suhu tinggi, minyak, pengaruh udara dan ada pula kedap terhadap gas. . Setiawan Agus, 2008
2.4.1 Manfaat Karet Sintetis
Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Pengembangan karet sintetis secara besar-besaran dilakukan sejak zaman
Perang Dunia II. Ini berdasarkan anggapan yang terjadi selama dan sesudah perang bahwa kenyataannya jumlah suplai karet alam tidak akan mampu
memenuhi seluruh kebutuhan dunia akan karet. Umumnya karet sintetik diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu:
1. Kegunaan Umum Karet jenis ini sebanyak persen untuk keperluan pembuatan. Contoh: karet SBR,
poliisoprena, polibutadiena, EPDM. 2. Kegunaan khusus
Karet jenis ini untuk keperluan pembuatan produk-produk karet yang tahan terhadap aksi bahan kimia. Contoh: Karet-karet IIR, polikloroprena, NBR.
Surya,2006
2.4.2 Jenis Karet Sintetis
1. Untuk Keperluan Umum Karet sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan, bahkan
banyak fungsi karet alam yang dapat digantikannya. a
SBR Styrena Butadiene Rubber
Universitas Sumatera Utara
Jenis SBR merupakan jenis karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas
yang ditimbulkan juga rendah.namun SBR yang tidak diberi tambahan bahan penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibandingkan vulkanisat karet alam.
b BR Butadiene Rubber
Dibandingkan dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih rendah, dan penggolongannya juga tergolong sulit. Untuk membuat suatu
barang biasanya BR dicampur dengan karet alam atau SBR. c
IR Isoprene Rubber atau polyisoprene rubber Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan
polimer isoprene. Jenis IR memiliki kelebihan lain dibandingkan dengan karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih mantap.
2. Untuk Keperluan Khusus Jenis karet sintetis ini tidak terlalu banyak digunakan dibandingkan karet
sintetis yang pertama. Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus yang tidak dipunyai karet jenis pertama, yaitu tahan
terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu tinggi, serta kedap terhadap gas. a
IIR Isobutene Isoprene Rubber IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit
ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses
vulkanisasinya jenis IIR lambat matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya IIR tidak baik dicampur dengan
karet alam.
Universitas Sumatera Utara
b NBR Nytrile Butadien Rubber
NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak di butuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap
minyak. Sifat ini disebabkan oleh adanya kandungan akrilonitril didalamnya. Kelemahan NBR adalah sulit untuk plastisasi.
c CR Clhoroprene Rubber
CR memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibandingkan dengan NBR ketahanannya masih kalah. CR juga memiliki daya tahan
terhadap oksigen dan ozon di udara, bahkan juga terhadap panas nyala api. d
EPR Ethylene Propylene Rubber EPR sering disebut EPDM karena tidak hanya menggukan
monomer etilen dan propilen pada proses polimerisasinya melainkan juga monomer ketiga atau EPDM. Keunggulan yang dimiliki EPR adalah
ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
Selain jenis yang telah disebutkan, ada juga beberapa jenis karet sintetis yang jarang digunakan. Jenis ini antara lain karet akrilat, karet polisulfida, karet
poliuretan, karet flour, karet epikhloridrin, dan karet silicon. Harga jenis karet ini tergolong mahal.
2.5. Perbedaan Karet Alam dan Karet Sintetis