Daya Pembeda Uji Validitas

Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Daya Pembeda

Daya pembeda adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai berkemampuan tinggi dengan siswa yang tidak pandai berkemampuan rendah. Menurut Suherman 1990: 199 daya pembeda dari sebuah butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan butir soal tersebut mampu membedakan antara testi yang pintar dan kurang pintar. Untuk menentukan daya pembeda tipe uraian digunakan rumus berikut : A B X X DP SMI   Keterangan : DP = Daya Pembeda A X = Rata-rata siswa kelompok atas yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok atas B X = Rata-rata siswa kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar atau rata-rata kelompok bawah SMI = Skor Maksimal Ideal Adapun klasifikasi interpretasi untuk daya pembeda disajikan dalam tabel berikut. Tabel 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda No. Daya Pembeda Kriteria 1. 0,00 DP  Sangat jelek 2. 0,00 0, 20 DP   Jelek 3. 0, 20 0, 40 DP   Cukup 4. 0, 40 0,70 DP   Baik 5. 0,70 1,00 DP   Sangat Baik Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Berikut ini adalah nilai daya pembeda dari tiap butir soal tes menggunakan bantuan software anates versi 4.0.5. Nilai daya pembeda soal sebagai berikut ini : Tabel 3.5 Nilai Daya Pembeda Tiap Butir Soal Nomor Soal Nilai DP Kriteria 1 4,22 Sangat Baik 2 0,78 Sangat Baik 3 0,56 Baik 4 1,78 Sangat Baik 5 1,67 Sangat Baik 6 0,22 Cukup 7 1,89 Sangat Baik 8 0,89 Sangat Baik 9 4,78 Sangat Baik 10. -0,33 Sangat Jelek Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal uraian, 7 butir soal termasuk dalam kategori baik yaitu butir soal no. 1,2,4,5,7,8,9, 2 butir soal termasuk kategori cukup yaitu butir soal no. 3,6, dan 1 butir soal termasuk kategori jelek yaitu no. 10. Dapat disimpulkan bahwa secara umum instrumen tes memiliki daya pembeda yang sangat baik.

c. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur Arikunto, 2008: 65. Oleh karena itu, menurut Suherman 1990: 135 suatu alat evaluasi disebut valid jika dapat mengevaluasi dengan tepat apa yang seharusnya dievaluasi. Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu alat untuk mengevaluasi karakteristik X valid apabila yang dievaluasi itu karakteristik X pula. Alat evaluasi yang valid untuk suatu tujuan tertentu belum tentu valid untuk tujuan yang lain. Berdasarkan pelaksanaannya, validisitas dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu validitas teoritik dan dan validitas empirik. Jenis validitas yang ditinjau pada penelitian ini adalah validitas empirik. Validitas empirik adalah validitas instrumen evaluasi yang ditentukan setelah instrumen diujicobakan. Dari hasil uji coba tersebut, dapat ditentukan validitas butir soal dan validitas internal yang ditentukan berdasarkan perhitungan korelasi. Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Validitas butir soal dihitung menggunakan rumus koefisien korelasi menggunakan angka kasar raw score. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut: 2 2 2 2 i i xy i i n x y x y r n x x n y y           Keterangan : xy r = Koefisien validitas n = Jumlah siswa i x y  = Jumlah skor total ke i dikalikan skor setiap siswa i x  = Jumlah total skor soal ke-i y  = Jumlah skor total siswa 2 i x  = Jumlah total skor kuadrat ke-i 2 y  = Jumlah total skor kuadrat siswa Nilai validitas tersebut perlu diuji keberartiannya. Untuk menguji keberartian validitas tiap butir soal dilakukan uji t, adapun statistik ujinya adalah sebagai berikut dalam Sudjana, 2005: 380: √ √ Keterangan : r = Koefisien validitas n = Jumlah siswa dengan hipotesis : H : validitas tiap butir soal tidak berarti H 1 : validitas tiap butir soal berarti Kriteria pengujian : Dengan mengambil taraf nyata= , maka H diterima jika : Dimana distribusi t yang digunakan mempunyai dk = n – 2. Dalam hal lain H ditolak. Menurut J. P Guilford dalam Suherman, 1990: 147, koefisien validitas r xy diklasifikasikan seperti pada tabel berikut. Intan Wulandari, 2014 Pengaruh Penerapan Model Concept Attainment Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Siswa dalam Mata Pelajaran Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.6 Klasifikasi Koefesien Validitas No Koefisien Validitas Kriteria 1. 0,80 1, 00 xy r   Sangat tinggi sangat baik 2. 0, 60 0,80 xy r   Tinggi baik 3. 0, 40 0, 60 xy r   Sedang cukup 4. 0, 20 0, 40 xy r   Rendah 5. 0, 00 0, 20 xy r   Sangat rendah 6. 0, 00 xy r  Tidak valid Berikut ini hasil perhitungan koefisien validitas instrumen tes tiap butir soal. Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Koefisien Validitas Siswa Kelas XII IPS 3 Nomor Soal Koefisien Validitas Kriteria 1 0,864 Sangat Tinggi 2 0,653 Tinggi 3 0,545 Sedang 4 0,745 Tinggi 5 0,611 Tinggi 6 0,229 Rendah 7 0,660 Tinggi 8 0,361 Rendah 9 0,782 Tinggi 10 0,114 Sangat Rendah Validitas untuk semua butir soal tergolong tinggi. Selanjutnya nilai validitas tersebut diuji keberartiannya. Semua validitas butir soal berarti, maka semua butir soal dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir analitis siswa.

d. Uji Realibilitas

Dokumen yang terkait

Pengaruh metode penemuan terbimbing (guided discovery) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa : penelitian quasi eksperimen terhadap siswa Kelas VIII SMPI Ruhama.

2 21 217

Pengaruh Metode Sosiodrama Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Akidah Akhlak (Kuasi Eksperimen di MTs Mathlabussa’adah).

4 60 151

Pengaruh Penerapan Model Problem Based Learning Melalaui Metode Diskusi Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa : studi kuasi eksperimen mata pelajaran ekonomi pada kompetensi dasar ketenagakerjaan dalam pembangunan ekonomi pada siswa kelas XI IPS di SMA

0 5 15

PENGARUH PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP(CONCEPT ATTAINMENT) DAN METODE PEMBELAJARAN SINEKTIK TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA: kuasi eksperimen pada mata pelajaran ips kelas viii smp negeri 6 kota bandung.

6 43 49

PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN PETA KONSEP TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS : Penelitian Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 9 Bandung.

1 11 49

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK MENINGKATAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH :penelitian tindakan kelas di kelas X-IPS SMA Puragabaya Bandung.

1 10 9

PENGARUH MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD TERHADAP KEMAMPUAN ANALISIS SISWA: studi kuasi eksperimen pada mata pelajaran ekonomi kelas XI iis Sma negeri 6 bandung.

0 1 37

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS DAN SELF CONCEPT SISWA SMP: Studi Kuasi Eksperimen Pada Kelas VIII di Salah Satu SMP Negeri Tarogong Kaler Garut.

4 12 46

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMA: Penelitian Kuasi Eksperimen terhadap Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Bandung.

0 2 43

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONCEPT ATTAINMENT TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS XI MIA

0 0 9