71
keterampilan mengamati siswa sudah mengalami peningkatan dan siswa sudah mulai terbiasa dengan kegiatan pembelajaran.
Penerapan model Project Based Learning dengan metode eksperimen ini membuat siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan mengamati.
Keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar, bagaimana mengamati objek dan fenomena alam dengan menggunakan panca
indera Dimyati Mudjiono, 2009: 141. Pada awal pembelajaran guru memberikan pertanyaan berupa penugasan kepada siswa untuk melakukan suatu
aktivitas Daryanto, 2014: 27. Siswa menggunakan panca indera mereka untuk melakukan aktivitas yang ditugaskan oleh guru, misalnya aktivitas siswa ketika
sedang bercermin, siswa mengamati adakah bayangan yang terbentuk pada cermin dan bagaimana sifat bayangan yang terbentuk. Siswa juga dapat mengamati
ruangan yang terang dan ruangan yang gelap, sehingga selanjutnya siswa akan memahami bagaimana proses pemantulan cahaya yang menyebabkan keadaan
gelap dan terang. Inilah mengapa keterampilan mengamati merupakan keterampilan proses yang paling dasar.
4.2.1.2 Keterampilan Mengklasifikasi
Berdasarkan Tabel 4.2, persentase ketuntasan kelas pada aspek mengklasifikasi yang diraih dari penilaian tes tertulis dan observasi mengalami
peningkatan dengan kriteria sedang. Persentase ketuntasan kelas berdasarkan penilaian observasi lebih tinggi daripada persentase ketuntasan kelas
berdasarkan penilaian tes tertulis, meskipun pada uji gain menunjukan bahwa
72
peningkatan keterampilan proses yang dinilai melalui tes tertulis lebih tinggi dibandingkan dengan penilaian dengan lembar observasi.
Beberapa siswa sudah dapat mengklasifikasikan atau mengkelompokan jenis-jenis sinar istimewa pada cermin cekung dan cembung. Selain itu, siswa
juga dapat membedakan gambar mana saja yang menunjukan pembentukan bayangan pada cermin datar, cekung dan cembung. Keterampilan siswa dalam
mengklasifikasi sudah cukup baik. Hal ini disebabkan pada proses pembelajaran dengan model Project Based Learning dengan metode eksperimen terdapat
langkah mengumpulkan dan menyusun materi dan informasi sebagai bahan eksperimen Rahman, 2007: 2, siswa melakukan percobaan dengan
menggunakan proyek berulang-ulang dan melakukan praktikum untuk memperoleh informasi tersebut sehingga siswa semakin paham dan dapat
mengelompokan berbagai objek berdasarkan sifat-sifat khususnya.
4.2.1.3 Keterampilan Membuat Hipotesis
Pada Tabel 4.2, persentase ketuntasan kelas pada aspek membuat hipotesis yang diraih dari penilaian tes tertulis dan observasi mengalami
peningkatan dengan kriteria sedang. Persentase ketuntasan kelas berdasarkan penilaian observasi lebih tinggi daripada persentase ketuntasan kelas
berdasarkan penilaian tes tertulis, meskipun pada uji gain menunjukan bahwa peningkatan keterampilan proses yang dinilai melalui tes tertulis lebih tinggi
dibandingkan dengan penilaian dengan lembar observasi. Keterampilan siswa dalam membuat hipotesis sudah cukup baik
meskipun skor yang diperoleh dari hasil tes dan observasi menunjukan hasil yang
73
lebih kecil apabila dibandingkan dengan keterampilan mengamati dan mengklasifikasi, beberapa siswa sudah dapat menghipotesis arah sinar pantul yang
dipantulkan dari cermin ketika ada cahaya yang datang sejajar mengenai cermin tersebut. Hal ini disebabkan karena penerapan model Project Based Learning
dengan metode eksperimen pada langkah menguji hasil Daryanto, 2014: 28, siswa yang melakukan kegiatan eksperiman maka siswa tersebut tidak mudah
percaya pada sesuatu yang belum pasti kebenarannya sebelum ia membuktikan kebenarannya sendiri Djamarah, 1996: 95. Siswa dituntut untuk melakukan
eksperimen dengan menggunakan proyek yang mereka buat dan melakukan praktikum dengan menggunakan cermin sungguhan dilaboratorium. Sebelum
mereka melakukan praktikum, mereka harus membuat hipotesis terlebih dahulu. Sehingga ketika mereka melakukan percobaan dengan letak benda dari cermin
yang bervariasi, maka mereka juga harus membuat hipotesis sifat bayangan yang terbentuk dari letak benda yang bervariasi.
4.2.1.4 Keterampilan Menganalisis