Bentuk Pariwisata Sarana dan Prasarana Pariwisata

hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang mengadakan konvensi.

2.3.4 Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit 2002: 37 bentuk pariwisata dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan sebagai berikut: 1. Menurut asal wisatawan. Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Jika asalnya dari dalam negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan. 2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran. Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing. Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini disebut pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut pariwisata pasif. 3. Menurut jangka waktu. Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek dan pariwisata jangka panjang, yang mana tergantung kepada ketentuan- ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau panjangnya waktu yang dimaksudkan. 4. Menurut jumlah wisatawan. Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan. 5. Menurut alat angkut yang dipergunakan. Dilihat dari alat angkut yang dipergunakan oleh wisatawan, maka kategori ini dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api dan pariwisata mobil, tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana dan prasarana diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan sebagainya serta prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan. Menurut Suwantoro 2004:21-22 adapun yang dimaksud dengan sarana dan prasarana pariwisata adalah sebagai berikut: 1. Sarana Pariwisata Sarana kepariwisataan tourism infrastructure adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana pariwisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. 2. Prasarana Pariwisata Prasarana infrastructure adalah semua fasilitas yang dapat memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air, telekomunikasi, pelayanan kesehatan, terminalpelabuhan, dan lain sebagainya. 2.3.6 Wisatawan Menurut Norval dalam Soekadijo 1996: 13 wisatawan merupakan setiap orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap atau untuk bekerja di situ secara teratur dan yang dinegara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat. Definisi lain mengenai wisatawan juga di kemukakan oleh U.N. Convention Concerning Customs Facilities for Touring yang ditetapkan pada tahun 1954. Menurut definisi itu yang disebut wisatawan ialah setiap orang yang datang di sebuah negara karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal setidak- tidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama. Menurut definisi ini orang yang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam bukan wisatawan. Adanya berbagai definisi tersebut menimbulkan kesulitan dalam membandingkan statistik pariwisata dari berbagai negara, maka IUOTO International Union of Official Travel Organization menyusun suatu definisi seragam mengenai wisatawan. Definisi tersebut menggunakan istilah pengunjung, untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa untuk keperluan apa saja, kecuali untuk melakukan pekerjaan yang digaji. Sedangkan menurut pemerintah indonesia dalam instruksi Presiden Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 yang dimaksud dengan wisatawan merupakan setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Berdasarkan definisi diatas dapat ditarik kesimpulan wisatawan merupakan setiap orang yang berkunjung ke suatu daerah dengan meninggalkan tempat tinggalnya untuk melakukan perjalanan. Menurut Liga Bangsa-Bangsa dan IUOTO yang bisa dianggap wisatawan adalah sebagai berikut : 1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain. 2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau karena tugas-tugas tertentu ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan, diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain. 3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha. 4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun tinggal disuatu negara kurang dari 24 jam.

2.4. Penelitian Terdahulu