Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga Terhadap Pencarian Pengobatan

54

5.1.4 Pekerjaan

Data mengenai pekerjaan responden diperoleh melalui wawancara dengan kuesioner sebagai panduan wawancara yang dilakukan pada 75 responden. Dari 75 responden ternyata yang terbanyak adalah responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga berjumlah 57 orang 76,0 dan yang paling sedikit pegawai swasta berjumlah 2 orang 2,7.

5.2 Pengaruh Agen Sosialisasi Keluarga Terhadap Pencarian Pengobatan

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa jawaban responden yang paling banyak adalah akan berdiskusi dengan ayah ketika ada anggota keluarga yang sakit yaitu sebesar 33 orang 44,0. Hal ini disebabkan ayah adalah seorang kepala keluarga yang menentukan segala keputusan dalam suatu keluarga sehingga banyak masyarakat di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang yang akan berdiskusi dahulu dengan ayah sebelum mengambil tindakan dalam pencarian pengobatan. Sedangkan anggota keluarga lain yang paling banyak diajak berdiskusi oleh responden mengenai pengobatan adalah anak yaitu sebesar 16 orang 21,3. Hal ini disebabkan karena anak adalah keluarga yang paling dekat terutama anak pertama perempuan yang dianggap lebih sering berada di rumah dan memiliki kesempatan untuk mengunjungi keluarganya walaupun tidak tinggal satu atap. Dari 75 responden ternyata anggota keluarga yang paling sering untuk menyarankan datang ke pelayanan kesehatan baik pelayanan medis maupun tradisional adalah ibu sebanyak 28 orang 37,3 menyarankan ke pelayanan medis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 55 dan 32 orang 42,7 yang menyarankan ke pengobatan tradisional. Sedangkan dari keluarga lain adalah anak sebanyak 12 orang 37,3 menyarankan ke pelayanan medis dan 11 orang 14,7 menyarankan ke pengobatan tradisional. Dari angka tersebut terlihat bahwa pengaruh ibu dan anak sangat besar dalam pemilihan tempat pengobatan. Begitu pula untuk pengawasan minum obat, ternyata pengaruh ibu agar responden dapat minum obat secara teratur lebih besar dibandingkan anggota keluarga yang lain yaitu sebesar 35 orang 46,7 responden akan minum obat secara teratur jika ada pengawasan dari seorang ibu dan sebanyak 12 orang 16,0 responden akan minum obat jika ada pengawasan dari anak. Hal ini disebabkan ibu dan anak lebih sering berada di rumah sehingga lebih bisa mengawasi keteraturan minum obat pada keluarganya. Dari 75 responden ternyata seluruhnya akan berobat ke pelayanan medis jika menderita sakit. Dan dari 75 orang tersebut ada 44 orang 58,7 yang tidak hanya berobat ke pelayanan medis tetapi juga akan berobat ke pengobatan tradisional dukun, terutama jika mereka mengganggap bahwa penyakit yang mereka derita karena perbuatan orang lain yang dengki santet atau penyakit karena mereka tingkah laku yang tidak baik. Ini menunjukkan bahwa masyarakat di desa tersebut lebih percaya berobat ke pelayanan medis dibandingkan pengobatan tradisional. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo 2010, yang menyatakan bahwa masyarakat akan mencari pengobatan ketika mereka sakit baik itu pengobatan ke pelayanan medis rumah sakit, prakter dokter, puskesmas, petugas kesehatan maupun ke pengobatan tradisional dukun. Hasil tersebut juga sesuai dengan penelitian Raflis 2013 yang dilakukan terhadap 95 mahasiswa rumpun fakultas non- Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 56 eksakta Universitas Sumatera Utara tentang pencarian pengobatan bahwa responden lebih percaya dengan pelayanan medis dibandingkan pengobatan tradisional yaitu sebanyak 77 orang. 81,05 berobat ke pelayanan medis jika sakit dan sebanyak 43 orang.45,26 berobat ke pengobatan tradisional jika sakit. Hasil uji statistik korelasi Spearman menunjukkan nilai p = 0,001 0,05, artinya agen sosialisasi keluarga memiliki hubungan yang bermakna dengan pola pencarian pengobatan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan secara statistik dengan menggunakan uji regresi linear bahwa nilai B = 0,721, artinya keluarga memberikan pengaruh sebesar 72,1 terhadap pencarian pengobatan. Hal ini karena keluarga merupakan orang terdekat dan tinggal serumah yang selalu bisa mengetahui keadaan kesehatan anggota keluarganya di desa tersebut sehingga bisa memberikan perhatian dan saran-saran ketika menderita suatu penyakit dan mereka pun dapat langsung bertindak untuk mencari pengobatan untuk penyakit mereka dengan segera dengan dorongan dari keluarga mereka. Notoatmodjo 2003, menyatakan dukungan yang berasal dari lingkungan keluarga sangat berpengaruh besar untuk mendorong sesama anggota keluarga untuk melaksanakan sesuatu perilaku yang baru. Pernyataan ini sesuai dengan kondisi masyarakat di Desa Simpang Empat Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang, bahwa sebelum mereka melakukan sesuatu, sering terlebih dahulu meminta pendapat orang lain terutama keluarga untuk mempertimbangkan apakah tindakan itu baik atau tidak untuk dilakukan. Hal ini menunjukkan bahwa setiap individu sejak lahir berada di dalam suatu kelompok terutama kelompok keluarga, dimana kelompok Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 57 ini akan membuka kemungkinan yang sangat besar untuk dipengaruhi dan mempengaruhi anggota-anggota keluarga. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan Hidayat 2012, yang mengemukakan menyatakan bahwa pola pencarian pengobatan pada masyarakat yang sangat dipengaruhi oleh keluarga terjadi turun-temurun sehingga Masyarakat cenderung melakukan pengobatan yang sama dengan anggota keluarganya karena sedikitnya sumber informasi atau pengetahuan tentang pengobatan yang didapatkan oleh masyarakat sehingga keluarga menjadi satu-satunya acuan dalam hal mencari pengobatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tinendung 2009, tentang pencarian pengobatan pada suku Pak-pak di Sidiangkat yang menemukan bahwa masyarakat cenderung mendengarkan pengalaman keluarga. Pengalaman yang berarti telah membuktikan baik sengaja maupun tidak dan cerita dari anggota keluarga, terutama orang tua akan membuat semakin percaya dan yakin terhadap sesuatu hal. Demikian juga dalam pola pencarian pengobatan, yang besar prosesnya didukung oleh pengalaman dan kepercayaan.

5.3 Pengaruh Komunikasi Interpersonal Terhadap Pencarian Pengobatan