26
• Rumusan penghargaan dan sanksi yang jelas dan penerapannya
yang tegas dan lugas. •
Berpihak pada yang lemah. •
Program pengajianpenguatan ruhiyah yang teratur dan berkelanjutan sebagai program dari BMT.
2.3 Produk-Produk Jasa Keuangan BMT Sama halnya dengan lembaga keuangan syariah lainnya, BMT
menawarkan berbagai jenis produk yang dikumpulkan dan disalurkan kembali kepada masyarakat. Produk-produk BMT Yusup dalam Endang, 2012 tersebut
mencakup atas:
2.3.1 Produk Pengumpulan Dana Masyarakat
Pelayanan jasa simpanan yang diselenggarakan oleh BMT merupakan suatu bentuk simpanan yang terkait dan tidak terikat atas jangka waktu dan syarat-
syarat tertentu dalam penyertaan dan penarikannya. Berkenaan dengan hal tersebut, maka jenis simpanan yang dapat ditawarkan oleh BMT relatif sangat
beragam sesuai dengan kebutuhan dan kemudahan yang dimiliki simpanan tersebut. Sedangkan transaksi yang mendasari bagi berlakunya simpanan BMT
adalah akad wadi’ah dan mudharabah. a.
Simpanan Wadi’ah adalah titipan dana ynag dilakukan setiap waktu dan dapat ditarik pemilik atau nasabah dengan cara mengeluarkan semacam
surat berharga pemindah bukuantransfer dan perintah membayar lainnya.
Universitas Sumatera Utara
27
Pihak-pihak penyimpan dana dapat menerima keuntungan bagi hasil yang sesuai dengan jumlah dana yang diinvestasikan di BMT. Simpanan terbagi
dua yaitu wadi’ah dhomanah dan wadi’ah amanah. b.
Simpanan Mudharabah adalah simpanan para pemilik dana yang penyetoran dan atau penarikannya dapat dilakukan sesuai dengan
perjanjian yang telah disepakati sebelumnya. c.
Selain kedua jenis simpanan tersebut, BMT juga mengelola dana ibadah seperti zakat, infaq, sedekah ZIS yang dalam hal ini BMT berfungsi
sebagai badan amil. Zakat adalah salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh setiap muslim.
2.3.2 Produk Penyaluran Dana
BMT bukan sekedar lembaga keuangan non-bank yang berfungsi sosial, tetapi juga dapat menjadi lembaga bisnis yang berperan dalam meningkatkan dan
membangun sistem perekonomian umat. Sejalan dengan kedua fungsi tersebut, maka kumpulan dana dari nasabah yang dikelola oleh BMT selanjutnya
disalurkan dalam bentuk pinjaman kepada masyarakat nasabah. Pinjaman yang diberikan oleh BMT kepada masyarakat disebut kredit pembiayaan. Kredit
pembiayaan merupakan suatu fasilitas produk yang diberikan oleh BMT kepada anggotanya untuk digunakan sebagai dana pendukung kegiatan usaha. Berbagai
bentuk pembiayaan yang ditawarkan oleh BMT kepada masyarakat bergantung kepada dua jenis akad, yaitu: musyarakah dan jual-beli bai’. Di antara
Universitas Sumatera Utara
28
pembiayaan yang sudah umum dikembangkan oleh BMT maupun lembaga keuangan syariah lainnya Yusup dalam Endang, 2012 adalah:
a. Pembiayaan Bai’ Bitsaman Ajil
Pembiayaan berakad jual-beli adalah suatu perjanjian pembiayaan yang disepakati antara BMT dengan anggotanya, dimana BMT menyediakan
dana investasi atau berupa pembelian barang modal dan usaha anggotanya yang kemudian proses pembayarannya dilakukan secara mencicil atau
angsuran. Jumlah kewajiban yang harus dibayarkan oleh pemnjam adalah jumlah atas harga barang modal dan mark-up yang telah disepakati
bersama. b.
Pembiayaan Murabahah Pembiayaan berakad jual-beli. Pembiayaan murabahah pada dasarnya
merupakan kesepakatan antara BMT dengan pemberi modal dan anggota sebagai peminjam. Prinsip yang digunakan adalah sama seperti
pembiayaan BBA, tetapi proses pengembaliannya akan dibayarkan pada saat jatuh tempo.
c. Pembiayaan Mudharabah
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara BMT dan anggota, di mana BMT menyediakan dana untuk
penyediaan modal kerja sedangkan peminjam berupaya mengelola dana tersebut untuk pengembangan usahanya.
Universitas Sumatera Utara
29
d. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan dengan akad syirkah adalah penyertaan BMT sebagai pemilik modal dalam kegiatan usaha, di mana terjadinya kesepakatan untuk
menanggung resiko dan keuntungan yang berimbang sesuai dengan penyertaan modal masing-masing.
e. Pembiayaan Qardhul Hasan
Pinjaman kebajikan yaitu suatu perjanjian antara BMT sebagai pemberi pinjaman dengan nasabah sebagai penerima pinjaman, baik berupa uang
maupun barang tanpa persyaratan adanya tambahan atau biaya apa pun. Peminjam nasabah berkewajiban mengembalikan uang atau barang yang
dipinjam, dengan jumlah yang sama dengan pokok pinjaman. BMT sebagai pemberi pinjaman tidak diperbolehkan meminta peminjam untuk
membayar lebih dari jumlah pokok pinjaman, akan tetapi BMT dibenarkan untuk menerima kelebihan pembayaran secara sukarela yang besarnya
tidak ditentukan sebelum akad, ini hukumnya sunnah. Tujuan utama pembiayaan Qardhul Hasan adalah untuk menolong peminjam yang
berada dalam keadaan terdesak, baik untuk hal-hal yang bersifat konsumtif maupun produktif. Peminjam dipilih secara selektif dan hati-hati terutama
kepada peminjam yang dinilai jujur dan mempunyai reputasi baik. Dana Qardhul Hasan ini berasal dari dana zakat, infaq, dan sedekah yang
dititipkan di BMT Sumitro: 107.
Universitas Sumatera Utara
30
Dana Qardhul Hasan ini dapat bersumber dari bagian modal BMT, keuntungan BMT yang disisihkan, atau dari lembaga lain atau individu
yang mempercayakan penyaluran infaknya kepada BMT. Dasar hukum dari Qardhul Hasan adalah sebagai berikut:
1. Q.S. Al-Baqarah 2: 282, “Hai orang-orang yang beriman, jika kamu
bermuamalah tidak secara tunai sampai waktu tertentu, buatlah secara tertulis…”
2. Q.S. Al-Hadid 57: 11, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada
Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan balasan pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala
yang banyak.” 3.
HR. Muslim “Orang yang melepaskan seorang muslim dari kesulitan dunia, Allah akan melepaskan kesulitan di hari kiamat; dan Allah
senantiasa menolong hamba-Nya selama ia suka menolong saudaranya.”
Adapun ketentuan mengenai Qardhul Hasan telah diatur dalam fatwa DSN No. 19DSN-MUIIX2000. Dalam fatwa ini, ketentuan umum
Qardhul Hasan adalah sebagai berikut: a.
Qardhul Hasan adalah pinjaman yang diberikan kepada nasabah muqtaridh yang memerlukan.
b. Nasabah Qardhul Hasan wajib mengembalikan jumlah pokok yang
diterima pada waktu yang telah disepakati bersama. c.
Biaya administrasi dibebankan kepada nasabah.
Universitas Sumatera Utara
31
d. Bank dapat meminta jaminan kepada nasabah bilamana dipandang
perlu. e.
Nasabah Qardhul Hasan bisa memberikan tambahan sumbangan dengan sukarela kepada bank selama tidak diperjanjikan dalam akad.
f. Jika nasabah tidak dapat mengembalikan sebagian atau seluruh
kewajibannya pada saat yang telah disepakati dan nasabah telah memastikan ketidakmampuannya, maka dapat memperpanjang waktu
pengembalian, atau menghapus write off sebagian atau seluruh kewajibannya.
2.4. Penelitian Terdahulu