20
2.2 Metode Eksperimen
2.2.1 Definisi Metode Eksperimen
Kata eksperimen berasal dari bahasa Yunan, yaitu “heuriskein” yang bearti saya menemukan. Metode pembelajaran eksperimen berkaitan dengan
aktivitas mendidik dengan memberikan baik dengan menggunakan alat seraya diperagakan, dengan harapan siswa menjadi jelas sekaligus dapat mempraktikan
materi yang dimaksud Majid, 2011: 153. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah 1996: 95 yang menyatakan metode eksperimen adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa melakukan percobaan dengan melibatkan diri atau mengalami sendiri sesuatu yang dipelajari. Dalam proses belajar mengajar,
dengan metode eksperimen, siswa diberi kesempatan untuk mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan
atau proses sesuatu Wiyanto Yulianti, 2009: 15. Dengan demikian, siswa dituntut untuk mengalami sendiri, mencari kebenaran, atau mencoba mencari
suatu hukum atau teori, dan menarik kesimpulan dari proses yang dialami. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra pada tahun 2013
menunjukan hasil bahwa dalam pembelajaran fisika melalui optimalisasi pengamatan gejala dalam kegiatan laboratorium akan membangun kompetensi
ilmiah untuk aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Melalui pembelajaran fisika dengan kegiatan laboratorium, kemampuan berpikirnya akan berkembang
karena siswa akan berusaha menjawab permasalahan guru baik secara individu maupun kelompok. Selain itu, ketika siswa melakukan pengamatan gejala-gejala
pada kegiatan eksperimen juga akan terbangun sikap dan psikomotornya.
21
2.2.2 Kelemahan dan Kelebihan Metode Eksperimen
Metode eksperimen kerap kali digunakan karena memiliki keunggulan seperti yang di ungkapkan oleh Kantek 2013: 7 bahwa dengan eksperimen siswa
berlatih menggunakan metode ilmiah, siswa akan aktif berpikir dan berbuat, serta membuktikan sendiri kebenaran suatu teori atau hukum. Sehingga siswa yang
melakukan kegiatan eksperiman maka siswa tersebut tidak mudah percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya sebelum ia membuktikan kebenarannya
sendiri Djamarah, 1996: 95, selain itu siswa juga akan lebih aktif belajar sendiri dengan bimbingan guru.
Sedangkan kelemahan pembelajaran eksperimen dikemukakan oleh Ramacahyati sebagaimana dikutip oleh Kantek 2013: 7 yaitu memerlukan
keterampilan dan kemahiran dalam membuat serta menggunakan alat-alat eksperimen. Selain itu, apabila alat-alat dalam laboratorium tidak cukup maka
akan mengakibatkan tidak setiap siswa berkesempatan mengadakan eksperimen, karena jika siswa melakukan eksperimen bergantian maka akan membutuhkan
waktu yang lama dan akan mengakibatkan terganggunya mata pelajaran yang lain. Berdasarkan kelemahan tersebut sehingga guru menemukan kreativitas untuk
membuat alat peraga yang dapat dibuat oleh siswa.
2.2.3 Langkah-langkah Metode Eksperimen