LatarBelakang Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN

A. LatarBelakang

Proklamasi kemerdekaan Indonesia yang diselenggarakan tanggal 17 Agustus 1945 pada dasarnya menginginkan agar bangsa Indonesia merdeka dalam setiap aspek kehidupannya dari aspek-aspek yang dapat merusak persatuan bangsa termasuk dalam bidang ekonomi. Mengingat pentingnya bidang ekonomi terutama ekonomi nasional Indonesia, maka para pendiri bangsa merasa perlu untuk menempatkan pengaturan tentang perekonomian bangsa sebagai salah satu bagian dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya UUD 1945 yang selanjutnya akan menjadi dasar dalam menyelenggarakan perekonomian nasional sebagaimana disebutkan dalam Pasal 33 UUD 1945 yang secara tegas telah meletakkan sendi dasar dalam sistim perekonomian nasional sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Badan usaha koperasi sudah dikenal sejak lama oleh masyarakat Indonesia. Badan usaha yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan atas asas kekeluargaan ini juga telah cukup banyak membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dan pembangunan nasional. Sejak pertama kali diperkenalkan pada masyarakat Indonesia, badan usaha koperasi telah mampu membantu masyarakat dalam meningkatkan kemampuan ekonominya melalui kegiatan-kegiatan usaha koperasi. Prinsip usaha dan karakter koperasi yang berbeda dengan badan usaha lainnya membuat badan usaha ini disenangi oleh 1 Universitas Sumatera Utara masyarakat Indonesia yang melaksanakan seluruh kegiatan perekonomiannya berdasarkan sistem ekonomi kerakyatan. Sistem ekonomi kerakyatan yang ada di Indonesia ini memang secara umum sangat cocok dengan badan usaha yang berbentuk koperasi. Keduanya sama-sama menganut asas kekeluargaan dan mengedepankan prinsip gotong royong. 1 Koperasi merupakan wadah untuk bergabung dan berusaha bersama agar kekurangan yang terjadi dalam kegiatan ekonomi dapat diatasi. Disamping itu koperasi juga merupakan alat bagi golongan ekonomi lemah untuk menolong dirinya sendiri sehingga mampu memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupannya. Semua ini disebabkan karena golongan pengusaha yang ekonominya kuat, makin jauh meninggalkan golongan ekonomi lemah, sehingga jurang yang nampak dalam perbedaan sosial ekonomi semakin lebar. Oleh karena itu, semakin lebar jurang tersebut, semakin sulit membangun kesejahteraan secara merata, dimana hal ini dapat mengancam stabilitas nasional. Menurut Bung Hatta, koperasi yang azasnya tersurat dalam pasal 33 UUD 1945 merupakan satu- satunya jalan untuk mendekatkan jurang perbedaan itu. Karena koperasi merupakan kumpulan orang bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama, atau koperasi menjadi indikator yang baik untuk mengatasi kemiskinan pemberdayaan masyarakat yang adadi pedesaan Indonesia. 2 Koperasi pada dasarnya secara historis bukanlah badan usaha yang lahir pertama kali dalam masyarakat Indonesia. Pada abad ke-20an gerakan koperasi untuk pertama kalinya lahir secara spontan dilatarbelakangi oleh gerakan 1 https:yy2n.wordpress.comtinjauan-hukum-terhadap-perlindungan-dana-nasabah- dalam-koperasi-simpan-pinjam diakses tanggal 1 Juli 2015 2 Mubyarto, Koperasi Indonesia Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2003, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara masyarakat kecil yang mencoba mencari cara untuk meningkatkan hasil usaha yang minim. Gerakan koperasi ini untuk pertama kalinya digagas oleh Robert Owen 1771-1858 yang diterapkannya pada usaha pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong dirinya untuk lebih meningkatkan hasil usaha melalui gerakan koperasi tersebut. Gerakan koperasi ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh William King1786-1865 dengan mendirikan toko koperasi di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang bernama “The Cooperator ” yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis tentang cara mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi. Koperasi sendiri di Indonesia pertama kali diperkenalkan oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun 1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan akhirnya ditiru oleh Boedi Utomo. Pada perkembangan selanjutnya, wakil Presiden Republik Indonesia yang pertama, Moh. Hatta menjadi salah satu tokoh nasional yang dengan gigih mendukung kehadiran koperasi di Indonesia. Hal inilah yang menjadikannya sebagai Bapak Koperasi Indonesia. Secara resmi gerakan koperasi sendiri di Indonesia baru lahir pada tanggal 12 Juli 1947 pada Kongres I di Tasikmalaya yang pada akhirnya dijadikan sebagai Hari Koperasi Indonesia. Sejak saat itu, koperasi semakin berkembang dan diminati oleh masyarakat Indonesia. Koperasi menjadi salah satu pilar penting dalam mendorong dan meningkatkan pembangunan serta perekonomian nasional. Universitas Sumatera Utara Pada awal kemerdekaan Indonesia, koperasi diatur oleh Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1965 tentang Perkoperasian. Setelah itu, terjadi beberapa peraturan mengenai koperasi tersebut mengalami beberapa pergantian, mulai dari dihapusnya Undang-undang tersebutdan digantikan oleh Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Perkoperasian, kemudian oleh Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dan yang paling terbaru adalah Undang-Undang Nomor 17 tahun 2012 tentang Perkoperasian prinsip- prinsip koperasi yang murni dan menjaganya agar tetap ada dan menjiwaiseluruh koperasi yang didirikan di Indonesia. Hingga akhirnya pada tahun 2012,diterbitkanlah undang-undang perkoperasian terbaru yang dianggap banyakmembawa perubahan terhadap koperasi itu sendiri. Undang-Undang Nomor 17 Tahun2012 mengenai Perkoperasian ini membawa banyak konsep- konsep baru yang ditujukan dalam rangka mengembangkan koperasi dan menyesuaikannya dengankeadaan perekonomian global. Undang-Undang ini diamanatkan untuk membawakoperasi ke arah yang lebih baik lagi. Konsep koperasi terbaru yang diatur dalam Undang-undang Nomor 17 tahun 2012 mengenai Perkoperasian ini, dianggap mengadopsi beberapa prinsip konsep yangada pada perseroan terbatas PT. Keberadaan konsep-konsep koperasi baru yang diadopsi dari konsep perseroan terbatas inilah yang seringkali dikhawatirkan dapatmenghilangkan jati diri dari koperasi tersebut. Oleh karena itu, penulis dalammakalah ini akan mencoba membahas mengenai ketentuan- ketentuan dalamUndang-undang No. 17 tahun 2012 mengenai Perkoperasian yang secara tidaklangsung diadopsi dari pengaturan mengenai Perseroan Terbatas yakni Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007. Melalui pembahasan ini, diharapkan dapat diperolehsuatu kesimpulan mengenai prinsip-prinsip apa saja dalam undang-undangperkoperasian yang diadopsi dari prinsip-prinsip perseroan terbatas, dan apa akibatdari adanya prinsip-prinsip yang diadopsi secara tidak langsung tersebut. Lahirnya Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 menggantikan Undang- Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian dinilai memiliki beberapa kelemahan dan mewarisi tradisi perkoperasian kolonial. Salah satu contohnya adalah semangat koperasi dihilangkan kemandiriannya dan disubordinasikan di bawah kepentingan kapitalisme maupun negara. Campur tangan pemerintah dan kepentingan pemilik modal besar sangat terbuka dalam undang-undang ini. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Koperasi dijelaskan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Dari definisi tersebut mengandung makna koperasi sebagai badan hukum yang tidak ada bedanya dengan badan usaha uang lain. Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih berlandaskan pada azas perseorangan yang hampir sama dengan perusahaan kapitalistik seperti Perseroan. Selain itu, dalam Pasal 75 Undang-Undang ini yang mengatur soal penyertaan modal tidak mengenal adanya pembatasan. Akibatnya, koperasi bisa kehilangan kemandiriannya dan anggotanya hanya sekadar dijadikan objek Universitas Sumatera Utara pinjaman bagi pemilik modal besar. Bahkan, Pasal 55 semakin mengancam kemandirian koperasi yang membolehkan kepengurusan koperasi dari luar anggota. Keberadaan Dewan Pengawas sebagaimana tercantum dalam Pasal 48 sampai Pasal 54 juga yang berfungsi layaknya lembaga superbody. Hal ini memudahkan keputusan koperasi di luar kepentingan anggotanya. 3 Sebelumnya, kritik terhadap Undang-Undang Perkoperasian juga dilontarkan oleh Revrisond Baswir 4 bahwa Undang-Undang No. 17 Tahun 2001 tidak memiliki perbedaan substansial dengan Undang-Undang Perkoperasian era orde baru Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang No. 12 Tahun 1967. Secara substansial, Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 masih mewarisi karakteristikcorak koperasi yang diperkenalkan di era pemerintahan Soeharto melalui Undang-Undang No. 12 Tahun 1967. 5 Perbedaan mendasar antara Undang-Undang No. 12 Tahun 1967 dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1958 di era pemerintahan Soekarno terletak pada ketentuan keanggotaan koperasi. Dalam Undang-Undang No. 14 Tahun 1958, sebagaimana diatur pada Pasal 18, yang dapat menjadi anggota koperasi adalah yang mempunyai kepentingan dalam lapangan usaha koperasi. Ketentuan ini lebih lanjut menurut Revrisond sejalan dengan penjelasan Mantan Wakil Presiden Moh. Hatta bahwa “bukan corak pekerjaan yang dikerjakan menjadikan ukuran untuk menjadi anggota, melainkan kemauan dan rasa bersekutu dan cita-cita koperasi yang dikandung dalam dada dan kepala masing- masing”. 3 http:www.berdikarionline.comkabar-rakyat20130427uu-perkoperasian-dianggap- masih-warisan-kolonial.htm diakses tanggal 1 Juli 2015 4 Ibid 5 Ibid Universitas Sumatera Utara Undang-Undang Perkoperasi yang terbaru yaitu Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 juga mempertahankan keberadaan koperasi golongan fungsional. Pada Pasal 27 ayat 1, syarat keanggotaan koperasi primer adalah mempunyai kesamaan kepentingan ekonomi. Lebih lanjut dalam penjelasn disebutkan bahwa yang dimaksud dengan kesamaan kepentingan ekonomi adalah kesamaan dalam hal kegiatan usaha, produksi, distribusi, dan pekerjaan atau profesi. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1967 membuka peluang untuk mendirikan koperasi produksi, namun di Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 peluang ini justru ditutup sama sekali. Hal ini terlihat pada Pasal 83, di mana hanya terdapat empat koperasi yang diakui keberadaannya di Indonesia, yaitu koperasi konsumen, koperasi produsen, koperasi jasa, dan koperasi simpan pinjam. Sesuai dengan Pasal 84 ayat 2 yang dimaksud dengan koperasi produsen dalah koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan di bidang pengadaan sarana produksi dan pemasaran produksi. Artinya, yang dimaksud dengan koperasi produsen sesungguhnya adalah koperasi konsumsi para produsen dalam memperoleh barang dan modal. Fenomena di atas, maka dikatakan bahwa tubuh perkoperasian sedang kerasukan self defeating concepts, atau konsep-konsep yang menyebabkan terjadinya krisis identitas dan krisis idealisame. Hal tersebut juga menjadi indikasi bahwa hukum di sektor koperasi belum dapat berfungsi secara maksimal atau dalam istilah penelitian ini, belum berdayaguna. Nilai-nilai ekonomi kerakyatan yang telah dibangun untuk mewujudkan demokrasi ekonomi juga telah kehilangan identitasnya. Pada gilirannya jika tidak diantisipasi, nilai-nilai ekonomi dan tujuan Universitas Sumatera Utara koperasi yang sudah secara jelas tercantum dalam Undang-undang No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian akan menjadi bias dan tidak bermakna. Berdasarkan latar belakang di atas merasa tertarik memilih judul Kajian Yuridis Terhadap Koperasi Apabila Berubah Menjadi Perseroan Terbatas Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 dan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

B. PerumusanMasalah