Pengelolaan Perseroan Terbatas Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

a. Pendafrtaran perseroan. Direksi persroan wajib mendaftaran dalam daftar perusahaan akta pendirian beserta surat pengesahan Menteri Kehakiman paling lambat tiga puluh hari setelah pengesahan diberikan Pasal 28 UUPT Pendaftaran ini wajib dilakukan dalam jangka waktu tiga bulan setelh perusahaan mulai menjalankan usahanya. b. Pengumuman dalam tambahan berita negara. Ketentuan Pasal 30 UUPT, perseroan yang telah didaftarkan diumumkan dalam tanbahan berita negeara. Menurut ketentuan Undang-Undang. Nomor 2 Tahun 1950 Tentang Lembaran Negara dan pengumuman, permohonan pengumuman ditujukan kepada menteri kehakiman, kemudian Menteri Kehakiman akan menerbitkan Berita Negaratambahan berita negara dengan menberi nomor dan tahun penerbitan. Dalam berita Negara tambahan Berita Negara dimuat akat pendirian dan surat pengesahan perseroan

C. Pengelolaan Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas adalah perusahaan yang modalnya terbagi atas saham- saham, dan tanggungjawab sekutu pemegang saham terbatas pada jumlah saham yang dimilikinya. Sehubungan dengan itu orang yang mempunyai tagihan terhadap PT tidak dapat langsung menagih kepada para pemegang saham , melainkan kepada PT, sebab PT adalah badan hukum Universitas Sumatera Utara 1. Ciri-ciri PT antara lain : a. Bertujuan mencari keuntungan b. Mempunyai fungsi komersial dan ekonomi c. Tidak memperoleh fasilitas Negara d. Dipimpin oleh direksi e. Pegawainya berstatus pegawai perusahaan swasta f. Pemerintah sebagai pemegang saham g. Hubungan usaha diatur dalam hukum perdata 2. Diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 3. Didirikan oleh minimal 2 orangpribadi hukum. 4. Mempunyai minimal modal dasar sekarang minimal modal dasar Rp. 50.000.000,- 5. Minimal modal yang harus disetor ke Bank 25 dari minimal modal dasar. 6. Tanggung jawab terbatas dari para pemegang saham. 7. Didirikan dengan Akta Notaris dan berlaku sejak disahkan oleh Menteri Kehakiman sekarang Menteri Hukum dan HAM. 8. Bertindak secara pribadi hokum 9. Memiliki harta kekayaan sendiri Perseroan terbatas selain kekayaan perusahaan dan kekayaan pemilik modal terpisah juga ada pemisahan antara pemilik perusahaan dan pengelola perusahaan. Pengelolaan perusahaan dapat diserahkan kepada tenaga-tenaga ahli dalam bidangnya profesional. Struktur organisasi perseroan terbatas terdiri dari pemegang saham, direksi, dan komisaris. Dalam PT, para pemegang saham Universitas Sumatera Utara melimpahkan wewenangnya kepada direksi untuk menjalankan dan mengembangkan perusahaan sesuai dengan tujuan dan bidang usaha perusahaan. Dalam kaitan dengan tugas tersebut, direksi berwenang untuk mewakili Perusahaan, mengadakan perjanjian dan kontrak, dan sebagainya. Apabila terjadi kerugian yang amat besar diatas 50 maka direksi harus melaporkannya ke para pemegang Saham dan pihak ketiga, untuk kemudian dirapatkan. Komisaris memiliki Fungsi sebagai Pengawas kinerja jajaran direksi perusahaan. Komisaris bisa memeriksa pembukuan, menegur direksi, memberi petunjuk, bahkan bila perlu memberhentikan direksi dengan menyelenggarakan RUPS untuk mengambil keputusan apakah direksi akan diberhentikan atau tidak. Rapat Umum Pemegang Saham, semua pemegang saham sebesarsekecil apapun sahamnya memiliki hak untuk mengeluarkan suaranya. Dalam RUPS sendiri dibahas masalah-masalah yang berkaitan dengan evaluasi kinerja dan kebijakan perusahaan yang harus dilaksanakan segera. Bila pemegang saham berhalangan, dia bisa melempar suara miliknya ke pemegang lain yang disebut Proxy Hasil RUPS biasanya dilimpahkan ke komisaris untuk diteruskan ke direksi untuk dijalankan. Isi RUPS : 1. Menentukan direksi dan pengangkatan komisaris 2. Memberhentikan direksi atau komisaris 3. Menetapkan besar gaji direksi dan komisaris 4. Mengevaluasi kinerja perusahaan 5. Memutuskan rencana penambahan pengurangan saham perusahaan Universitas Sumatera Utara 6. Menentukan kebijakan perusahaan 7. Mengumumkan pembagian laba dividen Pengelolaan suatu PT dilaksanakan oleh Direksi dan berpedoman pada Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga dan keputusan-keputusan RUPS. Pelaksanaan tugas pengelolaan PT sangat luas, namun perbuatanperbuatan Direksi dibatasioleh maksud dan tujuan didirikannya PT. Maksud dan tujuan PT masuk sebagai : 38 1. Sumber kekuasaan dan kewenangan Direksi. 2. Sebagai pembatas kewenangan bertindak Direksi baik sebagai pengurus maupun sebagai perwakilan perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh Direksi yang masih dalam ruang lingkup maksud dan tujuan PT didirikan. Perbuatan tersebut disebut perbuatan Intra Vires. Perbuatan-perbuatan yang masih dalam lingkup Intra Vires menjadi tanggung jawab PT. Perbuatan- perbuatan hukum Direksi baik yang bersifat pengelolaan maupun perwakilan yang tidak termasuk ruang lingkup maksud dan tujuan PT didirikan disebut perbuatan Ultra Vires, dan perbuatan tersebut menjadi tanggung jawab Direksi yang bersangkutan. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perusahaan apabila yang bersangkutanbersalah atau lalai menjalankan tugasnya. Tanggung jawab ini baik secara pidana ataupun secara perdata. Hal ini ditentukan dalam pasal 85 UUPT yang antara lain menyebutkan, bahwa setiap 38 Abdulkadir Muhammad.Hukum Perusahaan Indonesia.Bandung: Citra Aditya Bakti,2006, hlm. 89 Universitas Sumatera Utara Direksi wajib dengan etikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai daam menjalankan tugasnya, kecuali apabila dapat membuktikan bahwa : 1. Kerugian tersebut terjadi bukan karena kesalahan atau kelalaiannya. 2. Direksi telah melakukan pengelolaan dengan itikad baik dan berhati-hati. 3. Dapat membuktikan Direksi yang bersangkutan tidak mempunyai kepentingan baik langsung maupun tidak atas tindakannya yang mengakibatkan kerugian. 4. Direksi telah mengambil tindakan untuk mencegah timbulnya atau berlanjutnya kerugian. Dewan Komisaris Komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada Direksi baik diminta ataupun tidak dalam menjalankan perseroan. Dalam menjalankan tugasnya, Komisaris dapat membentuk komite audit untuk membantu pelaksanaan tugas komisaris. Jumlah komite audit disesuaikan dengan keperluannya. Misalnya komite audit keuangan tahunan, SDM, dll. Pada dasarnya, Komisaris tidak mempunyai kewenangan dan tidak mempunyai fungsi kepengurusan. Namun, apabila Direksi berhalangan, maka Komisaris dapat diberikan kewenangan untuk melakukan pengurusan atau pengelolaan sesuai dengan atau dengan keputusan RUPS. Alasan kedua, apabila Direksi terdapat benturan antara kepentingan Direksi dengan kepentingan PT. Wewenang dan kewajiban Komisaris ditetapkan dalam Anggaran Dasar. Seperti halnya pengurus, Universitas Sumatera Utara maka Komisaris dapat menjalankan tugasnya wajib dengan etikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugasnya untuk kepentingan dan usaha perseroan. Setiap perseroan terbatas, wajib mempunyai komisaris dan jumlah anggota Komisaris disesuaikan dengan keperluan PT. Namun, bagi PT yang mengelola dana masyarakat atau telah menjual sahamnya dipasar modal PT Tbk., yang telah mengeluarkan surat pengakuan hutang obligasi, wajib memiliki Komisaris paling sedikit 2 dua orang. Persyaratan untuk dapat diangkat menjadi Komisaris, sama dengan persyaratan menjadi Direksi. Pengangkatan menjadi Komisaris untuk yang pertama kali pada proses pendirian PT dilakukan oleh para pendiri perusahaan bukan RUPS yang kemudian diungkapkan dalam akta notaris Anggaran Dasar Pendirian PT. Setiap anggota dewan Komisaris wajib bekerja dengan itikad baik, hati-hati dan bertanggung jawab dala menjalankan tugas pengawasan dan pemberian nasihat jalannya kepengurusan oleh Direksi agar perseroan terbatas tetap sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rencana Kerja Perusahaan. Setiap anggota dewan Komisaris bertanggung jawab atas kerugian PT apabila Komisaris bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya, kecuali Komisaris dapat membuktikan bahwa : Komisaris telah melakukan pengawasan dengan itikad baik dan hati-hati  sesuai dengan Anggaran Dasar Perusahaan. Komiksaris tidak memiliki kepentingan pribadi baik langsung maupun tidak atas tindakan kepengurusan atau kepengelolaan yang Dilakukan Direksi yang kemudian tindakan tersebut mengakibatkan kerugian Komisaris telah memberikan nasihat kepada Direksi untuk mencegah  timbulnya atau Universitas Sumatera Utara berlanjutnya kerugian. Apabila perusahaan pailid bukan karena kesalahan atau kelalaian  Komisaris. D. Tanggung Jawab Perseroan Terbatas Ada tiga macam tanggung jawab hukum yaitu tanggung jawab hukum dalam arti accountability, responsibility dan liability. Tanggung jawab dalam arti accountability adalah tanggung jawab hukum dalam kaitan dengan keuangan, misalnya akuntan harus bertanggung jawab atas hasil pembukuan, sedangkan esponsibility adalah tanggung jawab dalam arti yang harus memikul beban. Tanggung jawab dalam arti liability adalah kewajiban menanggung atas kerugian yang diderita 39 Tanggung jawab dalam arti responsibility juga diartikan sebagai sikap moral untuk melaksanakan kewajibannya, sedang tanggung jawab dalam arti liability adalah sikap hukum untuk mempertanggung jawabkan pelanggaran atas kewajibannya atau pelanggaran atas hak pihak lain. Joling memberikan pengertian responsibility sebagai Responsibility refers to the quality of being morally, legally or mentally accountable artinya: tanggung jawab berhubungan dengan kualitas untuk menjadi bertanggung jawab secara moral, hukum dan mental, sedangkan Blacks Law Dictionary mengartikan responsibility sebagai the state of being answerable for an obligation, include judgment, skill and capacitydan liability sebagai condition of being actually or potentially subject to an obligation; condition of being responsible for a possible or actual loss, penalty, 39 http:els.bappenas.go.iduploadotherTanggung-Jawab-Hukum-PT.doc diakses pada tgl 11 Juni 2015 Universitas Sumatera Utara evil expenses or burden; condition with create a duty to perform act immediately or in the future.”Tanggung jawab direksi dalam arti responsibility dan liability yaitu sebagai berikut Responsibilities: Legislation imposes various obligations on companies, which require the directors to ensure that the company complies with certain minimum requirements, and provides penalties for breach of statutory duties Liabilities: A director may also incur personal liability under legislation relating to the company, since some legislation provides that not only is the company liable but also any director who knowingly authorised by the company. Bila diartikan dakam Bahasa Indonesia, Responsibilities adalah Peraturan menentukan bermacam-macam kewajiban kepada perusahaan, yang memerlukan direktur untuk memastikan bahwa perusahaan patuh dengan syarat minimum tertentu, dan menyediakan sanksi kepada pelanggaran dari kewajiban menurut undang-undang, Liabilities adalah direktur juga harus menimbulkan tanggung jawab pribadi dibawah peraturan yang berkaitan dengan perusahaan, sejak beberapa peraturan menetapkan bahwa tidak hanya perusahaan bertanggungjawab tetapi juga direktur yang diketahui telah diberikan kuasa oleh perusahaan. Mengenai tanggung jawab hukum direksi dalam bentuk liability bisa diperhatikan kutipan berikut ini, yaitu: 40 Aansprakelijkheid is een begrip uit het : burgerlijk recht. Met aansprakelijkheid wordt bedoeld dat de ene persoon gehouden is de schadevan een andere persoon te vergoeden. De persoon in kwestie is aansprakelijk voor die schade. 40 http:nl.wikipedia.orgwikiAansprakelijkheiddiakses tgl 10 Juni 2015 Universitas Sumatera Utara Dari pernyataan di atas dapat dilihat bahwa seseorang yang menerbitkan suatu kerugian harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Sehingga seorang direksi yang merupakan wakil dari perseroan juga harus mengganti rugi atas kerugian yang telah diterbitkannya. UUPT memperkenalkan beberapa macam sistem otoritas bagi para pihak dalam suatu perseroan. Perbedaan sistem otoritas ini pula yang juga membedakan tanggung jawab di antara masing-masing pihak tersebut. Sistem otoritas dalam UUPT dapat dibedakan sebagai berikut: 41 1. Dalam hal kewenangan untuk mewakili perseroan. Seperti yang disebutkan dalam Pasal 92 ayat 5 UUPT bahwa jika direktur lebih dari satu orang, maka yang berwenang mewakili perseroan adalah setiap anggota direksi, kecuali ditentukan lain oleh UUPT sendiri danatau oleh anggaran dasar. 2. Dalam hal ada kesalahan direktur. Jika seseorang anggota direksi melakukan kesalahan termasuk kelalaian dalam menjalankan tugasnya, maka dia akan bertanggung jawab penuh secara pribadi bukan tanggung jawab bersama. Jadi, pada prinsipnya anggota direksi yang lain terbebas dari tanggung jawabnya Pasal 97 ayat 3 UUPT. Berbeda dengan organ komisaris yang melaksanakan tugas secara majelis, maka organ direksi melaksanakan tugas- tugas perseroan secara ”kolegial”. Ini berarti bahwa dalam hal lebih dari seorang direktur, sungguh pun dibuka kemungkinan bagi seorang direktur untuk mewakili perseroan tanpa perlu ikut direktur yang lainnya, tetapi sejauh masih merupakan tindakan perseroan dan 41 Munir Fuady, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek Buku Ketiga Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002, hlm. 74. Universitas Sumatera Utara tidak melanggar prinsip ”semi fiduciary duty”, maka menurut Pasal 97 Berlakunya sistem otoritas individual representatif terhadap anggota direksi yang melakukan kesalahan ini sebenarnya sebagai konsekuensi dari berlakunya tugas semi fiduciary dari direktur, yakni adanya kewajiban dari direksi untuk melakukan tugasnya dengan ”itikad baik” dan ”penuh tanggung jawab”. 3. Sistem kolegial Berbeda dengan organ komisaris yang melaksanakan tugas secara majelis, maka organ direksi melaksanakan tugas- tugas perseroan secara ”kolegial”. Ini berarti bahwa dalam hal lebih dari seorang direktur, sungguhpun dibuka kemungkinan bagi seorang direktur untuk mewakili perseroan tanpa perlu ikut direktur yang lainnya, tetapi sejauh masih merupakan tindakan perseroan dan tidak melanggar prinsip ”semi fiduciary duty”, maka menurut Pasal 9 ayat 3 dan 4 UUPT, direktur yang lainnya yang sebenarnya tidak ikut berbuat, juga ikut bertanggungjawab secara bersama-sama renteng. Inilah makna sistem perwakilan ”kolegial” dari direksi. Sistem kolegial direksi da lam hal seperti ini bersifat mutlak, dalam arti tidak terbuka kemungkinan pengecualiannya. Jadi walaupun dalam rapat direksi, seorang direktur telah memberikan suara abstain atau bahkan menentang, tetapi oleh UUPT tidak dibuka kemungkinan agar direktur yang bersangkutan lepas tanggung jawab, sehingga terpaksa ditafsirkan bahwa dia juga ikut bertanggungjawab. Sistem pelaksanaan tugas secara kolegial ini juga berlaku terhadap direktur yang melakukan tugas-tugas perseroan setelah anggaran dasarnya disahkan oleh Menteri Kehakiman, tetapi belum didaftarkan dalam daftar perusahaan dan belum diumumkan dalam berita negara. Terhadap Universitas Sumatera Utara tindakan perseroan yang dilakukan direksi sebelum adanya pendaftaran dan pengumuman tersebut, direksi bertanggung jawab secara bersama-sama renteng. Bahkan dalam hal ini, keteledoran dalam pendaftaran mengantarkan direksinya tidak saja bertanggung jawab secara perdata, tetapi juga ikut bertanggung jawab secara pidana berdasarkan ketentuan wajib daftar perusahaan. UUPT tidak memberikan kemungkinan tindakan ”ratifikasi”. Jadi tanggung jawab renteng tersebut bersifat mutlak. 4. Prinsip presumsi kolegial Prinsip ini berlaku tidak ubahnya dengan prinsip umum dari tanggung jawab kolegial, yakni tanggung jawab renteng, misalnya di antara para direktur, jika salah seorang direktur menyebabkan kerugian bagi orang lain sejauh hal tersebut dilakukannya tidak dalam hal melanggar anggaran dasar, atau melanggar tugas ”semi fiduciary” dari direktur. Hanya saja, terhadap prinsip presumsi kolegial ini dibuka kemungkinan pengecualiannya dengan sistem pembuktian terbalik ompkering vanbewijst last. Artinya kepada anggota direktur diberikan kemungkinan untuk mengelak dari tanggungjawab renteng jika dia dapat membuktikan bahwa dia tidak bersalah. Sistem tanggung jawab presumsi kolegial ini berlaku misalnya dalam hal tanggung jawab renteng direksi yang karena kesalahannya menimbulkan kepailitan terhadap suatu perseroan. Anggota direksi yang dapat membuktikan bahwa kepailitan perseroan tersebut bukan karena kesalahannya atau kelalaiannya, maka dia tidak ikut bertanggung jawab secara renteng dengan anggota direktur lainnya Pasal 104 ayat 4 UUPT . Universitas Sumatera Utara 5. Prinsip tanggung jawab individual non representatif Pada prinsipnya seseorang harus bertanggung jawab individu atas segala tindakan yang dilakukannya secara individu pula. Inilah yang disebut prinsip tanggung jawab individual non representatif. Dalam hal ini apakah seorang pekerja dapat dianggap sebagai pemikul beban tanggung jawab individual non representatif? Jika dia melakukan tugas yang menyimpang dari tugas yang seharusnya dilakukan untuk perusahaannya, maka benar dia bertanggung jawab secara individu non representatif. Maksudnya, dia mesti bertanggung jawab secara pribadi. Demikian juga kewenangan diikuti dengan tanggung jawab yang diberikan kepada setiap pemegang saham, tanpa melihat berapa persen saham yang diwakilinya, dapat menggugat perseroan ke Pengadilan karena ketidakadilan atau ketidakwajaran yang dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, direksi atau komisaris Pasal 61 ayat 1 UUPT. 6. Prinsip tanggung jawab representatif pengganti Jika seorang pekerja dalam hal melakukan tugasnya menertibkan kerugian bagi orang lain, maka dalam hal ini tidak berlaku prinsip tanggung jawab non representatif. Karena, sungguhpun teori vicarious liability tanggung jawab pengganti tidak dengan tegas dianut oleh sistem hukum kita, tetapi sudah mulai ada yurisprudensi maupun hukum kerja yang mengarah ke sana. Karena itu pula, jika seorang pekerja dalam melakukan tugasnya ternyata kemudian menimbulkan kerugian kepada pihak lain, maka ada kemungkinan atasannya, termasuk direktur yang membawahinya, atau bahkan perusahaannya yang harus menanggung beban Universitas Sumatera Utara tanggung jawab. Dalam hal ini sudah berlaku prinsip tanggung jawab representatif pengganti. Representatif karena pekerja tersebut bertindak untuk perusahaan dalam menjalankan tugasnya, dan pengganti karena atasannya atau perusahaannya harus mengambil alih tanggung jawabnya. 7. Prinsip tanggung jawab kolektif representat. Suatu kelompok orang tertentu yang ikut terlibat dalam pelaksanaan tugas- tugas perseroan dapat mewakili atau menjalankan tugas persero secara bersama- sama, dengan tanggung jawab juga bersama. Sistem seperti ini dapat disebut dengan sistem tanggung jawab secara kolektif representatif. UUPT mengenal sistem tanggung jawab seperti ini, misalnya dalam hal Derivative Suit. UUPT memperkenalkan semacam derivative suit kepada pemegang saham. Dalam hal ini, seorang atau lebih pemegang saham dengan jumlah paling sedikitnya 10 diberikan kewenangan untuk dan atas nama perseroan untuk melakukan gugatan kepada anggota direksi atau kepada komisaris ke Pengadilan Negeri yang berwenang Pasal 97 ayat 6 dan Pasal 114 ayat 6 UUPT. 8. Prinsip tanggung jawab kolektif non representatif Dalam hal ini yang dimaksudkan adalah bahwa sekelompok orang tertentu yang merupakan pihak yang terlibat dalam perusahaan diberikan kewenangan secara kelompok tetapi tidak untuk mewakili atau bertindak untuk dan atas nama perseroan, dan selanjutnya kelompok tersebut juga ikut memikul tanggung jawab secara kelompok pula. UUPT memperkenalkan sistem tanggung jawab kolektif non representatif ini yang diberikan kepada pihak yang terlibat dalam perseroan, yaitu kepada kelompok pemegang saham dan kelompok pekerja. Universitas Sumatera Utara 63 BAB IV PERUBAHAN KOPERASI APABILA MENJADI PERSEROAN TERBATASDITINJAU UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

A. Penyebab Perubahan Koperasi Apabila Menjadi Perseroan