Payne 1997:266, mengatakan bahwa: Pemberdayaan dipandang untuk menolong klien dengan membangkitkan tenaga dalam mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan sepanjang hidup, termasuk mengurangi efek atau akibat dari gejala- gejala pada masyarakat atau individu
untuk melatih agar kekuatan itu tumbuh dengan meningkatkan kapasitas percaya diri, antara lain melalui transfer daya dari lingkungannya.
Ife 1995: 182 dalam buku “community development: creating community alternatives-vision, analysis and practice
” memberikan batasan pemberdayaan sebagai upaya penyediaan kepada orang-orang atas sumber, kesempatan,
pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka menentukan masa depannya dan untuk berpartisipasi di dalam dan mempengaruhi
kehidupan komunitas mereka.
Sementara itu, Sutrisno 2000:185 menjelaskan, dalam perspektif pemberdayaan, masyarakat diberi wewenang untuk mengelola sendiri dana
pembangunan baik yang berasal dari pemerintah maupun dari pihak lain, disamping mereka harus aktif berpartisipasi dalam proses pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan pembangunan. perbedaannya dengan pembangunan partisipatif adalah keterlibatan kelompok masyarakat sebatas pada pemilihan, perencanaan,
dan pelaksanaan program, sedangkan dana tetap dikuasai oleh pemerintah.
2.3.2 Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat
Menurut Ellot dan brodhed dalam Onny S. Prijono 1996 : 105 mengatakan bahwa ada tiga pendekatan dalam memberdayakan masyarakat:
a. Pendekatan kemanusiaan
Tujuan pendekatan ini adalah membantu secara spontan dan sukarela kelompok masyarakattertentu yang membantu bantuan karena terkena
musibah. b.
Pendekatan pengembangan masyarakat Bertujuan mengembangkan, memandirikan dan menswadayakan masyarakat.
c. Pendekatan pemberdayaan masyarakat
Bertujuan memperkuat posisi tawar-menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor.
Pendekatan utama dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat tidak dijadikan objek dari berbagai proyek pembangunan, tetapi merupakan
subjek dari upaya pembangunannya sendiri. Berdasarkan konsep demikian, maka Kartasasmita 1996:28-29 mengemukakan pemberdayaan masyarakat harus
mengikuti pendekatan sebagai berikut: 1.
Proses Pemberdayaan Masyarakat yang Terarah Ini berhubungan dengan konsep pemberdayaan masyarakat yang harus
dilakukan dengan program yang simultan dan jelas antara input, pemberdayaan, dan output. Masyarakat menjadi bagian dari pemberdayaan
dengan pelibatan langsung untuk ikut serta memikirkan bagaimana kelanjutan dan hasil yang diharapkan. Masyarakat bukan sebagai objek semata, mereka
adalah bagian terintegrasi yang harus mendapatkan dampak langsung dari program pemberdayaan. Ini menuntut adanya pola terarah dengan program-
program dan rumusan pelaksanaan di lapangan yang mengarah pada aspek kebutuhan masyarakat itu sendiri.
2. Adanya Konsep Pendekatan Kelompok dalam Pemberdayaan
Masyarakat adalah bagian dari struktur paguyuban yang notabene tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan yang lain. Dalam hal ini, kerja sama di
antara mereka amat diperlukan demi membangun konsolidasi baik di dalam masyarakat itu sendiri maupun para pemangku kepentingan stakeholder.
Konsep pendekatan kelompok sangat diperlukan agar masyarakat dapat saling berbagi dalam upaya memahami dan menjalani. Selain itu, itu kemitraan usaha
antara kelompok tersebut dengan kelompok yang lebih maju harus terus- menerus dibina dan dipelihara secara saling menguntungkan dan
memajukan.Perubahan yang diharapkan juga tidak selalu harus terjadi secara cepat dan bersamaan dalam langkah yang sama. Kemajuan dapat dicapai
secara bertahap, langkah demi langkah, mungkin kemajuan-kemajuan kecil, juga tidak selalu merata. Pada satu sektor dengan sektor lainnya dapat berbeda
percepatannya, demikian pula antara satu wilayah dengan wilayah lain, atau suatu kondisi dengan kondisi lainnya. Dalam pendekatan ini, maka
desentralisasi dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan teramat penting. Tingkat pengambilan keputusan haruslah didekatkan sedekat mungkin kepada
masyarakat.
2.3.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat