g. Mengubah peranan guru dari center stage performance menjadi koreografer
kegiatan kelompok. h.
Menumbuhkan kesadaran peserta didik arti penting aspek sosial dalam individunya. Pembelajaran kooperatif dapat menummbuhkan kesadaran
alturisme dalam peserta didik. Kehidupan sosial adalah sisi penting dari kehidupan individual.
2.1.6 Model Pembelajaran Role Playing
Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk „menghadirkan‟ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu
„pertunjukan peran‟ di dalam kelas atau pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap pembelajaran
yang sudah dilaksanakan, misalnya menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran atau alternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. pembelajaran ini lebih menekankan terhada
p masalah yang diangkat dalam „pertunjukan‟, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran Jumanta, 2014:
189. Model Role Playing adalah suatu cara penguasaaan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dapat dilakukan siswa dengan cara memerankannya
sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, hal ini bergantung kepada apa yang diperankan Hamdani,
2011: 87. Model Role Playing menurut Fogg dalam Huda,2013: 208 adalah
sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan, dan edutainment. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Jill Hadfied dalam jumanta,2014: 189 Role
Playing adalah sejenis permainan gerak yang di dalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur senang. Menurut sanjaya 2011: 161 Role Playing
adalah model pembelajaran sebagai bagian dari simulasi yang diarahkan untuk mengkreasi peristiwa-peristiwa aktual, atau kejadian-kejadian yang mungkin
muncul pada masa mendatang. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih dari satu orang, bergantung
pada apa yang diperankan. Pada model Role Playing, titik tekannya terletak pada keterlibatan emosional dan pengamatan indra ke dalam situasi permasalahan yang
secara nyata dihadapi. Siswa diperlakukan sebagai subjek pembelajaran yang secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa bertanya dan menjawab
bersama teman temannya pada situasi tertentu. Role Playing juga diorganisasikan berdasarkan kelompok-kelompok siswa yang heterogen. masing masing kelompok
memperagakan atau memerankan skenario yang telah disiapkan guru. Siswa diberi kebebasan berimprovisasi, namun masih dalam batas-batas skenario dari
guru Huda, 2013: 209. Pengalaman belajar yang diperoleh dari model ini meliputi, kemampuan
kerja sama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian melalui bermain peran, perserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antar
manusia dengan cara memeragakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para pesera didik dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan,sikap-
sikap,nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah Jumanta, 2014: 190.
Berdasarkan pendapat para ahli tentang model Role Playing, dapat disimpulkan bahwa model Role Playing adalah cara penguasaan materi yang
melibatkan peserta didik dalam suatu permainan yang memerankan peran tertentu melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa.
Langkah langkah Role Playing Aqib 2013: 24, yaitu: 1.
Guru menyusun atau menyiapkan skenario yang akan ditampilkan. 2.
Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum kegiatan belajar mengajar.
3. Guru membentuk siswa yang anggotanya 5 orang.
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai.
5. Memanggil siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario yang
sudah dipersiapkan. 6.
Masing-masing siswa duduk dikelompoknya, masing-masing sambil memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan.
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas sebagai
lembar kerja untuk membahas. 8.
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya. 9.
Guru memberikan kesimpulan secara umum 10.
Evaluasi Langkah
– langkah model Role Playing menurut Ngalimun 2014: 174 sebagai berikut: 1 guru menyiapkan skenario pembelajaran; 2 menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari beberapa skenario; 3 pembentukan kelompok siswa; 4 penyampaian kompetensi; 5 menunjuk siswa untuk melakonkan
skenario yang telah dipelajarinya; 6 kelompok siswa membahas peran yang dilakonkan oleh pelakon; 7 presentasi hasil kelompok; 8bimbingan
kesimpulan; 9 refleksi. Shoimin 2013: 162 menyebutkan beberapa kelebihan dan kelemahan dari
model Role Playing Kelebihan dari model Role Playing sebagai berikut. a.
Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh b.
Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda
c. Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan dan pada
waktu melakukan permaian d.
Berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa e.
Sangat menarik dalam ingatan siswa sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
f. Membangkitkan gairah dan optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan
rasa kebersamaan dan kesetiakawanan yang tinggi g.
Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung didalamnya dengan
penghayatan siswa sendiri h.
Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan atau membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Sedangkan kelemahan untuk model Role Playing adalah: a.
Bermain peran membutuhkan waktu yang relatif panjang atau banyak
b. Memerlukan keefektifan dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun
murid . ini tidak semua guru memilikinya c.
Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk melakukan suatu adegan tertentu
d. Apabila pelaksana sosiodrama dan bermain peran mengalami kegagalan,
bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
e. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui model ini.
Untuk mengatasi kelemahan dari media Role Playing ini menurut shoimin 2013: 161 dengan cara; 1 menyajikan atau membantu siswa memilih situasi
bermain peran yang tepat; 2 membangun suasana yang mendukung,yang mendorong siswa untuk bertindak “seolah-olah” tanpa perasaan malu; 3
mengelola situasi bermain peran dengan cara yang sebaik-baiknya untuk mendorong timbulnya spontanitas dan belajar; 4 mengajarkan keterampilan
mengopservasi dan medengarkan secara efektif kemudian menafsirkan dengan tepat apa yang mereka lihat dan dengar.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan acuan langkah – langkah
model Role Playing menurut Aqib 2013: 24. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa setiap model yang digunakan guru tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan. Guru sebaiknya mampu meminimalisasi dampak negatif dan kekurangan media tersebut dengan cara menyesuaikan dengan kondisi
siswa, lingkungan belajar, serta sarana yang tersedia di sekolah. Guru juga dapat mengkombinasikan model dengan media pembelajaran yang dapat membantu
kegiatan belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
2.1.7 Hakikat Media Pembelajaran