Profil Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran Konsep Archaebacteria dan Eubacteria Menggunakan Metode Penugasan Melalui Weblog

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Nurul Suwarni NIM. 1111016100002

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

i

Pembelajaran Konsep Archaebacteria dan Eubacteria Menggunakan Metode Penugasan Melalui Weblog (Penelitian dilakukan di kelas X MIA Cibinong)” Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil keterampilan berpikir kritis siswa dengan metode penugasan melalui weblog pada konsep archaebacteria dan

eubacteria. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X-MIA-2 di MAN Cibinong pada tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 30 orang siswa. Data profil keterampilan berpikir kritis dengan pemanfaatan weblog melalui tiga metode pembelajaran. Profil keterampilan berpikir kritis tertinggi adalah aspek memberikan penjelasan sederhana dengan metode diskusi (47,4%), metode menjawab soal (46,8%), dan metode pembuatan artikel (42,7%). Uji korelasi antara variasi metode terhadap keterampilan berpikir kritis diperoleh bahwa aspek memberikan penjelasan sederhana berkorelasi dengan metode diskusi dan metode menjawab soal. Pada pembuatan artikel berkorelasi dengan membangun keterampilan dasar, menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, dan mengatur strategi taktik.


(6)

ii

Weblog (The study was conducted in classes X MAN Cibinong MIA).” S-1 Thesis. Biology Education Program, Department of Science Education, the Faculty of Tarbiyah and Teachers Training, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

This research aimed to describe the profile of students with the critical thinking skills through the assignment method weblog on the concept of archaebacteria and eubacteria. The research methodology in this research is descriptive method. The research subject are 30 students of X-MIA 2 at MAN 2 Cibinong in 2015/2016 academic year. The Profile of critical thinking skills is the highest aspect of elementary clarification with discussion methods (47.4%), the assignment method (46.8%), and the assignment method articles (42.7%).

Correlation test between method variation towards student’s critical thingking skills

show that the aspect of elementary clarification correlated with discussion method and assigning answer the question method. On a article manufacturing, it is correlated with basic support, inference, advance clarification, and strategy and tactics.


(7)

iii

Segala puji dan syukur hamba panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga dan para sahabatnya serta seluruh muslimin dan muslimah.

Atas ridho-Nyalah pula penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Profil Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran Konsep Archaebacteria dan Eubacteria Menggunakan Metode Penugasan Melalui Weblog (Penelitian dilakukan di kelas X MIA Cibinong).

Penulis menyadari dalam proses pelaksanaan penelitian, penulis membutuhkan bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan baik. Untuk itu sebagai ungkapan rasa hormat yang teramat sangat, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M. Sc selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Ibu Dr. Yanti Herlanti, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi dan pembimbing akademik Pendidikan Biologi A angkatan 2011.

5. Ibu Meiry Fadilah Noor, M.Si selaku pembimbing II dalam penyusunan skripsi. 6. Bapak Alm. Drs. H. Kosasih Ismatullah, M.Pd selaku Kepala Sekolah MAN Cibinong yang telah memberikan izin untuk pelaksanaan penelitian skripsi.

7. Ibu Yani Maryani, S.Pd selaku guru mata pelajaran Biologi di MAN Cibinong yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama terlaksananya penelitian skripsi.


(8)

iv

inspirasi bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah senantiasa mencurahkan ridho dan rahmat-Nya kepada Ayah dan Ibu.

10. M. Faris Alfatih, S.T, yang telah menemani perjuangan ini.

11. Orang-orang yang sangat penulis sayangi, teman-teman “The Visioner” Arum Sundari, Hariyanto, S.Pd, Tiara Ayu Elpandari, S.Pd, Dwi Puji Astuti, S.Pd, Fitria Anggraeni, Henny Ernawati, dan Intan Cahyaning Aprilia yang senantiasa memberikan motivasi yang kuat bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

12. Sahabat perjuangan dari sekolah menengah sampai sekolah tertinggi Fany Septia, S.Tr dan Denisya Awaliyah, S.Pr yang memberikan dukungan motivasi dan do’a dalam penelitian ini.

13. Teman-teman Pendidikan Biologi angkatan 2011, terima kasih atas dukungan dan kerja samanya.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara langsung maupun tidak langsung yang turut memberikan dukungan dan do’a dalam penelitian ini.

15. Penulis panjatkan do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, semoga jasa yang telah mereka berikan menjadi amal sholeh dan mendapatkan balasan yang jauh lebih baik dari-Nya. Amiin.

Besar harapan penulis, semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, November 2016 Penulis Nurul Suwarni


(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teoritik ... 7

1. Media Pembelajaran ... 7

2. Pengertian Weblog ... 11

3. Hakikat Keterampilan Berpikir Kritis ... 12

a. Pengertian Keterampilan ... 12

b. Pengertian Berpikir ... 13

c. Pengertian Berpikir Kritis ... 14

d. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis ... 16

4. Asesmen Kinerja ... 22


(10)

vi

5. Pengertian Metode Penugasan ... 24

B. Tinjauan Konsep Materi Archaebacteria dan Eubacteria ... 26

C. Hasil Penelitian yang Relevan ... 30

D. Kerangka Berpikir ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

B. Metode dan Prosedur Penelitian ... 34

C. Populasi dan Sampel ... 37

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Instrumen Penelitian ... 38

F. Kalibrasi Instrumen ... 43

G. Teknik Analisis Data ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50

B. Pembahasan ... 56

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 63

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64


(11)

vii

Tabel 2.2 KI, KD, dan Indikator Pembelajaran ... 26

Tabel 3.1 Pembagian Kategori Kelompok Siswa ... 37

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian ... 38

Tabel 3.3 Aspek Keterampilan Berpikir Kritis yang akan di Analisis ... 39

Tabel 3.4 Kisi-kisi Penomoran Soal Tes Tertulis ... 40

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.6 Kriteria Validitas Butir Soal ... 44

Tabel 3.7 Klasifikasi Interpretasssi Realibilitas Tes ... 45

Tabel 3.8 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 46

Tabel 3.9 Kriteri Daya Beda... 47

Tabel 3.10 Distribusi Skor Rata-rata Keterampilan Berpikir Kritis Siswa ... 49

Tabel 4.1 Proses Pembelajaran Biologi dengan Pemanfaatan Weblog ... 50

Tabel 4.2 Persentase Performance dengan Metode Diskusi ... 51

Tabel 4.3 Persentase Performance dengan Metode Penugasan ... 52


(12)

(13)

ix

Lampiran 2. Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis ... 95

Lampiran 3. Hasil Validitas Instrumen ... 120

Lampiran 4. Lembar Penilaian ... 121

Lampiran 5. Rubrik Keterlaksanaan Keterampilan Berpikir Kritis ... 124

Lampiran 6. Kedudukan Siswa Dalam Kelas ... 128

Lampiran 7. Lembar Penilaian Diskusi ... 130

Lampiran 8. Lembar Penilaian Menjawab Soal ... 132

Lampiran 9. Lembar Membuat Artikel ... 134

Lampiran 10. Rubrik Penilaian Diskusi, Menjawab Soal, dan Membuat Artikel .... 136

Lampiran 11. Data Hasil Diskusi ... 138

Lampiran 12. Data Hasil Menjawab Soal ... 146

Lampiran 13. Data Hasil Membuat Artikel ... 154

Lampiran 14. Data Ketercapaian Keterampilan Berpikir Kritis... 158

Lampiran 15. Hasil Observasi dan Wawancara Guru Biologi ... 160

Lampiran 16. Hasil Wawancara ... 163

Lampiran 17. Penilaian Produk Keterampilan Berpikir Kritis Diskusi ... 169

Lampiran 18. Penilaian Produk Keterampilan Berpikir Kritis Membuat Artikel ... 176


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi dan informasi yang semakin pesat pada saat ini, masyarakat tidak dapat dipisahkan dari penggunaan

internet. Berdasarkan sebuah studi yang dilakukan oleh kelompok advokasi Common Sense Media Amerika terhadap lebih dari 1.000 remaja berusia antara 13 sampai 17 tahun. Dua-pertiga responden dari survei tersebut mengaku mereka berkirim pesan setiap hari dimana setengahnya mengatakan mengunjungi situs jejaring sosial setiap hari. Seperempat dari remaja menggunakan setidaknya dua jenis media sosial dalam sehari. Melalui survei tersebut Common Sense Media America juga menemukan bahwa responden remaja merasa media sosial sebagai fasilitas yang bermanfaat.1

Pengguna media digital di Indonesia telah diteliti oleh Kementrian Komunikasi dan Informatika yang bekerjasama dengan United Nations

International Children’s Emergency Foundation (UNICEF). Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 yang berjudul “Digital Citizenship Safety among Children and Adolescents in Indonesia” (Keamanan Penggunaan Media

Digital pada Anak dan Remaja di Indonesia). Hasil survei menemukan fakta, bahwa 98% dari remaja yang tahu tentang internet dan 79,5% diantaranya sebagai pengguna internet.2 Pencarian informasi oleh pengguna internet sering dilakukan atas dorongan tugas-tugas yang diberikan disekolah. Sedangkan pengguna media sosial dan konten hiburan dengan internet didorong atas kebutuhan pribadi. Dengan demikian penggunaan internet memegang peranan penting dalam kehidupan, tidak terkecuali dalam kehidupan remaja masa kini.

1Cecilia Kang, Many Teens Tell Survey ther’re addicted to social media, texting,

https://www.washingtonpost.com/blogs/post-tech/post/many-teens-tell-survey-theyre-addicted-to-social-media-texting/2012/06/25/gJQAvZc72V_blog.html, diakses 23 Agustus 2016, jam 11.30 WIB

2

Gatot S. Dewa Broto, “Riset Kominfo dan Unicef Mengenai Perilaku Anak dan Remaja dalam Menggunakan Internet”, No.17/PIH/KOMINFO,18 Februari 2014,


(15)

Beberapa insan pendidikan mulai mengembangkan teknologi internet

dalam pembelajaran, dengan dicetuskannya penggunaan internet dalam dunia pendidikan. Internet dengan jaringan kerjanya (network) merupakan sumber untuk mendapatkan segala macam bahan ajar.3 Internet dijadikan sebagai sumber dan sarana pendistribusian informasi yang disampaikan kepada siswa dalam proses pembelajaran.

Media internet diharapkan siswa mengalami proses belajar yang bermakna, bukan sekedar belajar menghafal. Pemanfaatan teknologi dalam bidang pendidikan selain dapat membantu proses pembelajaran juga dapat memberikan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam mengikuti pembelajaran. Meskipun begitu, guru harus dapat memperhatikan masalah dalam penggunaan media, yaitu mereka harus cermat dalam memilih media agar sesuai dengan materi yang akan disampaikan dengan situasi siswa. Sehingga, media dapat menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Salah satu media pembelajaran interaktif memanfaatkan internet

yang mampu meningkatkan daya kreativitas dan inovativitas dalam belajar khususnya dalam pembelajaran Biologi yaitu dengan menggunakan Weblog

atau blog.

Weblog merupakan media interaktif sebagai media pembelajaran dan sumber belajar, hal ini disebabkan para pengguna weblog (blogger) dapat memberikan ide, gagasan, opini, dan informasi-informasi aktual. Setiap pengunjung dapat melakukan diskusi interaktif dua arah, dan hal inilah yang membuat weblog lebih menarik dan disenangi. Penggunaan blog sebagai media pembelajaran sekaligus sebagai sumber belajar sedikitnya akan mengubah cara belajar dan teknik pembelajaran agar tidak monoton, sehingga dapat memotivasi peserta didik dalam mempelajari sesuatu.4

Penggunaan media weblog dalam proses belajar mengajar akan terasa lebih menarik di sekolah, karena siswa sudah terbiasa menulis sehingga perlu

3

Munir, Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: CV Alfabeta,2010), h.133

4

Mariana Kristiyanti, Blog Sebagai Alternatif Media Pembelajaran, (Semarang, Jurnal Fakultas Ilmu Komputer Universitas AKI, 2011), h.3


(16)

difasilitasi dalam proses belajar mengajarnya. Weblog sebagai media interaktif, karena memiliki fasilitas pengiriman tulisan dan komentar.5 Sehingga siswa yang jarang berbicara atau malu pada kegiatan diskusi bisa mengembangkan potensi dengan menuliskannya pada kolom komentar Menulis artikel dan berdiskusi merupakan salah satu kemampuan untuk mengasah keterampilan berpikir pada siswa yang belum tersalurkan ketika pembelajaran di sekolah.

Ciri-ciri yang terutama dari berpikir adalah adanya abstraksi.6 Keterampilan berpikir sangat penting dikembangkan, karena mengarahkan pada pola sikap siswa dalam bersosialisasi. Berpikir menjadi kebiasaan siswa, seperti yang diharapkan dalam undang-undang kurikulum 2013, mulai dari berpikir dasar hingga berpikir kompleks. Salah satu dari berpikir kompleks adalah berpikir kritis. Berpikir kritis menurut Ennis adalah “pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dicapai atau dilakukan.”7

Berpikir kritis dapat mengembangkan kemampuan berpikir terhadap isu-isu atau masalah dan membangun argument yang baik. Anna Poedjadi menjelaskan bahwa berpikir kritis dapat berkembang jika siswa dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang dirancang dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa.8 Permasalahan yang didiskusikan dalam blog menjadi wadah dalam proses belajar dan dapat mengungkap solusi melalui diskusi, penugasan sampai membuat artikel yang berdampak pada berpikir kritis. Pembelajaran biologi di sekolah yang dilakukan secara terencana, konsisten, dan ditunjang dengan media pembelajaran yang tepat. Penggunaan

internet melalui weblog diharapkan dapat memfasilitasi siswa untuk dapat meningkatkan berpikir kritis. Biologi merupakan salah satu mata pelajaran di

5Yanti Herlanti, “Kualitas Argumentasi pada Diskusi Isu Sosiosaintifik Mikrobiologi

Melalui Weblog”, Jurnal Pendidikan ipa Indonesia, Vo.1 No.2, 2012. h.168-177

6

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan , (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), h.43

7

Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Terj. Dari Critical Thinking: An Introduction Oleh Benyamin Hadinata, (Jakarta: Erlangga, 2009), h.4

8

Anna Poedjadi, Sains Teknologi Masyarakat, (Bandnung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), Cet.3, h.132


(17)

SMA/MA yang memiliki karakteristiks tersendiri dibandingkan dengan bidang IPA lainnya, ditinjau dari sifat objeknya dan persoalan yang melekat pada makhluk hidup di lingkungannya. Pada aspek biologi, mengkaji berbagai persoalan yang terkait dengan berbagai fenomena yang terjadi pada makhluk hidup dengan berbagai factor lingkungan.

Pembelajaran biologi diharapkan dapat menjadi wahana bagi diri sendiri dan alam sekitar serta merupakan sarana yang efektif untuk mengembangkan kecakapan hidup (life skill) siswa, termasuks keterampilan berpikir kritis. Dengan mengkaji biologi yang dikaitkan dengan persoalan dalam kehidupan siswa maupun lingkungan, diharapkan keterampilan berpikir kritis siswa dapat terlatih dan berkembang, sehingga siswa mampu mengatasi pemasalahan yang dihadapinya.

Kenyataannya, harapan tersebut belum dapat terwujud secara maksismal. Hasil pengamatan di salah satu sekolah wilayah Cibinong menunjukkan bahwa pembelajaran keterampilan berpikir kritis ini belum banyak dilakukan. Guru lebih banyak mengeksplorasi dengan menggunakan buku yang sudah disediakan sekolah sehingga keterampilan berpikir kritis siswa kurang tergali.9 Belum terbiasanya guru merancang dan melaksanakan pembelajaran keterampilan berpikir kritis diduga sebagai pangkal munculnya keterampilan berpikir kritis siswa rendah.10

Materi biologi yang ditayangkan dalam media pembelajaran dalam bentuk

weblog dikaitkan dengan isi indikator materi dan indikator keterampilan berpikir kritis. Dengan pembelajaran berbantu media weblog dapat merangsang siswa untuk berpikir secara kritis. Pembelajaran dengan weblog

dilakukan sebagai usaha mengembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa bukan berpusat sepenuhnya kepada guru.

Konsep Archaebacteria dan Eubacteria merupakan konsep yang berkaitan dengan permasalahannya di kehidupan siswa sehari-hari. Contoh pertama

9

Lampiran 12

10 Agung W. Subiantoro, “Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran


(18)

yakni untuk atasi alergi,11 pemanfaatan bakteri pereduksi sulfat untuk bioremediasi tanah bekas tambang batubara,12 dan pemanfaatan bakteri untuk membuat insulin dalam skala besar untuk penyakit diabetes milletus. Dengan mengetahui manfaat dan bahaya dari Archaebacteria dan Eubacteria bagi kehidupan, siswa dapat mengetahui pemanfaatannya dan penanggulangannya. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi, penugasan menjawab soal dan membuat artikel mulai dari merespon informasi, sampai menyampaikan informasi kepada orang lain di dalam kelas dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa dengan menggunakan weblog

sebagai media yang memfasilitasi siswa untuk berpikir kritis.

Oleh karena itu, untuk mengetahui efektifitas pemanfaatan weblog dalam memunculkan keterampilan berpikir kritis siswa, maka penulis tertarik untuk mengajukan judul “Profil Keterampilan Berpikir Kritis Pada Pembelajaran Konsep Archaebacteria dan Eubacteria Menggunakan Metode Penugasan Melalui Weblog.”

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini, antara lain:

1. Pemanfaatan media informasi yang telah disediakan oleh internet yakni weblog

masih kurang dimanfaatkan.

2. Weblog dapat digunakan untuk menggali keterampilan berpikir kritis.

3. Pembelajaran biologi dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis.

4. Materi pokok Archaebacteria dan Eubacteria merupakan konsep yang berkaitan dengan permasalahan di kehidupan siswa sehari-hari.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan saintifik yang diberikan langsung di kelas sebagai proses belajar dalam pemberian materi,

11Atika Walujani Moedijono, “ Bakteri untuk Atasi Alergi”,

Sains Kompas, Online

diakses pada tanggal 23 November 2015

12Enny Widyati, “Pemanfaatan Bakteri Pereduksi Sulfat untuk Bioremediasi Tanah Bekas


(19)

selanjutnya penguatan proses belajar dengan pemberian tugas rumah, dengan pemanfaatan weblog.

2. Weblog yang digunakan ada dua setting, yaitu online dan offline. Weblog secara

online digunakan pada pertemuan pertama yaitu diskusi, sedangkan offline

digunakan pada pertemuan kedua dan ketiga yakni penugasan menjawab soal dan membuat artikel.

3. Aspek berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1)memberikan penjelasan sederhana, 2) membangun keterampilan dasar, 3) kesimpulan, 4) membuat pernyataan lebih lanjut, dan 5) strategi taktik.

4. Konsep yang digunakan yaitu Archaebacteria dan Eubacteria.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah profil keterampilan berpikir kritis siswa dengan pemanfaatan weblog pada konsep

Archaebacteria dan Eubacteria?”

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil keterampilan berpikir kritis siswa dengan metode penugasan melalui weblog pada konsep

Archaebacteria dan Eubacteria.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Memberikan alternatif pengajaran dengan menggunakan media pembelajaran, sehingga siswa mendapatkan pengalaman belajar biologi dengan menggunakan

internet.

2. Pembelajaran ini diharapkan juga dapat memotivasi guru untuk lebih menguasai fasilitas teknologi dan menerapkannya dalam pembelajaran di kelas. Agar lebih bisa memanfaatkan lagi fasilitas di sekolah yang sudah tersedia.


(20)

7 A. Deskripsi Teoritis

Subbab ini akan dijelaskan mengenai deskripsi masing-masing teori dari beberapa variabel yang diteliti berdasarkan referensi untuk menunjang peneliti dalam menyusun kerangka berpikir. Selain itu subbab ini juga digunakan untuk mengarahkan peneliti pada fokus penelitian, sehingga dapat menghindari meluasnya bahasan penelitian. Deskripsi teoritik bertujuan untuk mengaitkan permasalahan keterampilan berpikir kritis dengan memanfaatkan weblog sebagai media pembelajaran. Berikut akan dijelaskan mengenai teori-teori antar subbab. 1. Media Pembelajaran

a. Definisi Media Pembelajaran

Media pembelajaran pada penelitian ini menjadi variabel bebas yang dilihat pengaruhnya. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti „tengah’, „perantara’, atau „pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. Association of Education and Communication Technology (AECT) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Selain sebagai sistem penyampai atau pengantar, media yang sering diganti dengan kata mediator, dengan istilah mediator media menunjukkan fungsi atau perannya yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua pihak utama dalam proses belajar, yaitu siswa dan isi pelajaran. Ringkasnya, media adalah alat yang menyampaikan atau mengatarkan pesan-pesan pengajaran.1

Media pembelajaran didefinisikan sebagai “peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran.” Media

1


(21)

pembelajaran didefinisikan juga sebagai “sarana meningkatkan kegiatan proses belajar mengajar.”2

Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan. Antara perangkat lunak dan perangkat keras menjadi satu kesatuan berupa media secara utuh. Kemudian secara umum pemakaian kata media pembelajaran digantikan dengan istilah- istilah tertentu seperti bahan pembelajaran, alat peraga, media penjelasan, dan lain sebagainya. Penggunaan media pembelajaran sangat penting karena penggunaannya berpedoman pada kesesuaian kebutuhan pada materi yang akan disajikan.

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang fikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar terjadi.3 Manfaat media pembelajaran di dalam proses belajar mengajar seperti berikut: a. Media pembelajran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar.

b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung. Antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.

c. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu; 1) Objek atau benda yang terlalu besar untuk ditampilkan langsung di ruang

kelas dapat diganti dengan gambar, foto, slide, realita, radio, atau model. 2) Objek atau benda yang terlalu kecil yang tidak tampak oleh indera dapat

disajikan dengan bantuan mikroskop, film, slide, atau gambar.

3) Kejadian langka yang terjadi di masa lalu atau terjadi sekali dalam puluhan tahun dapat ditampilkan melalui rekaman video, film, foto, slide selain secara verbal.

2

Cecep Kusnadi dan Bambang Suthipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Galia Indonesia, 2011), h.9

3


(22)

4) Objek atau proses yang amat rumit seperti peredaran darah dapat ditampilkan secara konkret melalui film, gambar, slide atau simulasi komputer.

5) Kejadian atau percobaan yang dapat membahayakan dapat disimulasikan dengan media seperti komputer, film, dan video.

6) Peristiwa alam seperti terjadinya letusan gunung berapi atau proses yang dalam kenyataan memakan waktu lama seperti proses kepompong menjadi kupu-kupu dapat disajikan dengan teknik-teknik rekaman seperti time-lapse untuk film, video, slide, atau simulasi komputer.

7) Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan siswa, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan-kunjungan ke museum atau kebun binatang.4

Media pembelajaran adalah semua bahan dan alat fisik yang mungkin digunakan untuk mengimplementasikan pengajaran dan memfasilitasi prestasi siswa terhadap tujuan pengajaran.5

Pendapat para ahli yang telah dipaparkan, maka dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan untuk membantu menyampaikan materi pelajaran dalam proses kegiatan belajar mengajar oleh guru kepada siswa yang juga dapat merangsang perhatian dan minat siswa untuk belajar dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru.6Selain itu, media berfungsi mengarahkan siswa untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Pengalaman belajar ini sangat tergantung pada adanya interaksi siswa dengan media. Media yang tepat dan

4

Azhar Arsyad, Op.Cit, h.5

5

Dina Indriana, Ragam Alat Bantu Media Pengajaran, (Yogyakarta: Diva Press, 2011), Cet.I, h.16

6


(23)

sesuai dengan tujuan belajar akan mampu meningkatkan pengalaman belajar sehingga anak didik dapat mencapai keberhasilan belajar.

Media pembelajaran mempunyai manfaat yang sangat penting bagi kesuksesan proses belajar dan mengajar. Manfaat penggunaan media adalah memberikan kemudahan siswa untuk lebih memahami fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Nilai dan manfaat pembelajaran menurut Dina Indriana adalah sebagai berikut:7

1. Membuat konkret berbagai konsep yang abstrak.

2. Menghadirkan berbagai objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat ke dalam lingkungan belajar melalui media pembelajaran yang menjadi sampel dari objek tersebut.

3. Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil ke dalam ruang pembelajaran pada waktu pelajaran di kelas yang membahas objek tersebut.

4. Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Media pembelajaran diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: (1) bahan yang disajikan menjadi lebih jelas maknanya bagi siswa, dan tidak bersifat verbalistik; (2) metode pembelajaran lebih bervariasi; (3) siswa menjadi lebih aktif melakukan beragam aktivitas; (4) pembelajaran lebih menarik; dan (5) mengatasi keterbatasan ruang.8

Manfaat media diantaranya dapat memperkecil benda yang besar, memperbesar benda yang kecil, menampilkan tayangan yang terlalu lambat atau terlalu cepat, melukiskan kembali peristiwa lampau, dan memberikan tanggapan yang sama tentang suatu benda.9

Media yang digunakan dapat mengatasi ruang dan waktu serta indera disamping akan membuat proses belajar mengajar menjadi bervariasi dan menghindarkan kebosanan belajar dan dapat membangkitkan motivasi siswa. Disamping itu media pembelajaran akan dapat membuat proses belajar mengajar

7

Dina Indriana, Op.Cit., h.48-49

8

Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana Pranada Media Group, 2011) Cet.4, h.234

9

Sjarifudin, Kedudukan Media Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar, Jurnal Kependidikan, Vol.10 2005, h.20


(24)

menjadi efektif dan efisien sehingga berguna dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.

Pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran sebagai alat penarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. Media pembelajaran berguna mempercepat proses belajar serta meletakkan dasar-dasar pembelajaran yang konkret dalam berpikir sehingga dapat mengurangi pola pengajaran verbal yang diterapkan oleh guru.

2. Pengertian Weblog

Blog adalah semacam buku harian online. Pemilik blog biasanya menuliskan berbagai catatannya ke dalam blog miliknya, seperti halnya buku harian. Hasil dari tulisan itu dapat dilihat secara online melalui internet. Selain itu pengunjung blog juga bisa memberikan komentarnya pada tulisan pemilik blog. Selain tulisan dapat pula ditambahkan gambar, video, bahkan bisa pula mengupload file. Sehingga pengunjung dapat mengunduh file yang kita masukkan. Blog diibaratkan sebuah media cetak, dimana lewat media itulak pemilik, pengembang atau para penulis akan membagikan informasi-informasi yang diketahuinya kepada publik. Namun hingga kini keberadaan media cetak masih tidak tergantikan, secara total media cetak tetaplah tak sebanding dengan kepraktisan yang ditawarkan oleh

weblog.10

Internet sebagai media pembelajaran memiliki kelebihan sebagai berikut: (a) dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan kesemua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas, (b) proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa, (c) pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing, (d) lama belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing siswa, (e) adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran, (f) pembelajaran dapat dilakukan secara interaktif, sehingga menarik siswa dan

10

Lea Willsen, Tehnik Dasar Blogspot untuk Blogger Kreatif, (Jakarta:PT. Elex Media Komputindo,2011), h.2


(25)

memungkinkan pihak orang tua atau pendidik untuk memeriksa tugas-tugas yang dikerjakan siswa secara online.11

Weblog selain sebagai media cetak dan untuk bertukar ide atau pendapat juga memiliki beberapa manfaat publik antara lain: (1) sebagai media penyampai informasi atau gagasan untuk diakses oleh publik, (2) sebagai sarana mempromosikan sebuah produk untuk dijual atau media publikasi dalam kampanye politik serta lembaga pendidikan bagi siswa sampai dengan program-program media dan perusahaan-perusahaan, (3) sebagai media berlatih untuk menulis, (4) sebagai media untuk bertukar ide atau gagasan dari para pengunjung

weblog.

Manfaat dari weblog, maka kita dapat memanfaatkan weblog dalam dunia pendidikan. Pemanfaatan weblog yang peneliti laksanakan yaitu dengan memanfaatkannya sebagai media diskusi, penugasan menjawab soal, dan membuat artikel.

3. Hakikat Keterampilan Berpikir Kritis a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan itu suatu aktifitas yang berkaitan dengan kegiatan jasmaniah seperti menulis, mencuci, mengetik, dan lain-lain, artinya keterampilan itu bersifta motorik yang membutuhkan koordinasi gerak dan kesadaran yang tinggi.12 Dengan demikian, siswa yang melakukan gerakan motorik dengan koordinasi dan kesadaran yang rendah dapat kurang atau tidak terampil.

Keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapih dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Keterampilan bukan hanya pada aspek gerak motorik melainkan juga proses fungsi yang bersifat kognitif.13

11

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2011), h.341-342

12

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,2009), Cet.115, h.117

13


(26)

Kesimpulan dari beberapa pengertian keterampilan yang telah dikemukakan diatas maka keterampilan dapat disimpulkan bahwa suatu kecakapan atau keahlian dalam mengerjakan sesuatu kegiatan yang memerlukan koordinasi gerakan-gerakan.

b. Pengertian Berpikir

Berpikir adalah aktivitas mental untuk dapat merumuskan pengertian, menyintesis, dan menarik kesimpulan.14 Dengan demikian, berpikir merupakan aktifitas tingkah laku yang menggunakan akal budi untuk merumuskan pengertian, menyintesis, dan menarik kesimpulan.

Proses berpikir itu sebenarnya orang tidak pasif, tetapi jiwanya aktif berusaha penyelesaiannya.15 Selain itu, dalam kegiatan berpikir terjadi kegiatan manipulasi mental karena adanya rangsangan dari luar membentuk suatu pemikiran, penalaran, dan keputusan, serta kegiatan memperluas aturan yang diketahui untuk memecahkan masalah.

Berpikir seseorang akan mengolah dan mengorganisasikan bagian-bagian dari pengetahuannya, sehingga pengalaman-pengalaman dan pengetahuan yang tidak teratur menjadi tersusun serta dapat dipahami dan dikuasai. Untuk membentuk suatu pengetahuan yang tersusun dan memahami serta menguasai pengetahuan tidaklah mudah. Hal ini bergantung pada seberapa besar usaha seseorang dalam menemukan suatu makna atau materi. Keterampilan berpikir dapat di definisikan sebagai proses dan juga kemampuan untuk memahami konsep, menerapkan, mensistesiskan, mengevaluasi info yang diperoleh.16

Unsur-unsur keterampilan berpikir yang perlu dikuasai siswa yaitu mengamati, melaporkan, mengklarifikasi, memberi label, menyusun dan

14

Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2010), h.46

15

Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya,2001), h.76

16 Joyce M. Laurens, “Intelegensi Riset dan Desain: Sebuah Pendekatan dalam

Pembelajaran di Studio Perancangan”, Prosiding Seminar Nasional, Jurnal Seminar Nasional Pendidikan Arsitektur Manajemen Studio Menuju Dunia Arsitektur Profesional Denpasar, 9-10 Februari 2008, h.35


(27)

mengurutkan, menginterpretasi, membuat generalisasi, membuat inferensi, dan memecahkan problema.17

Keterampilan berpikir harus ditanamkan pada siswa. Pada usia 11 tahun ke atas siswa telah mampu berpikir reflektif menggunakan asumsi atau hipotesis, dan kemampuan berpikirnya tidak lagi terikat tetapi menjangkau waktu lampau dan masa depan.18 Meskipun berpikir itu merupakan suatu proses mental, namun keterampilan berpikir dapat dilatih, seperti halnya seorang atlit yang harus terus berlatih terus-menerus untuk meningkatkan kemampuannya dan mencapai prestasi yang lebih tinggi. Jadi, berpikir adalah suatu proses untuk memperoleh pengetahuan dalam memahami suatu konsep dan info yang diperoleh seseorang dalam mengatasi berbagai permasalahan yang menjadi hasil yang positif untuk dirinya maupun lingkungannya.

c. Pengertian Berpikir Kritis

Pendidikan diharapkan memberikan pengetahuan yang memungkinkan orang dapat mengatasi masalah-masalah kehidupan dalam tugas-tugas professional dan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi, dalam kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat cepat seperti saat ini, sering kali pengetahuan yang kita peroleh tidak mampu kita implementasikan untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul. Oleh karena itu, diperlukan keterampilan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan memecahkan masalah, dan mengambil keputusan. Memecahkan masalah memerlukan penggunaan keterampilan berpikir secara terpadu dan dasar pengetahuan yang relevan.19

Berpikir kritis tidaklah identik dengan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan menyelesaikan masalah adalah bagian dari kemampuan berpikir kritis.20 Dalam perspektif deskriptif, berpikir kritis merupakan analisis situasi

17

Syarifuddin Nurdin dan Basyiruddin Usman, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Ciputat Press, 2002)h, 108

18

Amiruddin Rasyad,Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press *Yayasan Prep-Ex 8,2003), h.137

19

Darmiyati Zuchdi, Humanisasi Pendidikan Menemukan Kembali Pendidikan yang Manusiawi, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), Cet.2, h.124

20


(28)

masalah melalui evaluasi potensi, pemecahan masalah, dan sintesis informasi untuk menentukan keputusan.21

Berpikir kritis modern mendefinisikan berpikir kritis sebagai pertimbangan yang aktif, terus menerus dua teliti mengenai sebuah keyakinan atau bentuk pengetahuan yang diterima begitu saja menyertakan alasan-alasan yang interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.22

Berpikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang mesti dipercaya atau dilakukan.23 Berpikir kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri. Berpikir kritis juga merupakan sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri.

Inti berpikir kritis adalah deskripsi yang rinci dari sejumlah karakteristik yang berhubungan, meliputi analisis, inferensi, eksplanasi, evaluasi, pengaturan diri, dan interpretasi.24 Berdasarkan hal ini berpikir kritis dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman materi yang dipelajari dengan mengevaluasi secara kritis argument pada buku teks, jurnal, teman diskusi, termasuk argumntasi guru dalam kegiatan pembelajaran. Jadi, berpikir kritis dalam pendidikan merupakan kompetensi yang akan dicapai serta alat yang diperlukan dalam mengkontruksi pengetahuan.

Kesimpulan dari definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah kemampuan membuat keputusan secara rasional, kemampuan membuat analis, kemampuan membuat interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi.

21

Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Bepikir, (Bandung: PT.Remaja

Rosdakarya,2011), Cet.1, h.19

22

Alec Fisher, Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, (Jakarta: Erlangga,2009), h.10

23

Robert H. Ennis, Critical Thinking, (New York: Pretince Hall,1996), h.xvii

24Liliasari, “

Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains Kimia menuju Profesionalisme Guru”, http://file.upi.edu/direktori/SPS/Prodi Pendidikan IPA


(29)

d. Aspek Keterampilan Berpikir Kritis

Berpikir kritis meliputi25; a) keahlian berpikir induktir (sebab akibat, problem yang banyak kemungkinan pemecahan, analogi, membuat kesimpulan, relasi, dan pemecahan masalah), b) keahlian berpikir deduktif (menggunakan logika, mengerti kontradiksi, silogisme, dan permasalahan yang bersifat spasial), c)keahlian berpikir evaluatif (fakta opini, sumber yang dapat dipercaya, mengidentifikasi persoalan dan permasalahan pokok, mengenali asumsi-asumsi, mendeteksi bias, mengevaluasi hipotesis, menggolongkan data, memprediksi konsekuensi, pengurutan, keahlian membuat keputusan, mengenali propaganda, kesamaan dan perbedaan, dan mengevaluasi argumentasi).

Untuk mengetahui bagaimana mengembangkan berpikir kritis pada diri seseorang, Ennis mengelompokan indikator berpikir kritis ke dalam lima pokok dan dua belas sub pokok, selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1.26

Tabel 2.1. Indikator Berpikir Kritis

No Aspek Berpikir Kritis

Sub Aspek Berpikir Kritis

Indikator Kritis

1. Memberikan Penjelasan Sederhana (Elementary clarification)

1. Memfokuskan Pertanyaan

a. Mengidentifikasi atau merumuskan

pertanyaan.

b. Mengidentifikasi atau merumuskan kriteria untuk

mempertimbangkan jawaban yang mungkin. c. Memelihara kondisi

dalam keadaan berpikir.

25

Adi W Gunawan, Genius Learning Strategy, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.178

26Robert H Ennis, “Goal for a Critical Thinking Curriculum”, dalam Al Costa (ed), Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thingking, (Alexandra:ASCD, 1985), h.46


(30)

2. Menganalisis Argumen

a. Mengidentifikasikan alasan yang dinyatakan. b. Mengidentifikasi alasan

yang tidak dinyatakan. c. Mencari persamaan dan

perbedaan. d. Mengidentifikasi

kerelevanan dan tidak relevan.

3. Bertanya dan menjawab suatu pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan.

a. Mencari struktur argument.

b. Merangkum. c. Menghapal? d. Apa intinya? e. Apa artinya? f. Apa contohnya? g. Apa bukan contohnya? h. Bagaimana

menerapkannya pada kasus tersebut?

i. Perbedaan apa yang menyebabkannya? j. Apa faktanya?

k. Benarkah apa yang anda katakana?

2. Membangun Keterampilan Dasar (Basic support)

4. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber.

a. Ahli

b. Tidak adanya conflict interest.


(31)

sumber d. Reputasi

e. Menggunakan prosedur yang ada

f. Mengetahui resiko g.Keterampilan

memberikan alasan. h. Kebiasaan hati-hati 5. Mengobservasi dan

mempertimbangkan hasil observasi

a. Ikut terlibat dalam menyimpulkan.

b. Dilaporkan oleh pengamat sendiri.

c. Mencatat hal-hal yang diinginkan.

d. Penguatan.

e. Kondisi akses yang baik. f. Penggunaan teknologi yang kompeten.

g. Kepuasaan observer atas kredibilitas sumber.

3. Menyimpulkan (Inference)

6. Membuat deduksi dan mempertimbangkan hasil deduksi.

a. Kelompok logis. b. Kondisi yang logis. c. Interpretasi pertanyaan. 7. Membuat induksi dan

mempertimbangkan hasil induksi.

a. Membuat generalisasi. b. Membuat kesimpulan dan hipotesis.

8. Membuat keputusan dan mempertimbangkan hasilnya.

a. Latar belakang fakta b. Konsekuensi

c. Penerapan prinsip-prinsip d. Memikirkan alternatif


(32)

e. Menyeimbangkan g. Memutuskan 4. Memberikan

penjelasan lanjut (Advance

Clarification)

9.Mengidentifikasi

istilah dan

mempertimbangkan definisi.

a. Bentuk : sinonim, klarifikasi, rentang ekspresi yang sama. b. Strategi definisi (tindakan mengidentifikasi.

c. Isi (konten) 10. Mengidentifikasi

asumsi

a.Penalaran secara implisit. b. Asumsi yang diperlukan rekonstruksi argument.

5. Mengatur strategi dan taktik (Strategy and tactics)

11. Menentukan suatu tindakan

a. Mendefinisikan masalah b. Menyeleksi kriteria untuk membuat solusi

c. Merumuskan alternatif yang memungkinkan

d. Memutuskan hal-hal yang akan dilakukan secara tentatif e. Melakukan review

f. Memonitor implementasi 12. Berinteraksi dengan

orang lain

a. Menyenangkan b. Strategi logis c. Strategi retorika

d. Mempresentasikan baik lisan atau tulisan.

Keterampilan berpikir kritis mencakup sembilan indikator yaitu; a) Mengidentifikasi elemen-elemen dalam kasus yang dipikirkan, khususnya alasanalasan dan kesimpulan-kesimpulan, b) Mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi-asumsi, c) Mengklarifikasi dan menginterpretasi pertanyaan-pertanyaan dan gagasan-gagasan, d) Menilai akseptabilitas, khususnya kredibilitas, klaim-klaim, e) Mengevaluasi argument-argumen yang beragam jenisnya, f) Menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan penjelasan-penjelasan, g)


(33)

Menganalisis, mengevaluasi, dan membuat keputusan-keputusan, h) Menarik inferensi-inferensi, i) Menghasilkan argument-argumen.27

Indikator-indikator dari beberapa ahli yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini akan digunakan indikator yang dikemukakan oleh Ennis karena indikatornya sudah jelas dan spesifik. Dengan menggunakan media pembelajaran

weblog,peneliti menggunakan dua belas sub indikator yang digunakan karena indikator tersebut akan dianalisis presentase siswa. Berikut akan dijelaskan sub-indikator melalui penjelasan lima aspek berpikir kritis.

Aspek pertama berpikir kritis adalah memberikan penjelasan sederhana, yang meliputi tiga subaspek; memfokuskan pertanyaan, menganalisis argumen, dan bertanya dan menjawab pertanyaan tentang suatu penjelasan dan tantangan. Secara umumnya, aspek ini digunakan untuk mengidentifikasi kesimpulan sementara. Dalam sebuah argumen, memulai dengan memberikan kesimpulan adalah ide bagus untuk memulai suatu presentasi.28 Kata karena ( since dan

because) merupakan indikator alasan, dan kata oleh karena itu dan sehingg

merupakan indikator kesimpulan.29 Indikator yang digunakan pada indikator-indikator alasan dan kesimpulan merupakan indikator-indikator yang digunakan dalam menganalisis argumen.30

Aspek kedua yaitu membangun keterampilan dasar, yang meliputi dua subaspek, yaitu: mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber dan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi. Mempertimbangkan kredibilitas suatu sumber digunakan ketika mengetahui kebenaran sebuah klaim.31 Namun, kredibilitas juga tidak menjamin kebenaran sumbernya, maka kita harus menjaga kondisi pikiran tentang klaim tersebut. Pertimbangan suatu kasus terdapat lima jenis klaim yang berbeda, yaitu klaim faktual, pertimbangan nilai, definisi, penjelasan sebab-akibat, dan rekomendasi yang kelimanya harus dievaluasi

27

Alec Fisher, Op.Cit., h.8

28

Robert Ennis, Critical Thingking, (New York, Printice Hall,1996), h.5

29

Alec Fisher, , Op.Cit., h.24

30

Ibid., h.22

31


(34)

dengan cara-cara yang berbeda agar dapat memutuskan apakah klaim tersebut dapat diterima.32 Ada beberapa bahasa yang digunakan untuk melihat seberapa kuat klaim tersebut, antara lain: “intuisi/ keyakinan/opini/pandanga/tesis saya adalah…”, “saya yakin/saya tidak dapat membuktikannya tetapi saya percaya…”, “faktanya ialah/menunjukan…”, “saya mengamati/melihat…”, dan lain-lain.33 Pernyataan pada observasi biasanya mendukung suatu alasan pada argumen. Pada umumnya observasi lebih dapat dipercaya daripada kesimpulan yang berdasar.34 Jika pada observasai yang telah dilakukan ada dua bukti, keduanya harus saling menguatkan. Supaya bukti itu saling menguatkan, bukti tersebut harus independen, dapat dipercaya dan mendukung klaim yang dibicarakan.35 Aspek ketiga yaitu kesimpulan (inferential). Inferensia adalah bagian dari proses berpikir kritis dimana kita akan memulai mengumpulkan pengetahuan yang sudah ada dengan apa yang akan kita dapatkan, dengan kata lain membuat pengetahuan yang baru. Argument selalu terdiri atas alasan dan inferensi, dimana inferensi merupakan perpindahan yang dibuat dari alasan hingga kesimpulan. Bahasa yang sering digunakan yaitu “berdasarkan alasan-alasain ini saya menyimpulkan bahwa…, oleh karena itu…” dengan tingkat kepercayaan yang

bervariasi.36

Aspek keempat yaitu membuat penjelasan lebih lanjut, yang meliputi sub-aspek mendefinisikan istilah dan mengidentifikasikan asumsi. Kata kunci dari seluruh proses agar menjadi pemikir kritis yang baik adalah dapat menjelaskan alasan dengan benar dan jelas, harus berpikir dengan jernih dan dapat dipahami oleh para pendengarnya.37 Supaya penalaran yang bersifat menjelaskan sampai pada sasarannya, maka penalaran itu harus: a) mempertimbangkan alternatif-alternatif yang masuk akal, b) menentukan bukti-bukti yang menyingkirkan

32

Alec Fisher, , Op.Cit., h.80

33

Ibid., h.82

34

Robert Ennis, Op.Cit.,h.74

35

Alec Fisher, Op.,Cit., h.102

36

Alec Fisher., Op.Cit.,h.106

37


(35)

penjelasan-penjelasan lain yang mungkin dan mendukung penjelasan yang diinginkan, c) sesuai benar dengan hal lain yang kita tahu.38

Aspek yang terakhir yaitu strategi dan taktik, yang meliputi memutuskan suatu tindakan dan berinteraksi dengan orang lain. Pemikiran yang dilakukan dalam memutuskan apa yang harus dilakukan, atau merekomendasikan rangkaian tindakan, atau mempertimbangkan rekomendasi orang lain, memerlukan perhatian khusus karena sangat umum, dan harus dievaluasi menurut cara tertentu. Oleh karena itu harus memahami dengan jelas apa permasalahannya, sehingga dapat mempertimbangkan kumpulan opsi yang masuk akal dan akibat-akibat yang mungkin sebelum mengambil suatu kesimpulan.39

4. Asesmen Kinerja (Performance Assesment) 1. Pengertian Assesmen

Penilaian kinerja secara sederhana dapat dinyatakan sebagai penilaian terhadap kemampuan dan sikap siswa yang ditunjukkan melalui suatu perbuatan. Penilaian kinerja merupakan penilaian terhadap perolehan, penerapan pengetahuan dan keterampilan yang menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk yang mengacu pada standar tertentu.40

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan siswa dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini sesuai digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut siswa melakukan tugas tertentu seperti praktik sholat, praktik olahraga, presentasi, diskusi, bermain peran, memainkan alat music, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi, dan lain-lain. Cara penilaian ini dianggap lebih otentik daripada tes tertulis karena apa yang dinilai lebih mencerminkan kemampuan siswa yang sebenarnya. Penilaian kinerja mempertimbangkan hal-hal berikut:

1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan siswa untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

38

Ibid., h.142 39

Ibid., h.166

40

Ana Ratna Wulan, Penilaian Kinerja dan Protofolio pada Pembelajaran Biologi,

Handout kuliah FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, (Bandung FPMIPA UPI), diakses dari


(36)

2) Kelengkapan dan ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. 3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan

tugas.

4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati.

5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan yang diamati.

Penilaian kinerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Pengamatan dalam menilai unjuk kerja siswa perlu dilakukan dalam berbagai konteks untuk menetapkan tingkat pencapaian kompetensi tertentu.41

Asesmen kinerja adalah prosedur yang menggunakan berbagai bentuk tugas-tugas untuk memperoleh informasi tentang belajar siswa. Asesmen kinerja mensyaratkan siswa dalam menyelesaikan tugas-tugas kinerjanya menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan, tindakan atau untuk kerja.

Tes unjuk kerja meminta siswa melakukan kinerja ilmiah seperti mempersiapkan alat, menggunakan alat/merangkai alat, menuliskan data, menganalisis data, menyimpulkan, menyusun laporan dan sebagainya. Penilaian kinerja dapat menjelaskan kemampuan-kemampuan siswa, pemahaman konseptual, kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan, kemampuan melaksanakan kinerja dan kemampuan melakukan suatu proses.42 Permendikbud No. 81A tentang Implementasi kurikulum 2013 Lampiran IV tentang Pedoman Umum Pembelajaran menjelaskan definisi tentang penilaian unjuk kerja bahwa penilaian ini merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas

41

Puji Iryanti, Paket Pembinaan Penataran: Penilaian Unjuk Kerja, (Departemen Pendidikan Nasional, 2004), h.6

42I Ketut Susila, “Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (Performance

Assesment) Laboratorium Pada Mata Pelajaran Fisika Sesuai Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan SMA Kelas X Di Kabupaten Gianyar”. Artikel Pendidikan, (Bali: Program Studi Penelitian Dan Evaluasi Pendidikan Progrma Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha, 2012) diakses pada tanggal 15 juli 2016 pk 08.30, h.5


(37)

tertentu seperti: praktik di laboratorium, praktik sholat, praktik olahraga, bermain peran, memainkan alat musik, bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dan lain-lain.43

Pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa performance assessment atau penilaian kinerja ialah suatu cara melihat atau menilai kinerja siswa dalam melakukan suatu kegiatan pembelajaran. Penilaian kinerja ini didapat dari hasil mengamati aktivitas siswa dalam bekerja ilmiah seperti membuat artikel yang berkaitan dengan manfaat Archaebacteria dan Eubacteria dalam kehidupan sehari-hari.

5. Teknik Penugasan/Resitasi

a. Definisi Teknik Pemberian Tugas/Resitasi

Metode penugasan pada hakikatnya adalah menyuruh siswa untuk melakukan kegiatan (pekerjaan) belajar, baik berguna bagi dirinya sendiri maupun dalam proses memperdalam dan memperluas pengetahuan dan pengertian bidang studi yang dipelajarinya. Ada suatu asusmsi yang mengatakan bahwa segala sesuatu yang terjadi disekolah tergantung para pendidik, bagaimana pendidik itu bias menumbuhkan motivasi anak didiknya dan sebagainya. Oleh karena itu dalam proses belajar mengajar guru menerapkan salah satu metode yang sekiranya bias membantu anak didik serta guru juga harus paham kelebihan, kekurangan serta cara penerapannya dan masih banyak lagi) mengenai metode yang akan digunakan dalam metode pengajaran.44 Tugas dapat merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok.

Metode pemberian tugas atau penugasan diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan peserta didik disekolah ataupun dirumah secara perorangan atau berkelompok”. Imansyag Alipandie mengemukakan bahwa, “Metode penugasan adalah cara untuk mengajar yang dilakukan dengan jalan memberi tugas khusus kepada siswa

43

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum, Pedoman Umum Pembelajaran, h.27

44

Hilyah Alan Finanda, Efektifiras Metode Resitasi dalam Menumbuhkan Motivasi Belajar Peserta Didik, Jurnal Pendidikan, Volume 17, No. 3, Palembang: 2012, h.2


(38)

untuk mengerjakan sesuatu diluar jam pelajaran. Pelaksanaannya bisa dirumah, diperpustakaan, dilaboratorium, dan hasilnya dipertanggungjawabkan.”45

Kesimpulan yang telah dipaparkan, maka penulis dapat mendefinisikan bahwa yang dimaksud dengan metode resitasi atau penugasan adalah penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas kepada siswa baik lisan atau tulisan, kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan dari apa yang ditugaskan guru kepada siswa. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran terlalu banyak sementara waktu sedikit. Artinya, banyaknya bahan yang tersedia dengan waktu kurang seimbang. Agar bahan pelajaran selesai dengan waktu yang ditentukan, maka metode ilmiah yang biasanya guru gunakan untuk mengatasinya. Tugas dari resitasi ini tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR) tetapi jauh lebih luas daripada itu.

Sekolah yang menerapkan sistem kurikulum 2013, kegiatan tugas terstruktur dirancang dan dicantumkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Kegiatan tugas terstruktur merupakan kegiatan pembelajaran yang mengembangkan kemandirian belajar peserta didik, peran guru sebagai fasilitator. Sedangkan penugasan tak terstruktur adalah kegiatan pembelajaran yang berupa pendalaman materi pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta didik.46

b. Fungsi dan Tujuan Penugasan

Teknik pemberian tugassss atau penugasan memiliki fungsi, yaitu: 1). Menambah pengertian, memperkuat hasil belajar yang telah diterima di sekolah, 2) melatih siswa untuk belajar sendiri, 3) melatih siswa untuk membagi waktu secara teratur, 4) melatih siswa untuk menggunakan waktu luangnya untuk menyelesaikan tugasnya, 5) membiasakan siswa berdisiplin dan tidak

45

I Wayan Laba, Upaya Pembelajaran dengan Metode Resitasis Tugas dalam Mata Pelajaran Matematika, Jurnal Ilmiah, Vol. 22 No.5, 2011, h.5

46

Anonim, Juknis Pengembangan Pembelajaran TM, PT, dan KMTT di SMA, (Direktorat Pembinaan SMA, 2010), h.52


(39)

mengabaikan tugas,6) melatih siswa untuk mencari dan menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan tugasnya, 7) memperkaya pengalaman sekolah dengan memulai kegiatan di luar kelas. Tujuan teknik pemberian tugas/resitasi, yakni agar siswa memperoleh hasil belajar yang lebih mantap. Dengan melaksanakan latihan-latihan, pengalaman siswa lebih terintegrasi, diantaranya sebagai berikut: 1). Memperluas dan memperkaya pengetahuan siswa melalui kegiatan luar sekolah, 2) siswa aktif belajar dan terangsang untuk meningkatkan kegiatan belajar yang lebih baik, 3) inisiatif dan tanggungjawab siswa lebih terpupuk, 4) siswa dapat memanfaatkan waktu senggang untuk menunjang belajarnya.47

B. Tinjauan Konsep Materi Archaebakteria dan Eubacteria

Konsep archaebacteria dan eubacteria merupakan salah satu konsep biologi yang diajarkan pada siswa kelas X. Adapun Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran pada konsep ini ialah sebagai berikut:

Tabel 2.2 KI, KD, dan Indikator Pembelajaran48

Kompetensi Inti

3. Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan factual, konseptual, procedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan procedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai denan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.

Kompetensi Dasar

3.4 Mengidentifikasi ciri-ciri archaebacteria dan eubacteria dan peranannya bagi kehidupan berdasarkan percobaan secara teliti dan sistematis.

Indikator Pembelajaran

1. Membedakan archaebacteria dan eubacteria

2. Memberikan contoh archaebacteria dan eubacteria berdasarkan strukturnya 3. Mengidentifikasi reproduksi bakteri secara seksual dan aseksual.

4. Menganalisis peranan bakteri yang ada pada lingkungan masyarakat. 5. Memberikan contoh eubacteria berdasarkan strukturnya.

6. Memberikan alasan terkait contoh eubacteria berdasarkan strukturnya.

47

Muhammad Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia, (Bandung: Pustaka Setia, 2010), h.199

48

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/ Madrasah Aliyah, h.27


(40)

1. Archaebacteria

Archaebacteria adalah makhluk hidup pertama yang menggunakan reaksi kimia anorganik untuk menghasilkan energy. Energi tersebut kemudian digunakan untuk membuat materi organic. Habitat Archaebacteria umumnya di tempat yang ekstrem (sumber air panas, daerah yang mengandung garam, asam, dan daerah yang sedikit mengandung Oksigen).49

Archaebacteria dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut:50 a. Halofili, yaitu golongan Archaebacteria yang hidup di perairan dengan salinitas tinggi.

b. Metanogen, yaitu golongan Archaebacteria yang dapat mengubah Karbon dioksida (CO2) dan Hidrogen (H2) menjadi metana (CH4).

c. Termoasidofili, yaitu golongan Archaebacteria yang hidup di daerah sumber bersulfur.

2. Eubacteria

Eubacteria dikenal sebagai bakteri sesungguhnya. Bakteri merupakan makhluk prokariotik (tidak memiliki membrane inti sel). Bakteri dapat hidup dimana saja. Bakteri juga banyak memiliki peran dalam kehidupan manusia. Umumnya bakteri memiliki diameter sekitar 0,5 mikron. Bakteri yang berbentuk batang memiliki lebar sekitar 0,2 sampai dengan 3 mikron dan panjangnya antara 1 sampai dengan 15 mikron. Beberapa jenis bakteri mampu membentuk spora di dalam sel mereka yang dikenal sebagai endospore. Endospora bukanlah alat reproduksi bagi bakteri, melainkan endospore adalah bentuk yang melindungi bakteri dari lingkungan yang berbahaya agar ia dapat tetap bertahan hidup.51

3. Struktur tubuh bakteri

Struktur tubuh bakteri terdiri dari:52 a. Kapsul

49

Irmaningtyas, Biologi untuk SMA/MA Kelas X, ( Jakarta, Erlangga,2013), h.122

50

Ibid., h.137

51

Ibid., h.138

52


(41)

Kapsul adalah lapisan luar dinding sel yang dihasilkan oleh bakteri tertentu. Lapisan luar tersebut berfungsi untuk melindungi dinding bakteri, menyatukan bakteri ke dalam bentuk koloni, dan sebagai alat pertahanan terhadap infeksi insang.

b. Dinding Sel

Dinding sel pada bakteri di antara kapsul dan membrane sel. Dinding sel berfungsi untuk memberi kekuatan dan bentuk pada bakteri serta mengatur pertukaran zat-zat ke luar sel.

c. Flagel

Struktur flagel yang ada pada beberapa spesies bakteri berbentuk gelombang, kuat, dan memiliki suatu mekanisme gerak yang unik. Hal ini mengakibatkan bakteri dapat bergerak untuk merespons rangsangan yang datang.

d. Membran Sel

Membran sel tersusun dari senyawa fosfolipid dan protein. Fungsi dari membran sel adalah mengatur selektivitas gradient osmosis dengan transfer makanan, mengorganisasi, pembentukan dinding sel, serta sebagai pangkal perlekatan flagel.

e. Materi Genetika

Materi genetika bakteri terdiri dari DNA. DNA berada di dalam nucleoid (inti yang tidak bermembran inti).

f. Pili

Pili berfungsi sebagai alat pelekat dengan sel bakteri yang lain atau dengan bahan makanannya.

g. Ribosom

Merupakan organel sel bakteri yang berfungsi sebagai tempat sintesis protein. h. Plasmid

Plasmid adalah kepingan kecil DNA yang terpisah dari DNA. Dalam dunia rekayasa genetika, plasmid berperan sebagai vektor pembawa DNA asing ke dalam bakteri inang.


(42)

4. Bentuk- bentuk bakteri

Bentuk bakteri secara umum dapat dibedakan menjadi:53

a. Bakteri kokus merupakan bakteri yang memiliki bentuk dasar bulat. Bakteri kokus dibagi menjadi monokokus (bulat satuan), diplokokus (bulat berpasangan), streptokokus (bulat berantai), stafilokokus (bulat bergerombol, seperti buah anggur), dan sarsina (bulat seperti kubus).

b. Bakteri basil merupakan kelompok bakteri berbentuk dasar batang. Secara umum bakteri basil dibagi menjadi monobasil ( batang satuan), diplobasil (batang berpasangan), dan stretobasil (batang berantai).

c. Bakteri spirila merupakan kelompok bakteri berbentuk dasar spiral. 5. Reproduksi Bakteri

Reproduksi bakteri dapat terjadi melalui:54 a. Aseksual

Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembelahan biner. Pembelahan biner berlangsung dalam tiga fase. Fase pertama dimulai dengan terbentuknya sekat melintang pada sitoplasma, fase kedua adalah tumbuhnya dinding melintang mengikuti sekat sebelumnya, sementara fase ketiga adalah terbentuknya dua sel baru yang identik.

b. Seksual

Pada reproduksi seksual bakteri, bakteri tidak mengalami penyatuan inti, tetapi berupa pertukaran materi genetika (rekombinasi genetika). Rekombinasi genetika dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu transformassi (tanpa kontak langsung), transduksi (lewat perantara virus), dan konjugasi (lewat kontak langsung).

6. Nutrisi bakteri

Bakteri memperoleh nutrisi atau makanannya melalui dua cara, yaitu:55

53

Ibid., h.123

54

Ibid., h.135

55


(43)

a. Bakteri autotroph

Bakteri autotroph adalah bakteri yang mampu memperoleh makanannya sendiri dengan bantuan cahaya matahari (fotoautotrof) dan reaksi kimia (kemoautotrof).

b. Bakteri heterotroph

Bakteri heterotroph adalah bakteri yang tidak mampu membuat makanannya sendiri karena ketergantungan pada makhluk hidup lainnya. Berdassarkan cara hidupnya, bakteri heterotroph dibagi menjadi parasit (mengambil dari makhluk hidup), dan saprofit (mengambil dari makhluk hidup yang sudah mati/bangkai). 7. Peranan bakteri

Beberapa bakteri memiliki manfaat bagi kehidupan manusia, bahkan beberapa jenis bakteri amat membantu kehidupan kita sehari-hari. Manfaat bakteri di antaranya adalah membantu proses pembusukan, meningkatkan kesuburan tanah, menghasilkan bahan makanan dan minuman, menghasilkan asam, menghasilkan antibiotik, mendukung teknologi rekayasa genetika, mengekstrak bahan tambang, dan mendegradasi limbah.56

Selain manfaat, bakteri juga menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia. Beberapa bakteri bahkan menyebabkan penyakit seperti difteri, tuberculosis, gonorhoe, sifilis, tifus, kolera, demam tifoid, disentri, dan keracunan makanan.57 C. Penelitian Yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kamin, Carol EdD; O’Sullivan, Ptricia EdD; Deterding, Robin MD; Younger Monica MSyang berjudul A Comparison of Critical Thinking in Group of Third-year Medical Students in Text, Video, and Virtual PBL Case Modalities. Bahwa dalam perbandingannya capaian untuk “a virtual” dan “a digital video” mampu membuat siswa untuk dapat berpikir kritis,“Students who learned in a virtual modality with a digital video case engaged in more critical thinking”58

56

Ibid., h.140-142

57

Ibid., h.143

58

Carol Kamin, A Comparison of Critical Thinking in Groups of Third-year. Medical Students in Text, Video, and Virtual PBL Case Modalities, volume 78, 2003, Association of American Medical Colleges.


(44)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Agung W. Subiantoro dan Bahrudin Fatkurohman yang berjudul Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Menggunakan Media Koran. Bahwa keterampilan berpikir kritis siswa muncul pada indikator mengidentifikasi dan mendeskripsikan persoalan, menganalisis data yang relevan dengan persoalan, dan membuat gagasan/kesimpulan, masing-masing dominan pada tingkat weak dan

unacceptable.59

Istiqomah dan Achmad Lutfi melakukan penelitian untuk mengetahui efektivitas penggunaan media blog interaktif untuk meningkatkan berpikir kritis pada materi laju reaksi. Blog yang memiliki menu diskusi yang digunakan untuk mendukung interaks siswa dilengkapi latihan serta tes berpikir kritis untuk melatih kemampuan berpikir kritis siswa. Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan pembelajaran menggunakan blog kemudian dilakukan posttest ternyata sebagian besar siswa mengalami peningkatan kemampuan berpikir kritis dengan kenaikan terbesar adalah 15% dari skor pretes.60

Faridatul Amaniyah, Zulfiani, Meiry Fadilah Noor melakukan penelitian untuk mendeskripsikan pengembangan keterampilan berpikir kritis siswa SMA dengan menggunakan model Sains Teknologi dan Masyarakat pada konsep Archaebacteria. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model sains teknologi dan masyarakat dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada konsep archaebacteria. Integrasi model pembelajaran, keterampilan berpikir, dan konsep dituangkan dalam desain pembelajaran yang diimplementasikan dalam berbagai perangkat pembelajaran seperti rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa, dan instrumen.61

55

Agung W Subiantoro dan Bahrudin Fatkhurohman, Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Biologi Menggunakan Media Koran, Jurnal Jurdik Biologi FMIPA UNY: 2009, h.111

60Istiqomah dan Achmad Lutfi, “ Efektivitas Penggunaan Media

Blog Interaktif Untuk

Meningkatkan Berpikir Kritis”, Jurnal Pendidikan Kimia Unesa vol.1, No.2, h.64

61

Faridatul Amaniyah, Zulfiani, Meiry Fadilah Noor, “ Model Sains Teknologi Dan

Masyarakat Untuk Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kritis Konsep Archaebacteria”,

Seminar Nasional Biologi, Lingkungan, dan Pembelajaran Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 24 Oktober 2015 diakses dari


(45)

Hartono D. Mamu melakukan penelitian dengan tujuan mendeskripsikan tentang profil keterampilan berpikir kritis dan keterampilan metakoqnisi siswa dalam pembelajaran IPA biologi, khususnya pada konsep ekosistem di SMP Negeri 07 Palu dan SMP Negeri 19 Palu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan strategi pembelajaran, rerata nilai postes keterampilan berpikir kritis dan keterampilan metakognisi siswa yang dibelajarkan dengan strategi kooperatif STAD lebih tinggi dari rerata nilai posttest keterampilan berpikir kritis dan metakognisi siswa yang dibelajaran dengan strategi RT. Berdasarkan perbedaan kemampuan akademik, siswa berkemampuan akademik atas lebih menguasai keterampilan berpikir kritis maupun metakognisi dibandingkan dengan siswa berkemapuan akademik bawah, setelah dibelajarkan dengan strategi STAD maupun strategi RT dalam pembelajaran ekosistem di SMP.62

D. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran Biologi dalam kenyataanya sering kali disepelekan oleh para siswa dikarenakan proses belajar dengan menggunakan media pembelajaran yang kurang menarik dan membosankan. Hal ini bisa disebabkan guru dalam memberikan materi pelajaran hanya menggunakan media yang biasa seperti powerpoint tanpa ada variasi atau bantuan media lain yang dapat menarik perhatian siswa. Seperti halnya di MAN Cibinong khususnya mata pelajaran Biologi guru lebih sering menjelaskan materi menggunakan bantuan media papan tulis, lembar kerja siswa, dan power point kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal-soal yang terdapat di lembar kerja siswa tersebut. Kegiatan belajar yang seperti ini membuat siswa menjadi kurang termotivasi dalam mengikuti pelajaran dan siswa menjadi kurang aktif selama proses pembelajaran, akibatnya keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar yang dicapai siswa menjadi kurang optimal.

Adanya situasi demikian perlu diadakan perbaikan dalam kegiatan belajar agar yang dilakukan oleh guru tidak monoton dan membosankan. Pemanfaatan media

weblog untuk mata pelajaran Biologi dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif

62Hartono D. Manu, “Profil Keterampilan Berpikir Kritis dan Metakognisi Siswa Dalam


(46)

untuk membuat kegiatan belajar menjadi lebih menarik. Media belajar berbasis

weblog merupakan salah satu media belajar yang memanfaatkan teknologi berupa layanan internet sehingga sangat mudah dibuat dan dengan mudah siswa untuk mengaksesnya. Dengan media weblog ini diharapkan dapat menarik perhatian siswa sehingga bisa berkonsentrasi saat kegiatan pembelajaran, serta keterampilan berpikir kritis siswa khususnya pada mata pelajaran Biologi dapat meningkat. Tujuan penelitian ini, untuk mendeskripsikan profil keterampilan berpikir kritis siswa dengan pemanfaatan weblog pada konsep Archaebacteria dan

Eubacteria. Cara untuk mendeskripsikan profil keterampilan berpikir kritis siswa yakni dari hasil diskusi online, penugasan menjawab soal, membuat artikel, dan hasil posttest siswa.


(47)

34

Penelitian ini dilaksanakan di MAN Cibinong Kab. Bogor, kelas X MIA . Sekolah tersebut dipilih karena para siswa telah mempunyai fasilitas komputer (laptop) yang dapat digunakan untuk pembelajaran dan siswa sudah terbiasa belajar dengan menggunakan internet. Selain hal tersebut, siswa di sekolah ini sudah terbiasa berdiskusi di kelas sehingga setiap siswa sudah memiliki keterampilan berpikir kritis awal. Adapun penelitian ini dilakukan pada semester ganjil pada tanggal 20 November sampai dengan 04 Desember 2015, Tahun Ajaran 2015/2016.

B. Metode dan Prosedur Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Metode ini ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia. Penelitian ini mengkaji bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaannya dengan fenomena lain.1 Penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisi apa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka-angka.2 Hasil penelitian kuantitatif disajikan dalam bentuk deskripsi dengan menggunakan angka-angka statistik.3 Penelitian kuantitatif bertujuan untuk menguji suatu teori yang menjelaskan tentang hubungan antara kenyataan sosial, pengujian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah teori yang ditetapkan didukung oleh kenyataan atau bukti-bukti empiris atau tidak.4

Secara garis besar prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

1

Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosadakarya, 2010), Cet.6 h.72

2

Ibid., h.73

3

Ibnu Hadjar, Dasar- Dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010), h.30

4


(48)

1. Tahap Persiapan 2. Tahap Pelaksanaan 3. Tahap Penyelesaian

Tahap-tahap penelitian tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tahap Persiapan

a. Menganalisis kompetensi inti, kompetensi dasar, silabus kurikulum 2013 dan standar isi mata pelajaran biologi serta menganalisis materi biologi diberbagai literatur yang sesuai dengan KI dan KD pada kurikulum 2013, agar pada saat proses pembelajaran peneliti mampu menerapkan pembelajaran weblog dengan melihat keterampilan berpikir kritis dan menggunakan pendekatan saintifik. Berdasarakan hasil analisis, peneliti memilih materi Archaebacteria dan

Eubacteria.

b.Menganalisis keterampilan berpikir kritis dan menentukan indikator keterampilan berpikir kritis yang akan dikembangkan.

c. Menentukan materi yang akan dijadikan tugas weblog bagi siswa pada konsep

Archaebacetria dan Eubacteria.

d. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan media pembelajaran weblog.

e. Membuat instrument penelitian sebagai alat pengumpulan data berupa tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi, lembar performance assessment, dan pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti yang dibimbing oleh dosen pembimbing.

f. Menguji validasi instrumen penelitian berupa tes keterampilan berpikir kritis dan lembar observasi oleh para ahli, kemudian diperbaiki sesuai dengan saran para ahli, selanjutnya instrumen tes essay diuji cobakan kepada siswa kelas XI MIA SMA untuk mengetahui validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda. Hasil validasi instrumen dikonsultasikan kepada ke-2 dosen pembimbing. Apabila instrument tersebut telah disetujui oleh para ahli, maka instrmen tersebut akan langsung digunakan untuk penelitian.

g. Menghubungi guru biologi untuk menentukan waktu pelaksanaan penelitian. h. Menghubungi kepala sekolah untuk melakukan penelitian.


(49)

i. Mempersiapkan dan mengurus surat izin penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam tiga kali pertemuan. Sebelum siswa menggunakan weblog peneliti menggunakan pendekatan saintifik ketika proses belajar mengajar disekolah selama tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama ketika disekolah siswa diberikan materi terlebih dahulu mengenai ciri-ciri

Archaebacteria dan Eubacteria, selanjutnya siswa diberikan tugas untuk melakukan diskusi secara bersama-sama dengan peneliti dirumah yang sudah disepakati bersama. Hasil dari diskusi tersebut, akan diulas kembali pada saat pertemuan kedua,dengan pendekatan saintifik ini peneliti memberikan pengarahan terhadap siswa mengenai reproduksi bakteri, untuk pembelajaran dengan weblog

peneliti memberikan tugas soal yang nantinya siswa menjawabnya pada

weblognya masing-masing. Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan penjelasan mengenai manfaat bakteri dalam kehidupan sehari-hari, dan memberikan tugas untuk membuat artikel kemudian di-upload pada weblog

dengan ketentuan waktu dan tanggal yang telah disepakati.

Menilai kemunculan keterampilan berpikir kritis dengan menggunakan lembar observasi oleh para observer saat para siswa melakukan kegiatan belajar dikelas dan weblog.

Memberikan tes keterampilan berpikir kritis pada siswa untuk mengukur keterampilan berpikir kritis, yang kemudian hasil dari performance assessment, tes keterampilan berpikir kritis, dan lembar observasi dianalisis apakah memenuhi kriteria keterampilan berpikir kritis atau tidak. Jika tidak, maka dilakukanlah wawancara terhadap beberapa siswa untuk mengetahui penyebab tidak memenuhinya keterampilan berpikir kritis.

3. Tahap Penyelesaian

Kegiatan dalam tahap penyelesaian diantaranya: a. Mengolah data hasil penelitian.

b. Menganalisis dan membahas hasil penelitian. c. Menarik kesimpulan.


(50)

C. Populasi dan Sampel

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi itu.5 Dengan demikian populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa MAN Cibinong dan populasi target adalah siswa kelas X MIA. Adapun sampel yang diukur adalah siswa kelas X MIA 2 sebanyak 30 orang. Setelah itu, peneliti mengelompokkan siswa tersebut menjadi kelompok tinggi, kelompok sedang, dan kelompok rendah. Siswa dikelompokkan berdasarkan hasil penilaian yang diolah dari data ulangan harian siswa melalui kategori menurut Arikunto.

Hasil perhitungan (Lampiran 6) diperoleh data penggolongan kelompok:6 Tabel 3.1 Pembagian Kategori Kelompok Siswa

Kelompok Nilai Jumlah Siswa

Tinggi >90 7

Sedang 80,8− 90 17

Rendah < 80,8 6

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling. Menurut sugiyono menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan atau tertentu.7 Sedangkan menurut Arikunto purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan pada strata atau daerah melainkan didasarkan atas adanya tujuan tertentu.8

D. Teknik Pengumpulan Data

Kegiatan penelitian ini teknik pengumpulan data diartikan sebagai cara memperoleh data.9 Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan tes dan non tes. Teknik tes yang digunakan adalah tes tertulis berupa essai, sedangkan teknik non tes yang digunakan adalah lembar observasi,

5

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitati, dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2010), Cet.11 h.297

6

Lampiran 6

7

Sugiyono, Op.Cit., h.300

8

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta,2006), h.183

9


(51)

dan lembar wawancara. Pada tes essai, indikator yang mampu terukur terdapat sepuluh indikator, yaitu indikator merumuskan pertanyaan, mengidentifikasi dan merumuskan kriteria untuk mempertimbangkan jawaban yang mungkin, mengidentifikasi kesimpulan, mengidentifikasi alasan yang dinyatakan, mencari persamaan dan perbedaan, yang mana contoh dan yang mana bukan contoh, kemampuan memberikan alasan, mempertimbangkan alternatif, strategi mendefinisikan, dan menyeleksi kriteria untuk membuat solusi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Instrumen yang dirancang dalam penelitian ini untuk mengukur keterampilan berpikir kritis. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner.10

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Selain itu pengertian instrumen penelitian juga disebut sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar penelitiannya lebih mudah dan hasilnya lebih cermat, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.11

Tabel 3.2 Instrumen Penelitian Variabel Penelitian Instrumen Penelitian Kegunaan Instrumen Rencana Pemberian Instrumen Keterampilan Berpikir Kritis

Tes berupa essai.

Mengukur

keterampilan berpikir kritis pada setiap indikator-indikator keterampilan berpikir kritis.

Setelah proses pembelajaran.

Keterampilan Berpikir Kritis

Lembar observasi

Melihat Kemunculan dari indikator-indikator

keterampilan berpikir kritis pada saat metode diskusi.

Saat proses pembelajaran berlangsung.

Melihat Kemunculan dari indikator-indikator

Setelah proses pembelajaran berlangsung

10

Sugiyono., Op.Cit, h.305

11


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)