63 PDRB Kota Pematangsiantar menurut lapangan usaha atas dasar harga
berlaku dan atas dasar harga konstan tahun dasar 2000 dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:
Tabel 1.4 PDRB Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan
Atas Dasar Harga Konstan Tahun Dasar 2000r di Kota Pematangsiantar Lapangan Usaha
ADHB ADHK
1 2
3 Pertanian
108.211,42 64.923,33
Penggalian 844,51
411,18 Industri
900.954,33 243.448,94
Listrik, Gas, dan Air 55.781,55
22.662,58 Bangunan
200.540,63 160.619,14
Perdagangan 1.187.270,23 604.040,83
Angkutan dan Komunikasi 363.455,44
328.735,54 Keuangan dan Perbankan
497.034,34 249.160,14
Jasa 451.821,74
252.902,96 JUMLAH
3.765.914,24 1.926.913,64
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa PDRB terbesar didominasi oleh sektor perdagangan yaitu atas dasar harga berlaku sebesar 1.187.270,23 dan atas dasar
harga konstan sebesar 604.040,83. Sektor perdagangan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan PDRB.
4.2.2 Perkembangan Kredit Kota Pematangsiantar
Perkembangan penyaluran kredit di kota Pematangsiantar mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya. Sejak tahun 1997 kredit mengalami sedikit
penurunan sebesar Rp 164082 ribu Rp dari Rp. 563471 ribu Rp pada tahun
Universitas Sumatera Utara
64 1996. Hal ini dikarenakan kondisi perekonomian Indonesia yang sedang
bergejolak karena krisis moneter. Memasuki tahun 2000 posisi kredit kembali meningkat menjadi sebesar Rp 413,700 ribu Rp.Peningkatan kredit ini berlanjut
sampai ke tahun-tahun berikutnya, hingga akhir 2009 posisi kredit perbankan mencapai sebesar Rp 1627260 ribu Rp.
Perkembangan kredit yang melesat di Kota Pematangsiantar ini dikendarai oleh Kota Pematangsiantar sendiri yang merupakan salah satu kota perdagangan
di Provinsi Sumatera Utara. Selain tempatnya yang strategis, potensi dan peluang usaha didaerah ini juga sangat besar. Oleh karenanya, kredit sangat berpengaruh
besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi didaerah ini. Dimana kredit sebagai salah satu penyokong dana bagi pengusaha kecil dan menengah dalam hal
modal kerja. Penyaluran kredit modal kerja dan kredit investasi menjadi produk utama bank yang ditawarkan kepada masyarakat. Kredit investasi dan kredit
modal kerja yang diberikan oleh bank-bank umum di daerah ini memicu masyarakat untuk berlomba-lomba memanfaatkan potensi dan peluang yang
tersedia dan memotivasi untuk memulai membuka usaha kecil-kecilan yang diharapkan dapat berkembang menjadi usaha yang besar dengan melakukan
peminjaman kredit modal kerja yang ditawarkan oleh bank.
Tabel 1.5 Posisi Kredit Perbankan Menurut Daerah Tingkat II Kota Pematangsiantar
Tahun 1995-2009 Juta Rupiah Tahun
Kredit
1995 244,413
1996 563,471
1997 466,172
1998 302,090
Universitas Sumatera Utara
65
Sumber:Perum Pegadaian Cabang Kota Pematangsiantar
4.2.3 Perkembangan Konsumsi Kota Pematangsiantar
Besarnya pendapatan yang diterima rumah tangga dapat menggambarkan tingkat kesejahteraan suatu masyarakat. Namun data pendapatan yang akurat sulit
diperoleh sehingga dalam kegiatan susenas pendekatannya adalah dari segi pengeluaran rumah tangga.
Konsumsi atau pengeluaran rumah tangga adalah pengeluaran untuk keperluan rumah tangga yang betul-betul dikonsumsi dimakandipakai, atau
dibayarkan tanpa memperhatikan asal barang baik pembelian atau produksi maupun pemberian atau pembagian. Tingginya pertumbuhan ekonomi suatu
daerah tercipta akibat tingginya peningkatan pengeluaran pemerintah dan pengeluaran rumah tangga dari tahun ketahun.
Berikut ini persentase penduduk Kota Pematangsiantar dan rata-rata pengeluaran perkapita perbulan menurut kelas pengeluaran pada tahun 2009 dapat
dilihat dalam tabel berikut ini : 1999
362,179 2000
413,700 2001
613,367 2002
781,270 2003
879,963 2004
1,144,241 2005
1,521,970 2006
849,588 2007
1,049,275 2008
1,446,611 2009
1,627,260
Universitas Sumatera Utara
66
Tabel 1.6 Persentase Penduduk Kota Pematangsiantar dan Rata-rata Pengeluaran Per
kapita Perbulan Menurut Kelas Pengeluaran Tahun 2009 Golongan
PengeluaranRp
Persentase Penduduk Rata-rata Pengeluaran
Perkapita Perbulan 80.000
- -
80.000-99.999 -
- 100.000-149.999
0,41 0,09
150.000-199.999 0,25
0,08 200.000-299.999
13,62 6,20
300.000-399.999 20,29
12,33 400.000-499.999
17,83 13,85
500.000 47,60
67,45
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009
Konsumsi rata-rata perkapita setahun diperhitungkan dari konsumsi rata- rata perkapita dalam seminggu dikalikan 52, atau konsumsi rata-rata perkapita
dalam sebulan dikalikan 12. Pengeluaran atau konsumsi perkapita sebulan mencakup konsumsi untuk makanan dan konsumsi untuk bukan makanan.
Konsumsi rata-rata perkapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan penduduk Kota Pematangsiantar dalam kurun waktu 15tahun 1995-2009 dapat
dilihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 1.7 Konsumsi Rata-rata Perkapita Sebulan Untuk Makanan dan Bukan
Makanan Penduduk Kota Pematangsiantar Juta Rp Tahun
Makanan Bukan Makanan
1995 28.712,36
14.159,31 1996
30.244,21 18.234,96
1997 35.101
22.454 1998
47.237 31.114
1999 85.070
45.391 2000
108.909 54.502
Universitas Sumatera Utara
67 2001
103.616 57.656
2002 156.433
82.252 2003
163.593 103.067
2004 143.245
113.366 2005
169.071 132.115
2006 173.431
185.749 2007
199.219 178.124
2008 340.809
312.491 2009
320.140 310.972
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa konsumsi rata-rata perkapita sebulan untuk makanan dan bukan makanan penduduk Kota Pematangsiantar mengalami
peningkatan dari tahun ketahunnya. Pengeluaran konsumsi penduduk Kota Pematangsiantar dihitung dengan cara konsumsi rata-rata perkapita sebulan
dikalikan 12. Berikut ini tabel pengeluaran konsumsi penduduk Kota Pematangsiantar dalam kurun waktu 15 tahun 1995-2009:
Tabel 1.8 Pengeluaran Konsumsi Penduduk Kota Pematangsiantar
Tahun 1995-2009 juta Rp Tahun
Konsumsi
1995 514.46
1996 581.75
1997 690.66
1998 940.212
1999 1565.532
2000 1960.932
2001 1935.264
2002 2864.22
2003 3199.92
2004 3079.332
2005 3614.232
2006 4310.16
Universitas Sumatera Utara
68 2007
4528.116 2008
7839.6 2009
7573.344
Sumber : BPS Kota Pematangsiantar 2009 4.3 Hasil Evaluasi dan Interpretasi Data
4.3.1 Pengujian Pengaruh Variabel Dependent Terhadap Variabel Independent