Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
pengalaman langsung dan proses rekonstruksi antara pengetahuan awal dengan pengetahuan baru yang akan didapat. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat
diperoleh siswa melalui serangkaian kerja ilmiah dalam memecahkan masalah dari pertanyaan-pertanyaan topik yang diamati.
Sejalan dengan pernyataan di atas, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP mata pelajaran IPA di sekolah dasar, pembelajaran IPA
ditekankan secara inkuiri ilmiah scientific inquiry untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya
sebagai aspek penting kecakapan hidup Depdiknas, 2006. Melalui inkuiri ilmiah, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah siswa dikembangkan secara optimal.
Keterampilan proses sains terinternalisasikan dalam tahap-tahap memecahkan masalah yang diteliti. Sedangkan sikap ilmiah merupakan bentuk rasa ingin tahu
siswa terhadap objek, fenomena alam, atau permasalahan yang diteliti. Paradigma pembelajaran sains yang berorientasi pada guru teacher centered hendaknya
digeser menjadi kegiatan belajar yang berorientasi pada siswa student centered. Sebagaimana dikemukakan oleh Hamalik 2004, hlm.
171 bahwa “pengajaran yang efektif adalah melakukan aktivitas sendiri”. Artinya, siswa berbuat dan
mengalami sendiri dalam memperoleh pengetahuan. Proses pembelajaran IPA melalui inkuiri ilmiah selaras dengan empat pilar
pendidikan yang dikemukakan oleh UNESCO dalam Jufri, 2013, hlm. 175, keempat pilar pendidikan tersebut yaitu, 1 belajar untuk mengetahui learning to
know; 2 belajar untuk melakukan learning to do; 3 belajar untuk menjadi learning to be; dan 4 belajar untuk bekerja sama atau belajar bersosialisasi
learning to live together. Melalui inkuiri ilmiah, siswa tidak hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep learning to know, akan tetapi siswa difasilitasi cara
memperoleh pengetahuan atau suatu konsep tersebut melalui serangkaian kerja ilmiah learning to do sebagaimana ilmuan bekerja sehingga konsep yang
ditemukan secara langsung tersebut menjadi bermakna bagi siswa dan
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
mengembangkan siswa untuk menjadi individu yang unggul dalam bidang IPA learning to be. Dalam memperoleh suatu konsep melalui kerja ilmiah, siswa
dituntut untuk bekerja sama dengan mengesampingkan ego dari masing-masing siswa dan menghargai pendapat teman untuk mendapatkan hasil percobaan yang
maksimal sehingga didapat kesimpulan akhir yang rasional learning to live together.
Akan tetapi, kenyataan yang terjadi di lapangan mengindikasikan bahwa pelaksanaan pembelajaran IPA di kelas masih banyak yang di laksanakan secara
konvensional, dimana metode ceramah merupakan metode yang digunakan guru dalam
menyampaikan materi
pelajaran. Kondisi
tersebut mengakibatkan
pembelajaran yang dilaksanakan guru kurang menyenangkan dan menantang bagi siswa. Selain itu, aktivitas siswa yang tidak dioptimalkan dengan baik
menyebabkan pembelajaran cenderung pasif dan motivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran cenderung rendah, seperti yang terjadi di SD Negeri 2 Cibogo
Lembang setelah peneliti melakukan observasi dan wawancara kepada siswa kelas V. Pembelajaran yang dilaksanakan guru bersifat konvensional, guru hanya
menyampaikan materi
pelajaran melalui
kegiatan mencatat
kemudian menjelaskannya kepada siswa.
Berikut ini masalah-masalah yang peneliti temukan dikelas V SD Negeri 2 Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat berdasarkan hasil
observasi dan wawancara: 1 Metode yang digunakan guru dalam pembelajaran IPA materi gaya bersifat konvensional yaitu dengan metode ceramah. Guru hanya
mencatat materi pelajaran di papan tulis kemudian menjelaskannya kepada siswa. Tidak ada kegiatan percobaan maupun kegiatan lain yang melibatkan siswa untuk
bersentuhan langsung dengan sumber belajar dalam memperoleh pengetahuan; 2 Guru tidak menggunakan media alat peraga dalam membelajarkan materi gaya;
3 Aktivitas belajar siswa cenderung rendah baik pada aktivitas fisik, aktivitas mental maupun pada aktivitas emosional. Aktivitas belajar hanya diwujudkan
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
siswa melalui kegiatan mencatat materi pelajar, memperhatikan penjelasan guru mengenai materi yang sedang dipelajari, dan kegiatan tanya jawab. Jika dirata-
ratakan, aktivitas belajar siswa hanya mencapai 27,14 atau dapat dikatakan kurang; 4 Hasil belajar siswa tidak dikur melalui tes, akan tetapi diukur melalui
soal pada Lembar Kerja Siswa LKS. Rata-rata hasil belajar siswa setelah mempelajari materi gaya hanya mencapai 58,17 dengan persentase ketuntasan
belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sebesar 30 atau 12 siswa yang mencapai KKM dan sisanya yakni 28 siswa atau sekitar 70
nilainya masih dibawah 65. Berdasarkan kondisi nyata tersebut, aktivitas belajar siswa yang cenderung
rendah merupakan masalah problematis dan perlu ditangani secara segera. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya, proses pembelajaran IPA menekankan
pemberian pengalaman
langsung melalui kerja ilmiah dalam memperoleh sejumlah pengetahuan. Artinya, proses pembelajaran menekankan siswa untuk
berbuat. Akan tetapi kegiatan berbuat tidak diartikan sebagai kegiatan fisik semata, melainkan dengan kegiatan mental dan emosional. Sejumlah aktivitas
belajar siswa dalam proses pembelajaran tersebut dapat digambarkan melalui kegiatan mengidentifikasi masalah yang disajikan guru, merumuskan masalah,
membuat hipotesis, mengumpulkan data melalui eksperimen, menginterpretasi data, dan menarik kesimpulan berdasarkan data yang didapat melaui percobaan.
Oleh sebab itu, diperlukan pendekatan, model maupun metode yang dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam kegiatan belajar, proses dan hasil merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisahkan. Sebagaimana dikemukakan oleh Ibrahim, dkk.
2011, hlm. 140 bahwa “pada dasarnya proses belajar ditandai dengan perubahan
tingkah laku secara keseluruhan baik yang menyangkut segi kognitif, afektif maupun psikomotor”. Pendapat tersebut mengasumsikan bahwa hasil belajar pada
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
tiga ranah sangat dipengaruhi oleh proses pembelajaran. Artinya, apabila proses pembelajaran baik, maka hasil belajarnya pun akan baik pula.
Dari sekian banyak pendekatan, model maupun metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa, model pembelajaran berbasis inkuiri khususnya inkuiri
terbimbing diperkirakan cocok untuk mengatasi masalah aktivitas siswa yang cenderung pasif. Melalui model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing,
aktivitas siswa
sangat dioptimalkan
dalam proses
pembelajaran melalui
serangkaian kegiatan ilmiah dalam memperoleh sekumpulan pengetahuan. Selain aktivitas siswa yang dioptimalkan, model pembelajaran berbasis inkuiri ini dapat
mengembangkan sejumlah kemampuan yang terimplementasikan dalam kerja ilmiah. Kemampuan yang dimaksud meliputi kemampuan berpikir kritis, analisis,
dan kemampuan berpikir logis. Sebagaimana dikemukakan oleh Jufri 2013, hlm 92 bahwa :
melalui model pembelajaran berbasis inkuiri peserta didik difasilitasi untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan ilmiah yang mendasar
yang meliputi mengobservasi, mengklasifikasi, menghitung, merumuskan hipotesis,
membuat relasi
tuang dan
waktu, mengukur,
menginterpretasikan data, merancang eksperimen dan sebagainya. Pemilihan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing ini dilandasi
pula oleh pendapat yang dikemukakan oleh Trianto 2007, hlm. 135 yang menyebutkan bahwa sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah: “1
keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; 2 keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan 3
mengembangkan sikap percaya diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri”. Dijelaskan lebih lanjut oleh Trianto 2007, hlm. 136 bahwa
“pembelajaran inkuiri dirancang untuk mengajak siswa secara langsung kedalam
proses ilmiah ke dalam waktu yan g relatif singkat”.
Melalui model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran serta menemukan pengetahuan atau
informasi baru secara langsung melalui serangkaian kegiatan ilmiah yang
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dirancang guru sehingga dapat membantu siswa memahami suatu konsep IPA dengan mudah dan cermat. Selain itu, melalui model pembelajaran berbasis
inkuiri terbimbing, pengetahuan yang diperoleh siswa akan mempribadi atau bermakna.
Adapun teori yang melandasi model pembelajaran berbasis inkuiri yaitu teori konstruktivisme. Teori ini memandang bahwa belajar merupakan proses
berpikir yang kompleks, artinya belajar lebih di tekankan pada proses dari pada hasil belajar Jufri, 2013. Pengetahuan maupun informasi baru yang hendak
diperoleh siswa pada dasarnya datang dari tindakan. Tindakan yang dimaksud merupakan sejumlah tindakan kompleks yang dilakukan siswa dalam memproses
pengetahuan baru. Oleh sebab itu, teori konstruktivisme ini menekankan guru sebagai organisator yang merancang pembelajaran agar siswa terlibat aktif dalam
membangun pengetahuannya. Konstruktivisme berkembang atas dasar psikologi perkembangan kognitif
Piaget dan Vigotsky. Kedua ahli tersebut menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang hanya akan terjadi jika konsep awalnya mengalami proses
ketidakseimbangan dengan adanya informasi baru yang di terima. Titik berat dari teori konstruktivisme adalah gagasan bahwa peserta didik harus membangun
pengetahuannya sendiri. Melalui kegiatan berbasis inkuiri peserta didik dapat terlibat
dalam proses
mereorganisasi struktur
pengetahuannya melalui
penggabungan konsep-konsep yang sudah dimilki sebelumnya dengan ide-ide baru Cartier dalam Jufri, 2013, hlm. 94.
Secara garis besar model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses
pembelajaran melalui sejumlah aktivitaskegiatan dalam memperoleh sekumpulan pengetahuan melalui kerja ilmiah yang dirancang oleh guru dengan tujuan agar
siswa dapat membangun struktur pengetahuannya secara mandiri melalui
Dede Ramdani, 2014 Penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar
siswa pada pembelajaran ipa di sekolah dasarpenelitian tindakan kelas di sekolah dasar negeri 2 cibogo kelas v semester ii tahun ajaran 20132014 kecamatan lembang kabupaten bandung barat
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
penggabungan konsep-konsep yang sudah dimiliki siswa sebelumnya dengan pengetahuan baru yang akan diperoleh.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, peneliti mengangkat
judul “penerapan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran IPA di sekolah
dasar”.