Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Perforning Loan Kredit Kepemilikan Rumah ((Studi Kasus Bank PERSERO T ahun 2006 - 2012)

(1)

Analisis Pengaruh LDR, SBI,

Bank Size

dan Inflasi

terhadap Non Performing Loan Kredit

Kepemilikan Rumah

(Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)

Oleh Risky Indrawan NIM: 109081000013

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Analisis Pengaruh LDR, SBI,

Bank Size

dan Inflasi

terhadap

Non Performing Loan Kredit

Kepemilikan Rumah

(Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Diajukan Oleh: Risky Indrawan NIM : 109081000013

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Abdul Hamid, MSi NIP. 19570617 198503 1 002

Adhitya Ginanjar SE, MSi NIP. 197408102011011001

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 9 April 2013 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Risky Indrawan

2. NIM : 109081000013

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 16 Mei 2013

1. Utami Baroroh, S.Pi., M.Si (_____________________)

NIP. Ketua

2. Leis Suzanawati, SE., M.Si (_____________________)

NIP. 19720809 200501 2 004 Sekretaris

3. Amalia, SE., MSM (_____________________)


(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 23 Juli 2013 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Risky Indrawan

2. NIM : 109081000013

3. Jurusan : Manajemen

4. Judul Skripsi : Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012) Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2013

1. Herni Ali HT, SE., MM (_____________________)

NIDN. 0422 1259 02 Ketua

2. Titi Dewi Warninda, SE., M.Si (_____________________)

NIP. 19731221 200501 2 002 Sekretaris

3. Murdiyah Hayati, Skom,MM (_____________________)

NIP. 19741003200312 2 001 Penguji Ahli

4. Prof. Dr. Abdul Hamid, MS (_____________________)

NIP. 19570617 198503 1 002 Pembimbing I

5. Adhitya Ginanjar, SE., M.Si (_____________________)


(5)

LEMBAR PERNYATAAN

KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang Bertanda Tangan di bawah ini :

Nama : Risky Indrawan

No. Induk Mahasiswa : 109081000013

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Manajemen

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya :

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa ijin pemilik karya

4. Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas karya ini

Jikalau di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggung-jawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

Ciputat, Juni 2013 Yang Menyatakan,


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP (Curriculum Vitae)

Data Pribadi

Nama lengkap : Risky Indrawan

Panggilan : Risky

Tempat&tanggal lahir : Jakarta, 09 Juli 1991 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Reni Jaya blok Y4 No 10 Jalan Kresna RT 002/ RW 012 Kecamatan Pamulang, Kelurahan Pondok Benda Tanggerang Selatan 15416

Telepon : 085694493369

Email : riskyindrawan@gmail.com

Pendidikan Formal

2009–2012 : Program Sarjana (S-1) Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

2006–2009 : SMA 34 Jakarta

2003–2006 : SMP Negeri 178 Jakarta 1997–2003 : SD Negeri Pondok Petir 01

1996–1997 : TK Ikhlasul Amin

Pendidikan Informal • Seminar-seminar

• Kursus Bahasa Inggris di Oxford Course Indonesia Pamulang

Pengalaman Organisasi

1. Anggota ROHIS Sek.Humas SMAN 34 Jakarta 2. Anggota Pramuka SD Negeri Pondok Petir 01

Pengalaman Bekerja

• Magang/KKN selama 1 bulan di Koprasi Bhakti Kencana Radio Republik Indonesia Jakarta tahun 2012

Keahlian

Komputer : Microsoft Office (Word, Excel, Power Point, Access), Photoshop, Internet


(7)

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of the influence of LDR, SBI, Bank Size and Inflation in the Non-Performing Loan Housing Loan (Bank Case Study PERSERO years 2006-2012). The data used in this study are monthly data from January 2006 to December 2012 were taken from various sources. This study uses multiple linear regression analysis using the computer program SPSS version 19.0 and Microsoft Excel 2007.

The results showed that together (simultaneously) the independent variable (LDR, SBI interest rates, bank size and inflation) significantly influence the change in the ratio of non-performing mortgage loans. partially or individual has a significant influence on changes in the value of non-performing loans on bank mortgage PERSERO 2006-2012 period with varying results. From the analysis it is known that there is a negative relationship between LDR with changes in the value of non-performing loans mortgage amounted to -0.17. Besides SBI variable has a positive influence on non-performing loans mortgage amounted to 0.403. Variable bank size has a negative relationship to changes in non-performing loans mortgage amounted to -0.002 mortgage. While the inflation variable occurs positively impact on non-performing loans mortgage on bank mortgage of 0.009 PERSERO


(8)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012). Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data bulanan dari Januari 2006 sampai Desember 2012 yang diambil dari berbagai sumber. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier berganda dengan menggunakan program komputer SPSS versi 19.0 dan Microsoft Excel 2007.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara bersama-sama (simultan) variabel independen (LDR, sukubunga SBI, Bank size dan inflasi) signifikan berpengaruh terhadap perubahan rasio non-performing loan KPR. secara parsial atau individu memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan nilai non performing loan KPR pada bank PERSERO periode 2006-2012 dengan hasil yang berbeda-beda. Dari hasil analisis tersebut diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif antara LDR dengan perubahan nilai non-performing loan KPR sebesar -0,17. Selain itu variable SBI memiliki pengaruh yang positif terhadap non-performing loan kpr sebesar 0,403. Variabel bank size memiliki hubungan yang negatif terhadap perubahan non-performing loan KPR sebesar -0,002. Sedangkan pada variable inflasi terjadi pengaruh positif terhadap non-performing loan KPR sebesar 0,009 pada bank PERSERO


(9)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT sang maha pencipta, sang maha agung, sumber segala kebenaran, dan sang maha segala-gala-Nya diatas segalanya yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada semua makhluk ciptaan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Solawat serta salam selalu tercurah kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai nabi terakhir yang telah membawa kita sebagai umatnya dari zaman yang penuh dengan kebodohan kepada zaman yang terang benderang ini. Tidak lupa salam juga tertuju untuk keluarganya dan para pengikutnya hingga akhir zaman nanti.

Tujuan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Loan to Deposit Ratio, Suku Bunga SBI, Bank Size dan Inflasi TerhadapNon Performing Loan KPR (Studi Kasus Bank PERSERO Tahun 2006-2012)” dengan tujuan sebagai

syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis menemukan banyak kendala. Namun, berkat izin-Nya lah skripsi ini dapat selesai sesuai dengan harapan penulis.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan hingga skripsi ini selesai dengan baik, antara lain:

1. Kedua Orang Tua Saya Ayah Ade Setiawan dan Ibu Tatik Sugiyanti yang selalu memberikan dukungan baik moril dan materil, memberikan kasih sayang dan bimbingan untuk anaknya, selalu mendoakan anaknya dengan penuh rasa ikhlas. Risky akan menjadi anak yang dapat membanggakan Ayah dan Ibu, seperti apa yang Ayah dan Ibu cita-citakan Amin..

2. Seluruh keluarga ku tercinta, adikku Rossy Candrawati terima kasih atas perhatian, kasih sayang, motivasi dan dukungannya baik doa, moril


(10)

maupun materil. Semoga kebaikan semuanya mendapat balasan dari Allah SWT.

3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku dosen pembimbing I dan Bapak Adhitya Ginanjar SE, MSi selaku dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya dengan penuh kesabaran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan FEB, Ibu Lies Suzanawaty, SE., M.Si selaku Pudek I FEB, Ibu Yulianti, SE., M.Si selaku Pudek II FEB, dan Bapak Herni Ali HT, SE., MM selaku Pudek III FEB, yang telah memberikan jalan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Bapak Herni Ali HT, SE., MM, selaku Pembimbing Akademik.

6. Bapak Dr. Ahmad Dumiyathi B,Lc,MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen dan Ibu Titi Dewi Warninda SE, MSi.

7. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu yang Bapak dan Ibu berikan kepada kami.

8. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya melayani mahasiswa dengan baik dan meningkatkan citra Fakultas Ekonomi dan Bisnis khususnya Pak Heri, Pak Ismet, Bu Siska, Bu Umi, Pak Rahmat, Pak Bambang, dan Pak Sofyan.

9. Terima Kasih kepada Trikristiawati yang selalu memberikan kasih sayang dan perhatian serta dukungannya untukku agar dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Teman-teman kosan Ali Fasihi dan Damanhuri Al-Ayubi

11. Teman-teman Manajemen A Angkatan 2009 FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

12. Teman-teman Manajemen Perbankan yang selalu memberi dukungan satu sama lain agar dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

13. Teman-teman seperjuangan dalam menyusun skripsi, Bayu Ayom Gumelar dan Reza Gandana Putra.


(11)

Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini memiliki banyak kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini. Akhirnya hanya kepada Allah SWT semua ini penulis serahkan, karena hanya dengan ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.

Jakarta, Mei 2013


(12)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... i

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ... ii

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRACT... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

BAB. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ...14

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...15

BAB. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 17

1. Bank ... 17

a. Pengertian Bank ... 17

b. Jenis-Jenis Bank ... 18

c. Kegiatan Bank ... 20

d. Sumber Dana Bank ... 22

2. Kredit ... 23

a. Pengertian Kredit ... 23

b. Unsur-unsur Kredit ... 24

c. Fungsi Kredit ... 26

d. Prinsip Pemberian Kredit ... 29

3. Kredit Kepemilikan Rumah... 32

a. Pengertian KPR ... 32

b. Jenis-Jenis KPR ... 33

c. Persyaratan KPR ... 36

4. Kredit Bermasalah ... 37

a. Pengertian Kredit Bermasalah ... 37

b. Gejala Kredit Bermasalah ... 39

c. Dampak Kredit Bermasalah ... 41

5. Loan to Deposit Ratio... 43

a. PengertianLoan to Deposit Ratio ... 43

b. KetentuanLoan to Deposit Ratio ... 47

c. Jenis-JenisLoan to Deposit ratio ... 47

6. Suku Bunga SBI ... 50

a. Pengertian SBI ... 50

b. Tingkat Suku Bunga SBI ... 51

c. Pola Pembelian SBI ... 52

7. Bank size ... 54

a. Pengertian Bank Size ... 54


(13)

8. Inflasi ... 58

a. Pengertian Inflasi ... 58

b. Jenis Inflasi ... 59

c. Faktor Penyebab Inflasi ... 62

d. Efek Inflasi ... 63

e. Indikator Inflasi ... 65

f. Kebijakan Untuk Mengatasi Inflasi ... 66

B. Keterkaitan antar Variabel ... 67

C. Penelitian Sebelumnya... 72

D. Kerangka Berpikir ... 76

E. Hipotesis... 78

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian... 80

B. Metode Penentuan Sampel ... 80

C. Metode Pengumpulan Data ... 81

D. Metode Analisis Data... 82

E. Operasional Variabel Penelitian ... 94

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 99

1. Sejarah Perkembangan Perbankan di Indonesia ... 99

2. Bank Persero di Indonesia ... 100

B. Hasil Analisis dan Pembahasan... 112

1. Analisis Deskriptif... 112

2. Pengujian Asumsi Klasik ... 114

3. Pengujian Hipotesis ... 122

BAB V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 131

B. Implikasi Peneliian ... 132

DAFTAR PUSTAKA... 134


(14)

DAFTAR TABEL

NO Keterangan Halaman

1.1 Perbandingan Variabel Penelitian……… 8

2.1 Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan………. 34

2.2 Batasan Harga Rumah………. 34

2.3 Suku Bunga Subsidi……… 35

2.4 Uang muka……….. 35

2.5 Penelitian Terdahulu……… 71

4.1 Hasil Statistik Deskriptif………. 112

4.2 Uji Kolmogorov-Smirnov……… 117

4.3 Uji Multikolinieritas dengan Nilai Tolerance dan VIF(Variance Inflation Factor)……….. 118

4.4 Uji Park……… 120

4.5 Uji Otokorelasi………. 121

4.6 Uji F………. 122

4.7 Uji t………. 123


(15)

DAFTAR GAMBAR

NO Keterangan Halaman

1.1 Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti……… 5

1.2 Grafik NPL Properti Indonesia……… 7

2.1 Kerangka Berpikir……… 76

3.1 Model Piktografis Regresi berganda……… 83

4.1 Histogram……… 115

4.2 Grafik denganNormal Probability Plot……….. 116


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

NO Keterangan Halaman

1 Data-data Variabel Penelitian dari Tahun 2006-2012………. 138

2 Tabel Deskriptif Statistik……… 140

3 Tabel Model Regresi, Anova, dan Koefisien………. 140

4 Uji Normalitas……… 141

5 Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi……… 143


(17)

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Di beberapa negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia peran bank dalam perekonomian sangatlah penting. Bank sangat penting dalam hal menopang kekuatan dan kelancaran sistem pembayaran dan efektivitas kebijakan moneter. Lebih dari itu bank juga merupakan lembaga keuangan yang paling sangat dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi. (Mandala Manurung dan Prathama Rahardja:2004:134)

Pertumbuhan jumlah bank yang cepat yang dimulai dari tahun 1980-an ternyata membawa perekonomian Indonesia kesuatu tahapan baru dalam perkembangannya. Peran sektor perbankan dalam memobilisasikan dana masyarakat untuk berbagai tujuan telah mengalami peningkatan yang sangat besar. Sektor perbankan, yang sebelumnya tidak lebih hanya sebagai fasilitator kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan, telah berubah menjadi sektor yang berpengaruh terhadap perekonomian. (Sigit Triandaru dan Totok Budi Santoso:2009:17)

Krisis moneter yang melanda Indonesia pada pertengahan 1997 telah memporak-porandakan bisnis perbankan di Indonesia. Ketika itu banyak bank yang mengandalkan bisnisnya dibidang perkreditan telah hancur luluh sebagai akibat hancurnya bisnis pengusaha, baik pengusaha kecil maupun pengusaha besar. Dunia usaha yang hancur berdampak pada rendah dan hilangnya kemampuan mengembalikan pinjaman nasabah pada bank sesuai dengan


(18)

kesepakatan semula, yang akhirnya mengganggu likuiditas bank. Di sini bank dalam kondisi sulit karena tidak mampu memaksa nasabah untuk mengembalikan pinjaman beserta bunganya. Di sisi lain, perbankan tidak dapat berbuat banyak ketika menghadapi kesulitan likuiditas dalam jumlah yang besar, terpaksa perbankan menempuh cara dengan mobilisasi dana dengan biaya yang tinggi yang akhirnya berdampak pada bisnis perbankan yang menderita negative spread dalam pencapaian usahanya. (Rivai Veithzal dan Veithzal Andria 2007:10)

Bank merupakan lembaga keuangan yang terpenting yang mempengaruhi perekonomian baik secara mikro maupun secara makro. Fungsinya sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang surplus dengan pihak-pihak yang membutuhkan dana atau defisit. Dalam menjalankan usahanya sebagai lembaga keuangan yang menjual kepercayaan dan jasa, setiap bank berusaha sebanyak mungkin menarik nasabah baru, memperbesar dana-dananya dan juga memperbesar pembarian kredit dan jasa-jasanya (Simorangkir, 2004: 10).

Bank umum konvensional di bagi kedalam Bank Umum Milik Pemerintah, Bank swasta, Bank swasta nasional devisa, Bank swasta nasional nondevisa, Bank pembangunan daerah, Bank campuran, Bank asing. Dalam pembahasan kali ini peneliti mengambil objek penelitian berdasarkan data yang di peroleh dari bank Indonesia mengenai bank PERSERO milik pemerintah, hal itu dikarenakan bank PERSERO milik pemerintah (Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia, Bank Tabungan Negara, Bank Nasional Indonesia, dan Bank


(19)

Mutiara) memiliki total asset perbankan yang terbesar kedua setelah bank umum swasta nasional devisa (sumber: laporan pengawasan perbankan 2012).

Penyaluran kredit merupakan fokus dan merupakan kegiatan utama perbankan dalam menjalankan fungsi intermediasinya. Meskipun terjadi krisis finansial pada semester akhir tahun 2008, jumlah kredit yang disalurkan perbankan Indonesia per 31 Desember 2008 tercatat sebesar Rp. 1,3 triliyun, mengalami peningkatan sebesar 35.72% dibandingkan dengan jumlah kredit per 31 Desember 2007 yang tercatat sebesar Rp. 971,5 milyar (Jurnal Keuangan dan Perbankan. Sri haryati, 2009)

Kredit mampu mendorong dan menkonsilidasi serta memperkuat kestabilan moneter. Kredit juga mampu meningkatkan pertumbuhan sektor riil dengan kredit investasinya. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa, bank mempunyai peranan dalam kelangsungan pembangunan bangsa. Dengan pemberian kredit, bank umum memberikan sumbangan yang penting terhadap perputaran roda perekonomian negara.

Berbicara tentang kredit, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) merupakan salah satu jenis kredit yang cukup popular saat ini. Karena kepopulerannya tersebut maka kredit ini memberikan sumbangan yang cukup signifikan dalam naik turunnya rasio Non-Performing Loan pada suatu bank. Hal ini terbukti pada krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Krisis yang awal mulanya disebabkan oleh penyaluran kredit perumahan yang terlampau tinggi ini mampu mengguncang perokonomian Amerika Serikat dan juga negara-negara di Eropa. Subprime mortgage merupakan istilah untuk kredit perumahan


(20)

(mortgage) yang diberikan kepada debitur dengan sejarah kredit yang buruk atau belum memiliki sejarah kredit sama sekali, sehingga digolongkan sebagai kredit yang berisiko tinggi. Penyaluran subprime mortgage di AS mengalami peningkatan pesat mulai di bawah USD200 miliar pada tahun 2002 hingga menjadi sekitar USD500 miliar pada 2005.Kesalahan dalam pengelolaannya, menyebabkan subprime mortgage menjadi awal bencana krisis global yang melanda Amerika Serikat. (Outlook Ekonomi Indonesia 2009-2014, Edisi Januari 2009).

Pertumbuhan kredit properti yang sempat terpuruk pada tahun 2009, kembali menunjukkan perbaikan sejak pertengahan tahun 2010. Selama Semester I-2011 kredit properti tumbuh 10,1% atau 17,8% (yoy). Pertumbuhan selama Semester I-2011 tersebut lebih baik dibandingkan dengan dua semester sebelumnya, terutama didorong oleh kondisi makroekonomi yang stabil. Dengan kebutuhan perumahan penduduk yang masih cukup besar, kredit properti khususnya untuk rumah tinggal (KPR) diperkirakan berpeluang untuk tetap tumbuh. Pangsa kredit properti terhadap total kredit perbankan saat ini masih relatif tidak terlalu besar, yaitu sekitar 13,2% terhadap total kredit (www.bi.go.id)


(21)

Gambar 1.1

Pertumbuhan dan Pangsa Kredit Properti

Sumber: bi.go.id

Dari gambar grafik 1.1 dapat dilihat perkembangan kredit properti di Indonesia mulai dari tahun 2006 hingga 2011 sangatlah berfluktuatif. Hal ini dapat dilihat dari garis Growth Kredit Properti. Dari tahun 2006 terus berkembang cukup pesat hingga akhir tahun 2008. Sedangkan pada awal tahun 2009 pertumbuhan kredit KPR melemah pada titik 10% hingga awal tahun 2010. Penurunan pertumbuhan kredit tersebut di karenakan terjadinya kenaikan suku bunga kredit KPR sehingga mempuat angka pertumbuhan KPR di Indonesia anjlok hingga mencapai titik 10%. Namun pada tahun 2011 perkembangan bisnis KPR kembali meningkat akibat mulai adanya penstabilan suku bunga kredit KPR pada tahun tersebut sehingga mampu menarik masyarakat untuk mengambil kredit KPR.

Dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediari yang perlu diperhatikan bank dalam menyalurkan kredit adalah resiko yang mungkin akan


(22)

terjadi, salah satunya adalah kegagalan dalam pembayaran kredit (default). Setiap bank pasti menghadapi masalah kredit macet. Bank tanpa kredit macet merupakan hal yang aneh, (kecuali bank-bank yang baru tentunya). Membicarakan kredit macet, sesungguhnya membicarakan risiko yang terkandung dalam setiap pemberian kredit, dengan demikian bank tidak mungkin terhindar dari kredit macet. Kemacetan kredit adalah suatu hal yang merupakan penyebab kesulitan terhadap bank itu sendiri, yaitu berupa kesulitan terutama yang menyangkut tingkat kesehatan bank, karenanya bank wajib menghindarkan diri dari kredit macet (Djumhana, 2003 :263).

Semakin besarnya jumlah kredit yang diberikan, maka akan membawa konsekuensi semakin besarnya risiko yang harus ditanggung oleh bank yang bersangkutan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank (Masyhud, 2004 : 231). Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit.


(23)

Gambar 1.2

Grafik NPL Properti Indonesia

sumber: bi.go.id

Dari gambar tersebut risiko penyaluran kredit properti masih dapat dikendalikan dengan baik oleh pihak bank. Pada tahun 2006 terjadi golakan ekonomi yang menyebabkan krenaikan suku bunga kredit. Akibat naiknya suku bunga kredit tersebut maka rasio kredit bermasalah sektor perumahan khususnya KPR melonjak hingga menyentuh titik 4%. Seiring kembali stabilnya perekonomian Indonesia pada saat itu rasio NPL sektor KPR terus berkurang seiring dengan di munculkannya kebijakan pemerintah dalam menetapkan sukubunga kredit KPR di Indonesia. Rasio kredit KPR relatif masih cukup rendah yaitu 2,5% per Juni 2011 sehingga peningkatan jumlah kredit bermasalah tampaknya masih dapat dikelola dengan baik oleh bank (Kajian Stabilitas Keuangan, 2011).


(24)

Tabel 1.1

Perbandingan Variabel Penelitian (LDR, SBI,Bank Size dan Inflasi) terhadap NPL (dalam %)

Tanggal LDR Persen SBI Persen Bank Size Milyaran Inflasi Persen NPL Persen

Jan-06 59,73 12,72 566369,7 1,36 0,92

Jun-06 60,58 12,48 561048 0,45 1,04

Des-06 60,03 9,72 574380,9 1,21 0,83

Jan-07 58,98 9,48 625316,7 1,04 0,99

Jun-07 61,88 8,52 625028,8 0,23 1,04

Des-07 62,37 8,04 647888,1 1,1 0,84

Jan-08 64,12 8,04 1940886 1,77 0,9

Jun-08 71,32 8,52 1964717 2,46 0,75

Des-08 70,27 9,24 2066807 -0,04 0,53

Jan-09 71,45 8,76 827942,2 -0,07 0,62

Jun-09 74,79 6,96 838687,2 0,11 0,66

Des-09 69,55 6,48 858420,3 0,33 0,54

Jan-10 70,08 6,48 946019,3 0,84 0,56

Jun-10 75,63 6,48 951480,7 0,97 0,63

Des-10 71,54 6,48 975438,7 0,92 0,53

Jan-11 74,3 6,48 1081932 0,89 0,62

Jun-11 81,79 6,72 1094208 0,55 0,66

Des-11 74,75 6 1153453 0,57 0,47

Jan-12 76,58 6 1264736 0,76 0,32

Jun-12 81,51 5,76 1369620 0,62 0,31

Des-12 79,84 5,76 1535324 1,03 0,3

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (SPI) www.bi.go.id (data diolah)

Dari data tabel 1.1 dari tahun 2006-2012 angaka LDR berada dibawah dari 75% sehingga bank Indonesia merubah kebijakan dalam melakukan penghitungan LDR pada setiap bank, yaitu dengan memasukkan obligasi korporasi sebagai komponen kredit. Dengan adanya perubahan perhitungan tersebut maka terbukti mengangkat nilai LDR bank di Indonesia khususnya


(25)

PERSERO di Indonesia menembus angka 75,54% sesuai dengan batas minimum LDR yang di keluarkan oleh Bank Indonesia.

Loan to Deposit Ratio, yang untuk selanjutnya disebut LDR, adalah rasio kredit yang diberikan kepada pihak ketiga dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk kredit kepada Bank lain, terhadap dana pihak ketiga yang mencakup giro, tabungan, dan deposito dalam rupiah dan valuta asing, tidak termasuk dana antar Bank.(www.bi.go.id)

Menurut Mulyono (2001:101),Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loans Ratio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).

Dari data tebel di atas pada tahun 2006, SBI berada di level 12,72% sedikit menurun dibanding posisi pada tahun 2005 sebesar 12,75%. Sementara itu, SBI selama Januari 2006 hingga Desember 2011 sesungguhnya relatif


(26)

stabil. Dengan kata lain, dengan semakin menurunnya suku bunga SBI hal tersebut diharapkan akan mampu mendorong perbankan secara umum untuk menurunkan suku bunga kreditnya hingga pembiayaan kepada sektor riil akan meningkat dan pada tahap lebih lanjut mampu memberikan kontribusi yang lebih besar bagi perkembangan ekonomi secara umum. Menurut Siswanto Sutojo, (2008:86) Suku bunga kredit merupakan sumber pendapatan terbesar bank, serta mempunyai peranan penting dalam penentuan profitabilitas kegiatan pemberian kredit. Dilain pihak, suku bunga kredit merupakan salah satu sarana bank untuk memenangkan persaingan di pasar. Oleh karena bunga kredit merupakan bagian terbesar penghasilan bank, jumlah penghasilan bunga harus dapat menutup biaya yang ditanggung bank (termasuk biaya pengadaan dana kredit, serta konstribusi biaya overhead dan biaya tetap yang lain), serta menyisakan keuntungan. Biaya pengadaan dana kredit dari pasar uang memegang peranan penting dalam penentuan suku bunga kredit. Suku bunga kredit juga ditentukan oleh perkembangan suku bunga di pasar uang dan pasar modal. Perkembangan suku bunga tidak terbatas pada kredit, melainkan juga pada sekuritas. Tingkat resiko dan jangka waktu transaksi kredit juga menentukan tingkat suku bunga. Semakin panjang jangka waktu kredit, maka akan semakin besar pula resiko yang harus ditanggung kreditor.

Dari tabel tersebut rasio bank size cukup satabil. Rasio bank size ini berasal dari hasil logaritma dari total asset yang dimiliki oleh bank PERSERO. Bank PERSERO memiliki total asset rata-rata berada di antara 35% dari kelompok bank umum di Indonesia. Dengan total asset yang di miliki bank


(27)

PERSERO tersebut maka bank PERSERO akan memiliki dana yang liquid untuk mengembalikan kewajiban dari para nasabahnya. Semakin besar ukuran bank maka semakin besar pula sumber dana bank yang likuid dalam menangani kredit yang bermasalah dalam bank tersebut.

Dari tabel di atas rasio perkembangan inflasi di Indonesia cukup berfluktuatif. Hal ini di karenakan terjadinya kebijakan kebijakan pemerintah dalam menaikan beberapa harga bahan pokok yang menyebabkan menaiknya beberapa barang lain yang secara signifikan mampu menambah jumlah uang beredar di Indonesia. missal pada tahun 2007 inflasi berada di kisaran 1,04. Menurut Menkeu, tingginya angka inflasi disebabkan oleh faktor harga pangan, pengaruh pemakaian bahan bakar minyak (BBM), serta faktor bencana alam yang akhir tahun lalu terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dari data tabel di atas data NPL dati tahun ke tahun mengalami penurunan. Hal ini di karenakan adanya peratuaran penetapan suku bunga dalam hal kredit konsumtif terutama sektor perumahan. Dengan penetapan suku bunga rendah dalam melakukan pengambilan kredit di sektor perumahan maka akan memperbaiki nilai non performing loan pada sektor KPR. Penentuan kredit perumahan ini juga membantu pemerintah dalam menangani masalah kepemilikan perumahan yang layak bagi masyarakat Indonesia.

Penelitian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi Non-Performing Loan pada sektor perbankan telah banyak juga diteliti oleh peneliti-peneliti terdahulu, antara lain :


(28)

Penelitian yang dilakukan Syeda Zabeen Ahmed (2006) menujukkan hal lain yaitu adanya pengaruh negatif antara Bank Size dengan Non-Performing Loan. Hal tersebut dikarenakan bahwa langkah-langkah alternatif dari bank size dapat menimbulkan dampak yang berbeda atas kredit non-performing bank. Misalnya, bank size diukur dalam hal aset, memiliki dampak negatif terhadap NPL, sedangkan ukuran dari bank sizedalam hal modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPL kotor tetapi efek yang dapat diabaikan pada NPL bersih. Sedangkan penelitian B.M. Misra dan Sarat Dhal (2010) studi ini menemukan bahwa variabel kredit berpengaruh signifikan terhadap kredit bermasalah bank dengan adanya ukuran bank (bank size) dan guncangan ekonomi makro. Selain itu, langkah-langkah alternatif dari siklus bisnis dapat menimbulkan dampak yang berbeda pada bank-bamk penyalur kredit.sehingga dapat disipulkan bahwa adanya pengaruh positif tidak signifikan antara Bank SizedenganNon-Performing Loan.

Penilaian terhadap nilai LDR yang meningkat dapat menaikan NPL atau sebaliknya yang didukung oleh penelitian Misra dan Dhal (2010) dikarenakan semakin tinggi rasio LDR akan menunjukan ketidaklikuidan suatu bank yang dapat diukur dari nilai NPL yang tinggi. Namun hal tersebut bertolak belakang dengan penelitian Ranjan dan Dhal (2003) dan Soebagio (2005) dimana nilai LDR menurun dan diikuti dengan nilai NPL yang meningkat atau sebaliknya. Dikarenakan melambatnya dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun oleh sektor perbankan.


(29)

Somoye, R.O.C. (2010) melakukan penelitian mengenai resiko kredit macet di Nigeria. Variabel dependennya adalah Non Performing Loan (NPL) dan variabel independennya adalah tingkat kebijakan moneter, suku bunga, risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko suku bunga, produktif risiko, solvabilitas Risiko. Menyimpulkan bahwa koefisien tingkat kebijakan moneter memiliki hubungan positif moderat dengan kredit bermasalah. Sebaliknya, tingkat risiko suku bunga menunjukkan bahwa ia memiliki hubungan positif yang kuat, sedangkan yang risiko pendapatan yang sangat tinggi menunjukkan bahwa ia memhiliki hubungan yang kuat sangat positif dengan kredit bermasalah.

Honny K Tanudjaja (2006) dalam penelitiannya yang membahas tentang kredit bermasalah perbankan nasional memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan tingkat suku bunga, dan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan variable-variabel makro ekonomi yang menyatakan bahwa pengaruh variabel makro ekonomi terhadap kredit bermasalah perbankan nasional menunjukkan bahwa perubahan tingkat suku bunga memberikan pengaruh yang signifikan, sedangkan variabel-variabel makro ekonomi lainnya yang diuji tidak memberikan pengaruh yang signifikan.

Penelitian ini memiliki kelebihan dibandingkan dengan penelitian lainnya mulai dari variabel dan data yang diambil dalam kurun waktu yang berbeda. Dengan menggunakan data yang terbaru sehingga hasil yang didapat akan lebih menggambarkan situasi perbankan pada saat ini.


(30)

Disamping itu, Penelitian ini juga memberikan manfaat yang paling berpengaruh terhadap Bank PERSERO, diharapkan dengan hasil yang didapat dari penenelitian ini manajemen Bank PERSERO mampu menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan mampu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.

Berdasarkan fenomena yang terjadi dan penelitian tedahulu yang telah dijelaskan maka penulis termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul

Analisis Pengaruh LDR, SBI, Bank Size dan Inflasi terhadap Non Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah (Studi Kasus Bank PERSERO tahun 2006-2012)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas menengenai pengaruh Loan to Deposit Ratio, Suku bunga SBI,Bank sizedan Inflasi terhadapNon Performing Loan Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank Persero maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Rumusan Masalah secara Simultan

a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio (LDR), suku bunga SBI, bank size dan inflasi secara simultan terhadap Non Performing Loan kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

2. Rumusan Masalah secara Parsial

a. Bagaimana pengaruh Loan to Deposit Ratio terhadap Non Performing Loan (NPL)kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.


(31)

b. Bagaimana pengaruh suku bunga SBI terhadap Non Performing Loan (NPL)kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

c. Bagaimana pengaruh bank size terhadap Non Performing Loan (NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

d. Bagaimana pengaruh inflasi terhadap Non Performing Loan (NPL) kredit kepemilikan rumah pada bank Persero.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan Loan to Deposit Ratio, Suku bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.

b. Untuk mengetahui pengaruh secara parsial Loan to Deposit Ratio, Suku bunga SBI, Bank size dan Inflasi terhadap non performing loan Kredit Kepemilikan Rumah pada Bank Persero.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Penulis

Penelitian ini memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi penulis tentang bagaimana pengaruh jumlah loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada Bank Persero.


(32)

b. Bagi Akademisi

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi bagi peneliti sendiri maupun bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti tentang pengaruh loan to deposit ratio, suku bunga SBI, bank size dan inflasi terhadap jumlah perubahan nilai non performing loan KPR pada Bank Persero.

c. Bagi Perbankan

Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang bermanfaat bagi manajemen perbankan sebagai bahan acuan dalam menjalankan fungsinya sebagai intermediasi dan membantu mengevaluasi hasil operasi perusahaan dalam mengambil keputusan sehubungan dengan intermediasi bank.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai bahan dasar ataupun acuan penelitian sejenis yang diharapkan dapat berguna bagi pengembangan penelitian selanjutnya dalam bidang perbankan dimasa yang akan datang.


(33)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Bank

a. Pengertian Bank

Menurut Frederic S. Mishkin (2008:9), bank adalah lembaga keuangan yang menerima dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya dalam bentuk kredit.

Sedangkan pengertian bank menurut Ahmad Rodoni (2006:21) adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai perantara (financial intermediary) untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada yang ditentukan.

Menurut Puspo Pranoto (2004:5) bahwa bank adalah lembaga keuangan yang menerima berbagi jenis simpanan dan mempergunakan dana yang terhimpun dibank terutama untuk pemberian kredit.

Menurut Lukman Dendawijaya (2009:14) definisi dari bank adalah:

“suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang


(34)

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bank adalah suatu lembaga intermediasi antara pihak yang kelebihan dana (surplus fund) dengan pihak yang kekurangan dana (deficit fund), dimana tugas pokoknya adalah menghimpun dana dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali dalam bentuk kredit. Bank juga merupakan lembaga yang melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

b. Jenis Bank

Jenis-jenis bank menurut Kasmir (2012:20) dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain:

1) Dilihat dari Segi Fungsinya a) Bank Umum

Pengertian bank umum sesuai dengan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut dengan bank komersil (commercial bank).

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah salah satu jenis bank yang dikenal melayani golongan pengusaha mikro, kecil dan menengah dengan lokasi yang pada umumnya dekat dengan tempat masyarakat yang membutuhkan.


(35)

2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Jenis bank yang ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank tersebut. Adapun kepemilikan ini dapat dilihat dari akta pendirian dan penguasaan saham yang dimiliki bank bersangkutan. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya adalah sebagai berikut:

a) Bank milik pemerintah

Merupakan suatu bank yang akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

b) Bank milik swasta nasional

Seluruh atau sebagian besar saham dari bank jenis ini dimiliki oleh swasta nasional serta akte pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk keuntungan swasta pula.

c) Bank milik asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.

d) Bank milik campuran

Saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional yang secara mayoritas kepemilikan sahamnya dipegang oleh warga negara Indonesia.


(36)

3) Dilihat dari Segi Status a) Bank devisa

Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan, misalnya transfer ke luar negeri, inkaso ke luar negeri, travellers cheque, pembukaan dan pembayaranLetter of Creditdan transaksi lainnya.

b) Bank non devisa

Merupakan bank yang belum mempunyai izin melaksanakan transaksi sebagai bank devisa sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa.

4) Dilihat dari segi cara Menentukan Harga

a) Bank yang berdasarkan prinsip konvensional

Bank jenis ini menggunakan sistem bunga dalam menentukan harga jual, misalnya untuk produk simpanan.

b) Bank yang berdasarkan prinsip syariah

Dalam menentukan harganya, bank jenis ini menggunakan sistem bagi hasil. Misalnya dalam penetapan pembagian keuntungan hasih tabungan mudarobah pada nasabah.

c. Kegiatan Bank

Kegiatan bank menurut Kasmir (2003:3) adalah sebagai berikut: 1) Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,


(37)

atau berinvestasi bagi masyarakat. Tujuan utama masyarakat menyimpan uang biasanya adalah untuk keamanan uangnya. Sedangkan tujuan kedua adalah untuk melakukan investasi dengan harapan memperoleh bunga dari hasil simpanannya. Untuk memenuhi tujuan di atas, baik untuk mengamankan uang maupun untuk melakukan investasi, bank menyediakan sarana yang disebut dengan simpanan. Jenis simpanan yang ditawarkan bank sangat bervariasi tergantung dari bank yang bersangkutan. Secara umum jenis simpanan yang ada di bank adalah terdiri dari simpanan giro (demand deposit), simpanan tabungan (saving deposit) dan simpanan deposito(time deposit).

2) Menyalurkan dana kemasyarakat, maksudnya adalah bank memberikan pinjaman (kredit) kepada masyarakat yang mengajukan permohonan. Dengan kata lain bank menyediakan dana bagi masyarakat yang membutuhkannya. Jenis kredit yang biasanya diberikan oleh hampir semua bank adalah seperti kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit perdagangan.

3) Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C), safe deposit box, bank garansi dan jasa-jasa bank lainnya yang


(38)

merupakan jasa pendukung dari kegiatan-kegiatan pokok bank yaitu menghimpun dan menyalurkan dana.

d. Sumber Dana Bank

Menurut Kasmir (2008:61) “Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan

operasinya”, dapat dibedakan menjadi 3 sumber yaitu:

1) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu sendiri terdiri dari:

a) Setoran modal dari pemegang saham

Dalam hal ini pemilik saham dapat menyetor dana atau membeli saham yang dikeluarkan oleh perusahaan.

b) Cadangan-cadangan bank

Yaitu cadangan-cadangan laba tahun lalu yang tidak dibagi kepada para pemegang sahamnya. Cadangan ini digunakan untuk mengantisipasi laba tahun yang akan datang.

c) Laba bank yang belum dibagi

Merupakan laba yang belum dibagikan pada tahun yang bersangkutan, sehingga dapat dimanfaatkan sebagai modal untuk sementara waktu.


(39)

2) Dana yang bersumber dari lembaga lainnya

Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lain kepada bank.

3) Dana yang berasal dari masyarakat luas

Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.

2. KREDIT

a. Pengertian Kredit

Menurut Veithzal dan Andria (2007:4) “ Kredit adalah penyerahan barang, jasa, atau uang dari satu pihak (kreditor) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau penghutang)dengan janji membayar dari si penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati oleh kedua belahpihak.”

Sedangkan menurut Susilo (2000:69) kredit adalah penyedian uang atau tagihan berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak meminjam untuk melunasi kewajibannya setelah jangka waktu tertentu. Kewajiban tersebut dapat berupa pokok pinjaman, bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.


(40)

Pengertian kredit menurut Undang-Undang Perbankan No.10 tahun 1998 adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.

b. Unsur-unsur Kredit

Adapun unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit menurut Rivai Veithzal dan Veithzal Andria (2007:3) adalah sebagai berikut:

1) Adanya dua pihak, yaitu pemberi kredit (kreditur) dan penerima kredit (nasabah kredit). Hubungan pemberi kredit dan penerima kredit merupakan hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

2) Adanya kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredit yang didasarkan atascredit ratingpenerima kredit.

3) Adanya persetujuan, berupa kesepakatan pihak bank dengan pihak lainnya yang berjanji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit. Janji membayar tersebut dapat berupa lisan, tertulis (akad kredit) atau berupa instrument.

4) Adanya penyerahan barang, jasa, atau uang dari pemberi kredit kepada penerima kredit.

5) Adanya unsur waktu (time element), unsur waktu merupakan unsur esensial kredit. Kredit dapat ada karena unsur waktu, baik


(41)

dilihat dari pemberi kredit maupun dilihat dari penerima kredit. Misalnya penabung memberikan kredit sekarang untuk konsumsi lebih besar dimasa yang akan datang, atau bagi produsen memerlukan kredit karena adanya jarak waktu antara produksi dan konsumsi.

6) Adanya unsur resiko (degree of risk) baik dipihak pemberi kredit maupun dipihak penerima kredit. Resiko dipihak pemberi kredit adalah resiko gagal bayar (risk of default), baik karena kegagalan usaha (pinjaman komersial) atau ketidakmampuan bayar (pinjaman konsumen) atau karena ketidak sediaan membayar. Resiko dipihak nasabah adalah kecurangan dari pihak kreditur, antara lain berupa pemberian kredit yang dari semula dimaksudkan oleh pemberi kredit untuk mencaplok perusahaan yang diberi kredit atau tanah yang dijaminkan.

7) Adanya unsur bunga sebagai kompensasi (prestasi) kepada pemberi kredit. Bagi pemberi kredit, bunga tersebut terdiri dari berbagai komponen seperti biaya modal (cost of capital), biaya umum (overhead cost), risk premiumdan sebagainya. Jika credit rating penerima kredit tinggi, risk premium dapat dikurangi dengansafety discount.

Sedangkan menurut Kasmir (2008: 98) terdapat lima unsur dalam pemberian fasilitas kredit, yaitu :


(42)

1) Kepercayaan, maksudnya ialah keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa tertentu pada masa mendatang.

2) Kesepakatan, yang dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya. 3) Jangka waktu, maksudnya mencakup masa pengembalian kredit

yang telah disepakati.

4) Risiko, maksudnya akan muncul suatu risiko tidak tertagihnya/ macetnya pengembalian kredit yang telah disepakati sebagai akibat adanya suatu tenggang waktu pengembalian.

5) Balas jasa yang merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut lebih dikenal dengan sebutan bunga.

c. Fungsi Kredit

Fungsi kredit secara luas sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmir (2008:101) yaitu :

1) Untuk meningkatkan daya guna uang

2) Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 3) Untuk meningkatkan daya guna barang

4) Untuk meningkatkan peredaran barang

Menurut Muchdarsyah Sinungan (1993:17) fungsi kredit dapat dikategorikan kedalam lima bagian yaitu:

1) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang. 2) Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.


(43)

3) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang. 4) Kredit adalah salah satu alat stabilitas ekonomi

5) Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat

Menurut Thomas Suyatno (2004:16) fungsi kredit perbankan dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan lain sebagai berikut :

1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang. Para pemilik uang atau modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan, untuk meningkatkan produksi dan untuk meningkatkan usahanya.

Para pemilik uang atau modal dapat menghimpun uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Uang tersebut diberikan sebagai pinjaman kepada perusahaan untuk meningkatkan usahanya.

2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang.

Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro, dapat menciptakan pembayaran baru, seperti cek, giro bilyet dan wesel. Dan apabila pembayaran-pembayaran dilakukan dengan cek, giro bilyet dan wesel maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral.

3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran barang. Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat.


(44)

4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi.

Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain :

a) Pengendalian inflasi b) Peningkatan ekspor

c) Pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.

5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha.

Setiap orang yang berusaha selalu ingin meningkatkan usaha tersebut, namun ada kalanya dibatasi oleh kemampuan dibidang permodalan. Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangan para pengusaha dibidang permodalan, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.

6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan.

Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian mereka akan memperoleh pendapatan.

7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional. Bank-bank diluar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit, baik secara langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan-perusahaan didalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat


(45)

hubungan ekonomi antar negara yang bersangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.

d. Prinsip Pemberian Kredit

Menurut Kasmir (2012:117-118) dapat dilakukan dengan analisa 5C, yaitu:

1) Character(Karakter)

Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur. Tujuannya adalah untuk memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau watak dari orang-orang yang akan diberikan kredit benar-benar dapat dipercaya. Intinya pihak bank ingin melihat

I’tikad baik dan keseriusan dari calon nasabah yang ingin meminjam. 2) Capacity / Capability (Kemampuan)

Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga akan terlihat kemampuan nasabah tersebut dalam mengembalikan kredit yang dipinjamnya. Bank melihat sumber pendapatan lain yang dimiliki oleh debitur, semakin banyak sumber pendapatan seseorang, maka semakin besar kemampuannya untuk membayar kredit.

3) Capital(Modal)

Capital atau modal adalah untuk mengetahui sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan dibiayai oleh bank. Semakin tinggi modal perusahaan atau peminjam maka


(46)

bank akan memilih. Karena bagi setiap nasabah yang akan mengajukan kredit harus pula memiliki dana atau modal pribadi paling tidak 50% dari total dana yang ingin dipinjam.

4) Collateral(Jaminan)

Collateral adalah jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik ataupun non fisik. Jaminan tersebut dapat dilihat dari 2 segi, yaitu:

a) Dari segi ekonomis, yaitu dengan melihat nilai ekonomis dari barang- barang yang akan digunakan sebagai jaminan.

b) Dari segi yuridis, yaitu dengan melihat apakah jaminan tersebut sudah memenuhi syarat-syarat dari standar jaminan yang ditetapkan oleh bank.

5) Condition of Economi(Kondisi Ekonomi)

Condition of economicadalah kondisi dimana hendaknya bank melihat dan menilai kredit berdasarkan ekonomi sekarang dan untuk masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing.

Menurut Martono (2010:58), selain penilaian melalui 5C, bank biasanya juga melakukan penilaian dengan melihat 7P yaitu meliputi:

1) Personality(Kepribadian)

Bank mencari data tentang kepribadian calon debitur seperti riwayat hidupnya, hobi, keadaan keluarga, pergaulan dalam masyarakat dan hal-hal yang berhubungan dengan kepribadian calon debitur


(47)

2) Party( Golongan)

Merupakan pengklasifikasian nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Dengan demikian nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapat fasilitas kredit yang berbeda pula dari bank, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya. 3) Purpose(Tujuan)

Bank mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit. apakah akan digunakannya untuk berdagang, berproduksi, atau membeli rumah. Apakah tujuan penggunaan kredit itu sesuai dengan line of bussineskredit bank yang bersangkutan.

4) Prospect

Merupakan harapan masa depan dari bidang usaha atau kegiatan usaha calon debitur selama berapa bulan atau tahun, perkembangan ekonomi/perdagangan, keadaan sektor usaha calon debitur, kekuatan keuangan perusahaan masa lalu dan perkiraan masa mendatang.

5) Payment(Sumber Pembiayaan)

Merupakan prinsip untuk mengetahui bagaimana pembayaran kembali pinjaman yang akan diberikan. Hal ini dapat dapat diperoleh dari perhitungan tentang prospect, kelancaran penjualan dan pendapatan sehingga dapat diperkirakan kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari waktu serta jumlah pengembaliannya.


(48)

6) Profitability(Keuntungan)

Merupakan kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability,diukur dari periode keperiode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya dari bank.

7) Protection(Perlindungan)

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh bank melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

3. Kredit Kepemilikan Rumah a. Pengertian KPR

Istilah Kredit yang saat ini banyak digunakan berasal dari kata Romawi berupaCredereyang berarti percaya, atau credo yang berarti saya percaya. Sehingga hubungan dalam perkreditan harus didasari rasa saling percaya diantara Para Pihak untuk memenuhi segala ketentuan perjanjian. (Muhamad Djumhana.2003:365)

Dalam Undang- undang No.7 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, kredit

didefinisikan sebagai: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”


(49)

Sedangkan pengertian Kredit Kepemilikan Rumah (KPR) tidak ada yang baku, ada yang mendefinisikan KPR adalah suatu fasilitas kredit yang diberikan oleh perbankan kepada para nasabah perorangan yang akan membeli atau memperbaiki rumah.

Adapula yang mengartikan KPR sebagai salah bentuk dari kredit

consumer yang dikenal dengan “Housing Loan” yang diberikan untuk

konsumen yang memerlukan papan, digunakan untuk keperluan pribadi, keluarga atau rumah tangga dan tidak untuk tujuan komersial serta tidak memiliki pertambahan nilai barang dan jasa di masyarakat. (Johannes Ibrahim.2004: 229)

b. Jenis - Jenis KPR

Menurut hasil Keputusan Dirjen Perumahan dan Pemukiman No.10 /KPTS /DM /2003, BAGIAN II ayat , di Indonesia terdapat dua jenis KPR, yaitu:

1) KPR bersubsidi

Merupakan kredit yang diperuntukkan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sesuai sasaran, yaitu:

Tabel 2.1

Kel Sasaran Berdasarkan Penghasilan

Kel. Sasaran

Batas Penghasilan (Rp/Bulan)

I 900.000 ≤ Penghasilan ≤ 1.500.000 II 500.000 ≤ Penghasilan ≤ 900.000 III 350.000 ≤ penghasilan ≤ 500.000


(50)

Kredit yang diberikan dapat berupa:

a) KPR bersubsidi untuk memfasilitasi pemilikan atau pembelian pertama kali Rumah sehat yang dibangun pengembang .KPR bersubsidi dan diberikan pada rumah tangga yang termasuk ke dalam sasaran masyarakat berpenghasilan rendah;

b) Kredit Pembangunan/perbaikan Rumah Swadaya Milik Bersubsidi (KPRS) untuk pembangunan atau perbaikan rumah sehat secara swadaya baik berupa individu maupun kelompok dalam koperasi.

Untuk harga rumah harus memenuhi ketentuan minimum dan maksimun harga, yaitu:

Tabel 2.2

Batasan Harga Rumah

Kel. Sasaran

Batas Harga Rumah (Rp)

minimum Maksumim

I 25.000.000 36.000..000 II 14.000.000 25.000.000

III - 14.000.000

Jenis subsidi yang diberikan terhadap Kredit Subsidi tersebut terdiri : a) Subsidi Selisih Bunga. Dengan ketentuan:


(51)

Tabel 2.3 Suku Bunga Subsidi

Kel. Sasaran

Suku Bunga Bersubsidi (% Per Tahun) Tahun

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

I 10 12 13.5 14.5 @ @ @ @ @ @ @

II 8 10 11.5 13.5 14 14.5 @ @ @ @ @

III 6 7 8 9 10 11 12 13.5 14 14.5 @

b) Subsidi Uang Muka. Dengan ketentuan:

Tabel 2.4 Uang muka

Kelompok Sasaran

Uang Muka Maks

Subsidi Pemerintah

Min. Yang harus disediakan Kel.

Sasaran

Total Minimum Uang muka

(1) (2) (3) (4)

I 6.7 15.8 22.5

II 12.0 15.55 27.5

III 25.0 10.0 35.0

2) KPR Non Subsidi

Kredit yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat yang memenuhi persyaratan untuk digunakan membeli tanah dan bangunan. Ketentuan KPR ditetapkan oleh Bank sehingga besarnya kredit dan suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.


(52)

c. Persyaratan KPR

Secara umum persyaratan dan ketentuan pengambilan KPR disetiap Bank hampir sama, yaitu:

1) Warga Negara Indonesia (WNI);

2) Telah berusia 21 Tahun atau telah menikah dan cakap untuk melakukan tindakan hukum;

3) Pada saat kredit lunas usia Pemohon Kredit tidak melebihi 65 Tahun; 4) Memiliki penghasilan yang menurut perhitungan Bank dapat

menjamin kelangsungan pembayaran Kredit; 5) Tidak memiliki Kredit bermasalah;

6) Memberikan NPWP untuk kredit lebih dari Rp 100.000.000,- atau SPT Pasal 21 Form AI untuk jumlah Kredit lebih dari Rp 50.000.000,- dan kurang dari Rp.

100.000.000,-Untuk proses mengajuan KPR, Pemohon Kredit harus melampirkan: 1) Aplikasi Permohonan;

2) Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) sendiri dan Pasangan, Kartu Keluarga, Surat Nikah;

3) Copy Slip gaji atau laporan keuangan; 4) Copy rekening tabungan atau Giro; 5) NPWP atau SPT PPh 21;

6) Fotokopi Sertipikat Induk dan/atau Pecahan; 7) Fotokopi Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


(53)

4. Kredit Bermasalah

a. Pengertian Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah merupakan bagian dari pengelolaan kredit bank, karena kredit bermasalah itu sendiri merupakan resiko yang dihadapi oleh bisnis perbankan. Hampir semua perbankan memiliki kredit bermasalah, bahkan dalam beberapa kasus, kredit bermasalah di Indonesia berakhir pada penutupan beberapa bank. Sebagai lembaga bisnis, dalam lingkup makro perbankan harus meminimalisir kredit bermasalah tersebut sehingga kepercayaan masyarakan terhadap perbankan akan tetap terjaga.

Menurut Manurung (2004: 196) kredit yang disalurkan dikatakan bermasalah jika pengembaliannya terlambat dibanding jadwal yang direncanakan, bahkan tidak di kembalikan sama sekali. Sedangkan menurut Arthesa (2006: 181), kredit bermasalah secara umum adalah semua kredit yang mengandung resiko tinggi atau kredit bermasalah adalah kredit-kredit yang mengandung kelemahan atau tidak memenuhi standar kualitas yang telah ditetapkan oleh bank.

Dapat disimpulkan bahwa kredit macet adalah piutang yang tak tertagih atau kredit yang mempunyai kriteria kurang lancar, diragukan karena mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor tertentu. Rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang disalurkan, Rasio NPL dapat dihitung sebagai berikut:

NPL = Kredit Bermasalah


(54)

Dalam dunia perbankan internasional, kredit dapat dikategorikan ke dalam kredit bermasalah bilamana (Sutojo,2008: 13) :

1) Terjadinya keterlambatan pembayaran bunga dan/atau kredit induk lebih dari 90 hari sejak tanggal jatuh temponya;

2) Tidak dilunasi sama sekali, atau;

3) Diperlukan negosiasi kembali atas syarat pembayaran kembali kredit dan bunga yang tercantum dalam perjanjian kredit.

Di Indonesia (PAK MEI 1993), kredit bermasalah pernah dikategorikan dalam tiga kelompok yaitu (Sutojo,2008: 13) :

1) Kredit kurang lancar

Kurang lancar (substandard). Kredit yang digolongkan ke dalam kredit kurang lancar apabila memenuhi kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui sembilan puluh hari; atau

b) sering terjadi cerukan; atau

c) frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau

d) terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari; atau

e) terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi nasabah; atau f) dokumentasi pinjaman yang lemah.


(55)

Kredit digolongkan ke dalam kredit diragukan apabila memenuhi kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau

b) terjadi cerukan yang bersifat permanen c) terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau d) terjadi kapitalisasi bunga; atau

e) dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikatan jaminan.

3) Kredit macet

Kredit digolongkan ke dalam kredit macet apabila memenuhi kriteria:

a) terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau

b) kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau

c) dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar .

b. Gejala Kredit Bermasalah

Bank sebagai pemberi kredit harus memperhatikan gejala-gejala yang menjurus kepada memburuknya keadaan pinjaman para debitur, antara lain sebagai berikut:

1) Tunggakan (Deliquency) : Pada umumnya tunggakan terjadi karena ada tendensi tidak mau membayar oleh nasabah yang bersangkutan,


(56)

maka pinjaman tersebut mungkin akan menjadi pinjaman yang gawat. Untuk itu bank harus segera mempersiapkan hal-hal yang perlu dalam usahanya untuk memperoleh kembali uang pinjaman. 2) Neraca keuangan memburuk (Adverse Trend) : Adanya tanda-tanda

bahwa keadaan keuangan nasabah menunjukan gejala memburuk dapat dilihat dengan jalan membandingkan beberapa neraca yang berurutan. Bila sudah ada gejala yang memburuk, maka bank perlu segera mengambil tindakan agar resiko tidak semakin besar.

3) Debitur yang enggan : Keengganan nasabah untuk memperbincangkan dan memberi laporan keuangannya serta keadaan perputaran usahanya dapat pula merupakan petunjuk dari munculnya kredit bermasalah.

4) Jaminan yang turun nilainya : Selama jangka peminjaman, bank harus selalu memeriksa keberadaan jaminan di tempatnya dan memeriksa secara fisik. Menghilangnya stok barang-barang yang dipakai akan mengurangi sumber pembayaran kembali dan hilangnya jaminan itu sendiri.

5) Faktor-faktor lain : Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi jalan pinjaman misalnya kematian nasabah, bencana alam, kepekaan terhadap gejala memburuk dari keadaan perekonomian sekelilingnya.


(57)

c. Dampak Kredit Bermasalah

Kredit bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak yang tidak menguntungkan baik bagi bank pemberi kredit, dunia perbankan pada umumnya, maupun terhadap kehidupan ekonomi/moneter negara (Sutojo, 2008: 25).

1) Dampak kredit bermasalah terhadap kelancaran operasi bank pemberi kredit. Sebuah bank yang dihadapkan oleh masalah kredit bermasalah dalam jumlah besar akan mengalami berbagai macam kesulitan operasionalnya karena kredit bermasalah dikategorikan sebagai aktiva produktif bank yang diragukan kolektibilitasnya. Untuk menjaga keamanan dana para deposan maka bank sentral mewajibkan bank umum untuk menyediakan cadangan penghapusan kredit bermasalah yang harus disetorkan kepada bank sentral. Dengan demikian, semakin besar jumlah kredit bermasalah maka semakin besar pula saldo yang harus disediakan bank untuk mengadakan dana giro wajib minimum. Selain itu kredit bermasalah juga dapat menurunkan jumlah profitabilitas bank. Return on assets (ROA) yaitu salah satu tolak ukur profitabilitas mereka akan menurun. Kerugian yang ditanggung bank dari kredit bermasalah akan mengurangi jumlah modal mereka sendiri. Selanjutnya menurunya jumlah modal sendiri tadi akan menurunkan jumlah presentasecapital adecuancy ratio(CAR).


(58)

2) Dampak kredit bermasalah terhadap dunia perbankan. Kredit bermasalah dalam jumlah besar yang dihadapi oleh sebuah bank akan menurunkan tingkat kesehatan operasi bank. Apabila penurunan mutu kredit dan profitabilitas bank yang bersangkutan demikian parah sehingga mempengaruhi likuiditas keuangan dan solvabilitas mereka, maka akan menurunkan trust ( kepercayaan) para deposan. Secara serentak para deposan akan melakukan rush (penarikan) dana mereka pada bank yang bersangkutan. Bilamana jumlah kredit bermasalah dalam suatu Negara cukup besar maka tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank pada umumnya akan menurun sehingga akan mengganggu system perbankan pada negara tersebut.

3) Dampak kredit bermasalah terhadap ekonomi/moneter negara. Dengan munculnya kredit bermasalah, dana yang telah diberikan bank kepada debitur untuk sementara atau seterusnya tidak kembali lagi kepada bank yang meminjamkan. Dengan demikian, perputaran dana bank terhenti dan seluruh dampak positif yang dapat ditimbulkan oleh penyaluran kredit tidak dapat terjadi. Dengan terhentinya perputaran dana tersebut maka akan mengganggu fungsi bank sebagai intermediary (perantara). Hilangnya kesempatan bank membiayai operasi dan perluasan operasi debitur lain, karena terhentinya perputaran dana yang mereka pinjamkan, akan memperkecil kesempatan para penguasa untuk memanfaatkan


(59)

peluang bisnis dan investasi yang ada. Dengan demikian, dampak ganda postif (multiplier effects) dari perluasan bisnis atau investasi proyek baru, termasuk penyediaan lapangan kerja baru, peningkatan penerimaan devisa, subtitusi impor dan sebagainya, juga tidak akan muncul. Hal itu akan mengganggu pertumbuhan ekonomi nasional secara keseluruhan.

5. Loan To Deposit Ratio (LDR)

a. PengertianLoan To Deposit Ratio (LDR)

Pengertian Loan to Deposit Ratio (LDR) menurut Martono (2002:82) menyatakan bahwa : “Loan to Deposit Ratio adalah rasio untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya.”

Menurut Mulyono (2001:101), Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio perbandingan antara jumlah dana yang disalurkan ke masyarakat (kredit) dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Loans Rasio ini menggambarkan kemampuan bank membayar kembali penarikan yang dilakukan nasabah deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

Lukaman Dendawijaya (2005:116) mendifinisikan Loan to Deposit Ratio adalah ukuran seberapa jauh kemampuan bank dalam membiayai kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. S. Scott Mc Donald


(60)

dan Timothy W Koch (2006:581) menyebutkan bahwa many bank and bank analyst monitor loan to deposit ratio as a general measure of liquidity. Artinya, semua bank dan analis bank melihat Loan to Deposit Ratio sebagai alat ukur dari likuiditas bank.

Sedangkan Mangasa Augustinus Sipahutar dalam bukunya yang berjudul Persoalan-Persoalan Perbankan Indonesia menyebutkan bahwa Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan perbankan terhadap penghimpunan dana pihak ketiga. Indikator ini menjadi alat ukur terhadap tingkat ekspansifitas perbankan dalam menyalurkan kredit. Loan to Deposit Ratio menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Semakin tinggi indikator ini maka semakin baik pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya, demikian pula sebaliknya semakin rendah indikator ini maka semakin rendah pula perbankan melakukan fungsi intermediasinya.

Berdasarkan definisi di atas, Loan to Deposit Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas bank dan juga menjadi alat ukur terhadap fungsi intermediasi perbankan. Loan to Deposit Ratio merupakan perbandingan antara jumlah kredit yang disalurkan terhadap jumlah dana pihak ketiga yang dihimpun.

Lukaman Dendawijaya (2009:116), rasio Loan to Deposit Ratio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :


(61)

Sumber : Lukman Dendawijaya (2005:116)

Semakin tinggi Loan to Deposit Ratio memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, angka Loan to Deposit Ratio yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya dan menunjukkan bahwa bank masih jauh dari maksimal dalam menjalankan fungsi intermediasi (Syahrial Muchtar, 2001).

Loan to Deposit Ratio dapat juga digunakan untuk menilai strategi manajemen sebuah bank. Manajemen bank yang konservatif biasanya cenderung memiliki Loan to Deposit Ratio yang relatif rendah, sebaliknya manjemen bank yang agresif memiliki Loan to Deposit Ratio yang tinngi atau melebihi batas toleransi.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) merupakan kemampuan Bank dalam membayar kembali dana penarikan yang telah dilakukan oleh deposan dengan mengandalkan kredit untuk mengetahui tingkat likuidasinya.

=


(62)

b. Ketentuan Loan To Deposit Ratio (LDR)

Ketentuan Loan to Deposit Ratio menurut Bank Indonesia pada surat edaran Bank Indonesia No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 perihal tata cara penilaian tingkat kesehatan bank umum, menyatakan bahwa tingkat kesehatan bank untuk kepentingan semua pihak yang terkait, maka Bank Indonesia menetapkan :

1) Untuk Loan to Deposit Ratio sebesar 110% atau lebih diberi nilai kredit nol (0), artinya likuiditas bank tersebut tidak sehat.

2) UntukLoan to Deposit Ratiodi bawah 110% diberi nilai kredit 100, artinya likuiditas bank tersebut sehat.

Batas aman Loan to Deposit Ratio suatu bank secara umum adalah sekitar 90%-100%, sedangkan menurut ketentuan bank sentral batas amanLoan to Deposit Ratioadalah 110% (Simorangkir, 2000:147).

Rasio ini juga merupakan indikator kerawanan dan kemampuan suatu bank, dimana sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman Loan to Deposit Ratio dari suatu bank adalah 80 %. Namun, batas toleransi berkisar antara 85 % - 110 %.

Dalam tata cara penilaian tingkat kesehatan bank, bank Indonesia menetapkan ketentuan sebagai berikut :

1) Untuk rasio LDR sebesar 110% atau lebih diberikan nilai kredit 0, artinya likuiditas bank tersebut dinilai tidak sehat.


(63)

2) Untuk rasio LDR di bawah 110% diberikan nilai kredit 100, artinya likuiditas bank dinilai sehat.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Loan To Deposit Ratio (LDR) yang terlalu tinggi memberikan indikasi semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit menjadi semakin besar. Sebaliknya, jikaLoan to Deposit Ratioyang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang rendah dibandingkan dengan dana yang diterimanya.

c. Jenis-JenisLoan To Deposit Ratio (LDR)

Dana-dana yang di himpun dari masyarakat akan dibandingkan dengan jumlah kredit yang dapat diberikan oleh Bank baik intern maupun ekstern, menurut (Lukman Dendawijaya, 2005:16) dapat dijabarkan bahwa yang termasuk kedalam Jenis-jenisLoan To Deposit Ratio (LDR) adalah :

1) Giro (Demand deposit)

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikanya dapat dilakukan setiap saat dan menggunakan cek, bilyet giro, dan surat perintah lainnya atau cara pemindahbukuan. Dalam pelaksanaannya, giro ditatausahakan oleh bank dalam suatu rekening yang disebut rekening koran. Jenis rekening giro ini dapat berupa:


(64)

a) Rekening atas nama perorangan. b) Rekening atas nama suatu badan usaha. c) Rekening bersama atau gabungan.

Dalam kehidupan modern sekarang, motif transaksi dan berjaga-jaga yang paling banyak mewarnai alasan penguasaan unag tunai. Bagi penguasaan (kecil, menengah maupun besar) dan kaum menengah keatas, mempunyai rekening giro pada bank merupakan kebutuhan mutlak demi kelancaran pembayaran demi urusan bisnisnya. Penggunaan cek dalam transaksi pembayaran telah melampaui jumlah penggunaan uang kartal.

2) Deposito

Deposito atau simpanan berjangka adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan perjanjian. Apabila sumber dana bank di dominasi oleh dana yang berasal dari deposito berjangka, pengaturan likuiditasnya relative tidak terlalu sulit. Akan tetapi dari sisi biaya dana akan sulit untuk ditekan sehingga akan mempengaruhi tingkat suku bunga kredit bank yang bersangkutan. Berbeda dengan giro dan deposito akan mengendap di bank karena para pemegangnya (deposan) tertarik akan tingkat bunga yang di tawarkan oleh bank dan adanya keyakinan bahwa pada saat jatuh tempo (apabila dia tak ingin


(65)

memperpanjang) dananya yang di tarik kembali. Terdapat berbagai jenis deposito, yakni:

a) Deposito Berjangka : Adalah deposito yang dibuat atas nama dan tidak dapat dipindahtangankan.

b) Sertifikat Deposito : Adalah deposito yang diterbitkan atas unjuk dan dapat di pindahtangankan atau dipergunakan, serta dapat dijadikan sebagai jaminan bagi permohonan kredit.

c) Deposits On Call : Adalah sejenis deposito berjangka yang pengambilannya dapat dilakukan sewaktu-waktu, asalkan memberitahukan bank 2 hari sebelumnya.

3) Tabungan (Saving)

Adalah simpanan pihak ketiga pada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu. Progarm tabungan yang pernah diperkenankan oleh pemerintah sejak ahun 1971 adalah tabanas, taska, tappelpram, tabungan ongkos naik haji, dan lain-lain. Akan tetapi, adanya berbagai deregulasi di bidang perbankan seperti paket juni 1983 dan paket oktober 1988 menyebabkan semua bank memiliki berbagai jenis produk tabungan dengan nama khusus serta memberikan rangsangan yang baik bagi nasabahnya. Semua bank diperkenankan untuk mengembangkan sendiri berbagai jenis tabungan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat tanpa perlu adanya persetujuan dari bank sentral (Bank Indonesia)


(66)

4) Kredit

Kredit adalah penyediaan uang tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarka persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjna antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan termasuk pembelian surat berharga nasabah yang dilengkapi dengan NPA (Note Purchase Agreement) dan pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang (factoring).

6. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia a. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia

Sertifkat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka pendek dengan diskonto. (Ismail, 2011:169). Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan pilihan penempatan yang paling aman bagi bank. Dengan menempatkan dananya dalam sertifikat Bank Indonesia (SBI), maka bank dapat menjaga likuiditasnya sekaligus dapat memperoleh keuntungan dari diskonto yang diperoleh. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) memiliki likuiditas pasar sangat tinggi, mudah diperjual belikan dan tidak mengandung resiko. Penjualan sertifikat Bank Indonesia (SBI) diprioritaskan kepada lembaga perbankan karena lembaga ini merupakan salah satu lembaga finansial pengumpul dana


(67)

masyarakat. Adapun tujuan dari jual beli sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah mengatur jumlah uang yang beredar di masyarakat.

b. Tingkat Suku Bunga SBI

Pengertian suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang dikemukakan oleh Adi Gemilang Gumiwang (2009 : 40) yaitu : Suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) merupakan indicator kebijakan moneter di Indonesia. SBI merupakan salah satu instrument kebijakan operasi pasar yang mempengaruhi peredaran uang. Menurut statistik keuangan internasional, suku bunga SBI satu bulan di Indonesia dapat dijadikan ukuran makroekonomi khususnya menyangkut kebijakan moneter.

Kebijakan moneter Indonesia dapat diukur dengan melihat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) sebagai salah satu instrument kebijakan operasi pasar yang dapat mengatur peredaran uang sehingga laju inflasi pun dapat terawasi. Dalam menjual Sertifikat Bank Indonesia, prosedurnya yaitu Bank Indonesia menentukan berapa besar volume dari SBI yang diterbitkan, sementara suku bunganya ditentukan dengan cara lelang. Untuk menentukan besarnya volume SBI, Bank Indonesia memperhatikan indikator pasar. Sertifikat Bank Indonesia (SBI) ini sering dijadikan suku bunga pedoman dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan dan investasi.


(1)

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000

SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002

Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061

INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746

a. Dependent Variable: NPL


(2)

142

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 84

Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation ,00111700 Most Extreme Differences Absolute ,133

Positive ,091

Negative -,133

Kolmogorov-Smirnov Z 1,219

Asymp. Sig. (2-tailed) ,102 a. Test distribution is Normal.


(3)

Lampiran 5:

Uji Multikolinieritas dan Otokorelasi

Uji Told an VIF

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) ,028 ,005 5,281 ,000

LDR -,017 ,003 -,556 -5,305 ,000 ,244 4,095

SBI ,403 ,127 ,277 3,175 ,002 ,353 2,829

Bank_Size -,002 ,001 -,139 -1,904 ,061 ,505 1,980 INFLASI ,009 ,028 ,019 ,325 ,746 ,821 1,217 a. Dependent Variable: NPL

Uji Otokorelasi

RunTest

Standardized Residual

Test Valuea .00010

Cases < Test Value 41

Cases >= Test Value 42

Total Cases 83

Number of Runs 36

Z -1.435

Asymp. Sig. (2-tailed) .151


(4)

144

Lampiran 6:

Uji Heteroskedastisitas

SCATTERPLOT

UJI PARK

Coefficients

a

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

t

Sig.

B

Std. Error

Beta

1

(Constant)

-41,179

21,125

-1,949

,055

LnLDR

-2,952

3,745

-,203

-,788

,433

LnSBI

-2,495

1,500

-,350

-1,663

,101

LnBank_size

7,255

9,455

,127

,767

,446

LnINFLASI

-,029

,196

-,019

-,150

,881


(5)

Setelah pengobatan autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .850a .722 .704 .16770 .717

a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@ b. Dependent Variable: Ln_NPLt@

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 4.532 4 1.133 40.281 .000a

Residual 1.744 62 .028

Total 6.275 66

a. Predictors: (Constant), Ln_Inflasit@, Ln_SBIt@, Ln_Sizet@, Ln_LDRt@ b. Dependent Variable: Ln_NPLt@

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.310 1.986 1.164 .249

Ln_LDRt@ -.851 .496 -.243 -1.717 .091

Ln_SBIt@ .938 .207 .536 4.522 .000

Ln_Sizet@ -1.973 1.197 -.150 -1.649 .104


(6)

Run

Z

e

st

Runs Test

Unstandardized Residual Test Valuea .00027 Cases < Test Value 42 Cases >= Test Value 42

Total Cases 84

Number of Runs 19

Z -5.269

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 a. Median