sebagai
produk dari peranan bakteri Lactobacillus casei strain Shirota, mengkomunikasikan hasil praktikum pembuatan tekult, serta menjelaskan
pengaruh ruang suhu terhadap proses pembutan tekult. Siswa juga menjelaskan pengaruh waktu terhadap proses pembutan tekult, dan membuat
kesimpulan. Soal post test secara keseluruhan mengevaluasi seluruh kegiatan
pembelajaran yang dilakukan untuk mencapai indikator yang sudah ditentukan. Soal post test terdiri dari 27,5 mencakup indikator menyebutkan dan
membedakan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria, 45 mencakup indikator menjelaskan cara perkembangbiakan bakteri, dan menjelaskan
berbagai peranan bakteri yang menguntungkan dan merugikan dalam kehidupan, dan 27,5 mencakup indikator membuat produk dari peranan
bakteri melalui kegiatan praktikum tekult, dan siswa mempunyai ketrampilan proses sains. Sehingga antara LDS, LKS, dan Post test mempunyai pengaruh
besar terhadap hasil belajar siswa. 5.
Tanggapan siswa terhadap pembelajaran praktikum pembuatan nata. Angket tanggapan siswa berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus
dijawab siswa dengan memberikan jawaban “ya” atau “tidak” disertai dengan alasan. Berdasarkan hasil tanggapan siswa menunjukkan bahwa siswa
memberikan respon positif terhadap pembelajaran dengan penerapan metode
praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria. Berdasarkan analisis data pada Tabel. 15, 81 kelas X A dan 96 kelas X B
memberikan tanggapan positif dengan menjawab “ya” pada angket tanggapan siswa lihat Tabel 13 halaman 30.
Berdasarkan angket tanggapan siswa, siswa memberikan respon positif terhadap penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi
Archaebacteria dan Eubacteria. Siswa tertarik mengikuti proses pembelajaran
dan lebih memahami materi Archaebacteria dan Eubacteria dengan kegiatan praktikum pembuatan tekult karena siswa baru pertama kali mengikuti
praktikum tersebut, sehingga merupakan pengalaman baru dan siswa mengalami secara langsung proses fermentasi yang terjadi pada tekult.
Ketrampilan proses sains dapat tercapai kerena siswa dibekali dan diajarkan untuk mengamati observasi, merumuskan hipotesis, menggunakan
ruang dan waktu, dan mengkomunikasikan hasil. Jadi, tidak hanya penguasaan materi saja yang diterima oleh siswa tetapi siswa juga mempunyai potensi
melalui kerja ilmiah, pada proses praktikum pembuatan tekult dan kegiatan diskusi sehingga ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai.
6. Tanggapan guru terhadap pembelajaran praktikum pembuatan tekult pada
materi Archaebacteria dan Eubacteria. Untuk mengetahui tanggapan guru terhadap penerapan pembelajaran
dengan praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria
diperoleh melalui angket terbuka yang diisi oleh guru. Dari hasil analisis Tabel 14 halaman 31 diketahui bahwa guru memberikan tanggapan
positif terhadap pembelajaran penerapan metode praktikum pembuatan tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria.
Guru menyatakan bahwa pembelajaran dengan praktikum pembuatan tekult
tepat untuk diterapkan pada materi Archaebacteria dan Eubacteria karena pembuatan tekult memanfaatkan peranan kelompok Eubacteria, yaitu
Lactobacillus casei Shirota strain. Praktikum pembuatan tekult dapat menarik
minat belajar siswa karena pada umumnya siswa belum pernah melakukan praktikum tersebut, sehingga sangat menarik minat siswa. Praktikum
pembuatan tekult dapat membantu siswa memahami manfaat bakteri khususnya Lactobacillus casei
strain Shirota dalam kehidupan sehari-hari, karena dengan melakukan praktikum tersebut dan mengamati secara langsung akan tertanam
dalam benak siswa, ternyata susu bisa mengalami fermentasi dan berubah menjadi asam.
Praktikum pembuatan tekult dapat mengoptimalkan kinerja dan sikap siswa dalam proses pembelajaran karena siswa dengan adanya penilaian
kinerja akan lebih termotivasi. Siswa dapat berperan aktif dalam pembelajaran dengan penerapan praktikum pembuatan tekult karena siswa mempunyai rasa
ingin tahu sehingga siswa menjadi aktif dalam berpikir dan bekerja. Penerapan praktikum pembuatan tekult ketrampilan proses sains siswa dapat tercapai
karena siswa sudah mengalami peningkatan ketrampilan proses sains, misalnya mengukur pH, mengamati, menganalisa data, dan menarik kesimpulan.
Praktikum pembuatan tekult sesuai jika diterapkan di SMA Negeri 2 Rembang karena alat yang cukup sederhana, tetapi susu skim di Rembang sulit diperoleh.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dan tanggapan siswa maupun tanggapan guru terhadap pelaksanaan pembelajaran
dapat diketahui bahwa penerapan pembelajaran dengan praktikum pembuatan tekult
pada materi Archaebacteria dan Eubacteria di SMA Negeri 2 Rembang
menunjukkan pencapaian ketrampilan proses sains siswa. Ketrampilan proses sains siswa setelah diberikan pembelajaran dengan praktikum pembuatan
tekult pada materi Archaebacteria dan Eubacteria telah tercapai dibandingkan
dengan sebelumnya tanpa penerapan praktikum pembuatan tekult. Hasil pengamatan mengarah pada ketercapaian indikator yang ditetapkan yaitu
ketrampilan proses sains siswa, aktivitas siswa dalam pembelajaran dan hasil belajar siswa secara klasikal mencapai
≥ 70.
46
BAB V SIMPULAN DAN SARAN