Pengaruh IHSG, SBI, Inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana saham : periode 2004 - 2006

(1)

87

PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM

(PERIODE 2004 – 2006)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

AMIRUL MU’MININ NIM: 102081026078

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Abdul Hamid, MS Indo Yama Nasarudin, SE. MAB

NIP: 131 474 891 NIP: 150 317 593

JURUSAN MANAJEMEN KEUANGAN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

88 Hari ini Kamis tanggal Delapan Februari Dua Ribu Tujuh telah dilakukan ujian komprehensif atas nama Amirul Mu’minin, NIM: 102081026078, dengan judul skripsi: “PENGARUH IHSG, SBI, INFLASI DAN NILAI TUKAR RUPIAH

TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM” (PERIODE 2004-2006).

Memperhatikan hasil dan kemampuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, April 2007

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Dr. Ahmad Rodoni, MM Ketua

Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli

Indo Yama Nasarudin, SE. MAB Sekretaris


(3)

89

DAFTARRIWAYATHIDUP

Nama Lengkap : Amirul Mu’minin Tempat Tanggal Lahir : Pulomerak, 16 Juni 1984

Agama : Islam

Alamat : Jl. Yos Sudarso No.12 Kp. Sekong RT 01/02 Desa Lebak Gede Kec. Pulomerak Cilegon-Banten 42439

Telepon : 085694920233 atau (0254) 8577012

Pendidikan:

¾ SDN Lebak Gede (Tahun 1990 – 1996) ¾ MTsN Pulomerak (Tahun 1996 – 1999)

¾ SMU Muhamadiyah Cilegon (Tahun 1999 – 2002)

¾ Jurusan Manajemen Keuangan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2002- 2007)


(4)

90

ABSTRACT

The research aims to understand the effects of the Composite Index, Risk-Free Interest, inflation, and Rupiah exchange rate to the performance of stock funds. The research uses data of weekly net asset value of the stock funds listed in Bapepam, monthly data of Composite Indeks from Jakarta Stock Exchange, and monthly data from Risk-Free Interest, inflation, Rupiah exchange rate that are obtained from the monthly report in Indonesian Bank With the method of purposive sampling, from 34 stock funds listed in Bapepam, there are 15 stock funds that are chosen, active, and used as sample in the years of research. Statistical examination used in the research is multiple regression examination, in which the stock funds as dependent-variable and variable of Composite Indeks, Risk-Free Interest, inflation and Rupiah exchange rate become independent variable with the level of significance 5%.

The result of the research suggests that variable of Composite Index and Inflation affect significantly the performance of the stock funds. Inflation becomes the most important variables that influences the performance of stock fund and the variable of Rupiah exchange rate does not effect.

Keyword: performance of stock fund, risk, composite index, risk-free interest, inflation, rupiah exchange rate.


(5)

91

ABSTRAKSI

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Penelitian ini menggunakan data Nilai Aktiva Bersih (NAB) mingguan Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Serta data bulanan IHSG dari BEJ dan data bulanan SBI, Inflasi, Nilai Tukar Rupiah yang diperoleh dari laporan bulanan Bank Indonesia. Dengan menggunakan metode purposive sampling, dari 34 reksa dana saham yang terdaftar di Bapepam, terpilih 15 reksa dana saham yang masih aktif dan selalu ada selama tahun penelitian untuk dianalisis sebagai sampel. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji regresi berganda dimana kinerja reksa dana saham sebagai variabel dependen dan variabel IHSG, SBI, Inflasi serta Nilai Tukar Rupiah menjadi variabel independen dengan level signifikansi sebesar 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel IHSG dan Inflasi berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja reksa dana saham. Inflasi menjadi variabel paling dominan mempengaruhi kinerja reksa dana saham sedangkan variabel nilai tukar rupiah tidak berpengaruh.


(6)

92

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟ

ا

ﻦﻤﺣﺮﻟ

ا

ﷲا

ﻢﺴﺑ

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Yang maha pengasih lagi penyayang. Yang menguasai hari pembalasan. Hanya Allah yang kami sembah dan hanya kepada Allah kami mohon pertolongan. Tunjukkan kami jalan yang lurus. Yaitu jalan yang Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta tanggapan dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini. Tentu saja ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada orang-orang yang telah ambil bagian dalam terlaksananya skripsi ini, semoga mereka selalu dalam lindungan-Nya.

¾ Kedua orang tua tercinta, mamehanda Kalyubi serta Ibunda Hamdah yang telah memberikan dukungan dan do’a yang tak pernah sedikitpun terlupakan dan sangat besar bagi penulis, baik dukungan materil maupun dukungan moril sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

¾ Bapak Dr. Abdul Hamid MS, selaku Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan teladan dan bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini. Setiap kali penulis melihatnya selalu ada motivasi yang terpancar. ¾ Bapak Indo Yama Nasarudin SE., MAB., selaku Dosen Pembimbing II

yang sudah banyak meluangkan waktunya buat penulis untuk konsultasi. Kritikan dan sarannya sangat bermanfaat.

¾ Bapak Dr. Ahmad Rodoni Ir., MM selaku ketua jurusan manajemen yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai. ¾ Bapak Drs. Moh. Faisal Badrun, MBA. selaku Dekan Fakultas


(7)

93 ¾ Teman terbaik yang pernah kumiliki selama kuliah, Edi Hidayat SE

(Ethoy) thanks banget saran dan kritik membangunnya. Makasih juga motornya yaa... Semua kebaikanmu pasti akan selalu kuingat. Semoga Allah membalas perbuatan baikmu.

¾ Teman-temanku angkatan 2002 jurusan manajemen keuangan dan pemasaran, terutame same nyang punye mampang Opik pikur, Nina ethoy, Cak Habib, Eka katro, Ncek Rusydi, Muhammad (jambul), YanSri, Bang iLL Riau, Vandanels, Cup Rin, Ubay, Paul Subhan, Double Bangka Arip ‘n Usup, Dien’s, Double Lukman, Fauzan, Malek, Apuy, Pak SBY (Samsul Bambang Yudhoyono), Mar gope, Willi, Ndutna, Nita asdos, Amza, Jumi, Umaidi, Pak Iman dan Pak Cahyo (Bapepam) yang telah memberikan doa dan motivasi serta informasi selama penulis menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

¾ Special thanks to ‘kepoh (amv3 1617)’ yang selalu cerewet kasih masukan dan motivasi serta tidak henti-hentinya mendoakan penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

Semoga atas segala bantuan serta budi baik mereka selama ini mendapatkan balasan yang setimpal dari ALLAH SWT. Mudah-mudahan skripsi ini sedikit banyak dapat memberikan sumbangan pikiran dan saran dalam lingkungan akademisi.

Jakarta, April 2007


(8)

94

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... ii

ABSTRAKSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Investasi ... 9

1. Pengertian Investasi ... 9

2. Jenis-jenis Investasi... 10

3. Tujuan Investasi ... 11

B. Pengertian Tingkat Return dan Risiko ... 12

1. Rate of Return dan Expected Return Investasi... 12

2. Rate of Return dan Expected Rate of Return Portofolio 14 3. Risiko Investasi dan Risiko Portofolio... 15

C. Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah ... 21

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 21

2. Nilai Tukar ... 24


(9)

95

4. Inflasi ... 25

D. Reksa Dana ... 28

1. Pengertian Reksa Dana ... 28

2. Manfaat Investasi di Reksa Dana... 30

3. Risiko Investasi di Reksa Dana... 31

E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana... 34

1. Bentuk Reksa Dana ... 34

2. Sifat Reksa Dana ... 35

3. Jenis Reksa Dana ... 36

F. Mengukur Kinerja Reksa Dana... 38

1. Nilai Aktiva Bersih ... 38

2. Mengukur Kinerja Reksa Dana Dengan Metode Differential Return with risk measure by standard deviation... 40

G. Penelitian Terdahulu ... 42

H. Kerangka Pemikiran... 45

I. Hipotesis... 48

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS A. Ruang Lingkup Penelitian... 50

B. Metode Penentuan Sampel... 50

C. Metode Pengumpulan Data ... 51

D. Metode Analisis ... 52

E. Operasional Variabel Penelitian... 59

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian... 61

1. Sejarah Singkat Bapepam ... 61

2. Gambaran Umum Reksa Dana... 63

B. Analisis dan Pembahasan... 65

1. Analisa Kinerja Reksa Dana ... 65


(10)

96 3. Differential Return With Risk is Measured by Standar

Deviation... 68

4. Deskriptif Variabel... 71

5. Pengujian Asumsi Klasik ... 74

a. Uji Normalitas... 74

b. Uji Multikolinieritas... 76

c. Uji Autokorelasi ... 77

d. Uji Heteroskedastisitas... 78

6. Pengujian Statistik... 79

a. Pengujian Koefisien Determinasi (R2) ... 79

b. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana (Uji F)... 80

c. Pengaruh Variabel IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana secara Parsial (Uji T) ... 80

d. Pengujian Koefisien Regresi ... 81

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI A. Kesimpulan ... 83

B. Implikasi... 84

DAFTAR PUSTAKA... 85


(11)

97

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Reksa Dana di Indonesia sudah berada pada usia sepuluh tahun. Bapepam (1997: 5) mengemukakan bahwa menurut Undang-Undang Pasar Modal Pasal 1 ayat (27) Reksa Dana (Investment Fund atau Mutual Fund) dapat diartikan sebagai suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi. Yang dimaksud portofolio efek adalah kumpulan (kombinasi) surat berharga atau efek yang dikelola. Sedangkan manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek tersebut.

Menurut Bapepam (1997: 1) keberadan Reksa Dana sendiri sebenarnya telah dimulai sejak diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia, tepatnya sejak tanggal 10 Agustus 1977, meskipun pada saat itu belum lahir peraturan khusus mengenai Reksa Dana. Baru kemudian pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan SK MenKeu Nomor 1548 yang intinya mengizinkan pelaku pasar modal untuk menerbitkan Reksa Dana walaupun masih terbatas bagi Reksa Dana berbentuk perseroan yang bersifat tertutup (closed-end fund). Kondisi tersebut kurang mendapat sambutan dari para Manajer Investasi untuk membentuk Reksa Dana. Berikut data statistik perkembangan Reksa Dana


(12)

98 berdasarkan pernyataan efektif Badan Pengawas Pasar Modal dari tahun 1996 sampai dengan Desember 2006.

Tabel 1.1

Data Statistik Perkembangan Reksa Dana Periode 1996-2006

DATA STATISTIK PERKEMBANGAN REKSA DANA Periode Jumlah

(kumulatif)

NAB Rp (Juta)

Pemegang Saham/ Unit

Penyertaan

Jumlah Saham/ Unit Penyertaan

yang Beredar

1996 25 2.782.322,5 2.441 2.942.232.210,518

1997 77 4.916.604,8 20.234 6.007.373.758,547

1998 81 2.992.171,4 15.482 3.680.892.097,256

1999 81 4.974.105,0 24.127 4.349.952.950,816

2000 94 5.515.954,1 39.487 5.006.049.769,659

2001 108 8.003.769,8 51.723 7.303.771.880,360

2002 131 46.613.833,24 125.82 41.655.523.049,213 2003 186 69.477.719,75 171.712 60.020.745.572,816 2004 246 104.037.824,63 299.063 85.061.930.436,029 2005 331 29.405.732,22 254.660 21.262.143.379,980 2006 382 44.470.317,92 192.621 32.640.147.419,610

Sumber: Bapepam

Dilihat dari tabel 1.1 Nilai Aktiva Bersih pada (NAB) tahun 1996 sampai dengan 1997 perkembangan Reksa Dana mengalami kenaikan yang cukup baik. Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), Reksa Dana sempat ditinggal pemodal pada tahun 1998 ketika krisis. Saat itu harga unit Reksa Dana menurun karena anjloknya pasar saham dan pasar surat utang. Setelah itu meskipun setiap tahun terjadi penambahan jumlah Reksa Dana, pemodal yang terjangkau masih terbatas di sekitar Ibukota Jakarta. Manajer Investasi tak punya kemampuan besar untuk membuka jalur pemasaran.

Babak baru pertumbuhan industri Reksa Dana dimulai pada tahun 2002 dengan aktifnya bank menjadi agen penjual Reksa Dana. Reksa Dana Pendapatan Tetap mulai marak diterbitkan. Bank lebih tertarik memasarkan


(13)

99 Reksa Dana Pendapatan Tetap, karena dinilai tak terlalu berisiko, sesuai dengan karakteristik para penyimpanan di Bank.

Menurut Investor (9-22 Agustus 2005 edisi: 129), akhir tahun 2002, pertumbuhan Reksa Dana mencatat angka spektakuler, 48,2% yang ditandai naiknya Nilai Aktiva Bersih (NAB) Reksa Dana menjadi Rp 46,6 triliun dibandingkan tahun sebelumnya Rp 8,0 triliun. NAB tertinggi tercatat di tahun 2004, senilai Rp 104 triliun dan akhirnya jatuh ke posisi Rp 44 triliun per Desember 2006.

Industri Reksa Dana mulai terpuruk sejak tahun 2005, di mana Reksa Dana semakin mengalami tekanan berat belakangan ini karena berbagai persoalan yang terkait antara satu dengan lainnya. Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana terus berkurang drastis, bahkan jauh tertinggal dibandingkan posisi Desember 2004. Berdasarkan data Badan Pengawas Pasar Modal, pada awal tahun 2005 total Nilai Aktiva Bersih (NAB) sebesar Rp 108,22 triliun. Pada akhir tahun turun drastis menjadi Rp 29,4 triliun hingga akhirnya NAB mentok dengan nilai 44 triliun pada akhir tahun 2006.

Menurut Kontan (Juli 2005: 41) ada empat jenis Reksa Dana yang tersedia saat ini, yaitu Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham dan Reksa Dana Campuran.

Reksa Dana Pasar Uang banyak mengalokasikan investasi dalam produk-produk berjangka waktu pendek kurang dari 1 tahun atau yang sering disebut produk pasar uang seperti Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Deposito Berjangka, Obligasi yang berjangka waktu kurang dari 1 tahun.


(14)

100 Menurut Kontan (Juli 2005: 41) Reksa Dana Pendapatan Tetap pada umumnya menginvestasikan sebagian besar dananya di obligasi pemerintah. Tidak seperti Reksa Dana Pasar Uang, obligasi yang diinvestasikan berjangka waktu lebih dari 1 tahun. Reksa Dana jenis ini memiliki potensi tingkat pengembalian yang lebih tinggi dibandingkan dengan Reksa Dana Pasar Uang.

Reksa Dana Saham risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya namun Reksa Dana Saham ini menghasilkan pengembalian yang tinggi. Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya dalam jangka panjang tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya.

Menurut Bapepam (1997: 10) Reksa Dana Campuran melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Saham. Bapepam (1997: 26) menyatakan bahwa fluktuasi NAB sangat dipengaruhi oleh jenis Reksa Dana itu sendiri. Reksa Dana Saham tentunya dapat lebih berfluktuasi dibandingkan Reksa Dana Obligasi atau jenis lainnya karena sebagian besar portofolionya diinvestasikan pada saham yang sifatnya fluktuatif.

Menurut Bapepam (1997: 5) sama halnya dengan sarana investasi lainnya, Reksa Dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi


(15)

101 tersebut didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio yang menjadi ciri utama Reksa Dana.

Menurut Bapepam (1997: 14) setiap jenis Reksa Dana selalu mengandung risiko investasi walaupun besarnya berbeda-beda. Semakin tinggi hasil pengembalian (return) yang diharapkan maka makin tinggi pula risikonya.

Ada empat faktor yang diduga mempengaruhi kinerja Reksa Dana yaitu Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa Dana sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana.

Melihat keempat faktor tersebut antara IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah yang berkaitan terhadap kinerja portofolio Reksa Dana, maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui keeratan hubungan tersebut melalui pembahasan dalam skripsi ini dengan judul Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Periode 2004 – 2006.


(16)

102

B. Identifikasi Masalah

Peneliti mengidentifikasi beberapa masalah yang ada pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006. 2. Mengidentifikasi tingkat hasil dan risiko Reksa Dana Saham selama

periode 2004-2006.

3. Mengidentifikasi pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Kinerja Reksa Dana selama periode 2004 – 2006.

C. Pembatasan Masalah

Jenis Reksa Dana terdiri dari Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham. Namun dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian kepada Reksa Dana Saham karena tingkat risiko dan return pada Reksa Dana Saham lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat risiko Jenis Reksa Dana lainnya, maka penulis membatasi masalah dalam skripsi ini sebagai berikut:

1. Tingkat hasil (return) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006? 2. Tingkat risiko (risk) Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006? 3. Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar

Rupiah dengan Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006 diukur dengan metode Differential Return with risk measure by standar deviation?


(17)

103

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah dalam skripsi sebagai berikut:

1. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dan parsial dari IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham selama periode 2004-2006?

2. Variabel apa yang paling dominan mempengaruhi Kinerja Reksa Dana Saham?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk menganalisis apakah IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham.

b. Untuk menganalisis variabel mana yang paling dominan mempengaruhi kinerja Reksa Dana Saham.

2. Manfaat Penelitian

a. Bagi Para Pemodal

Bagi para pemodal sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan keputusan investasi di pasar modal. Hal ini karena investor atau calon investor yang diharapkan mampu menentukan Reksa Dana yang akan dipilih sebagai investasi.


(18)

104 Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dan bisa menjadi salah satu bahan referensi, pemecahan masalah perkembangan pengetahuan mengenai IHSG, Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, Suku Bunga Bebas Risiko dan Reksa Dana.

c. Bagi Penulis

Sebagai bahan penyusunan skripsi juga bermanfaat dalam memperluas pandangan serta lebih memahami investasi pada Reksa Dana.


(19)

105

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Investasi

1. Pengertian Investasi

Secara umum kegiatan investasi adalah segala bentuk kegiatan menanamkan dana baik oleh perorangan maupun perusahaan, untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar dari pengorbanan yang sudah dilakukan. Kegiatan tersebut beragam jenisnya, dimulai dengan kegiatan investasi yang sederhana seperti membeli emas atau deposito, sampai yang paling kompleks dan rumit seperti kegiatan investasi pada industri multidisiplin yang bernilai miliaran dollar.

Untuk lebih jelasnya, maka penulis akan mengemukakan beberapa pengertian investasi menurut para pakar, diantaranya:

Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang.

Sementara menurut Jogiyanto (1998: 5) investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di dalam produksi yang efisien selama periode waktu tertentu.

Dari beberapa pengertian investasi di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah upaya pemanfaatan dana sekarang (current funds) untuk memperoleh dana yang besar pada masa yang akan datang. Dana yang


(20)

106 lebih besar di masa datang itu diperoleh melalui beberapa kompensasi, yaitu:

a. Waktu tunggu atau periode waktu menunda konsumsi b. Nilai tukar mata uang akibat inflasi

c. Ketidakpastian dari investasi itu sendiri (risk premium)

2. Jenis-Jenis Investasi

Menurut Jogiyanto (1998: 6) investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung dan investasi tidak langsung. Investasi langsung dilakukan dengan membeli langsung aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui perantara atau dengan cara yang lain. Sebaliknya investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan investasi yang mempunyai portofolio aktiva-aktiva keuangan dari perusahaan-perusahaan lain. Gambar 2.1 menunjukkan investasi langsung dan tidak langsung.

investasi tidak investasi langsung langsung

investasi langsung

Gambar 2.1 Investasi langsung dan investasi tidak langsung Sumber: Jogiyanto (1998: 7)

Investor Perusahaan

Investasi

Aktiva-aktiva Keuangan


(21)

107

a. Investasi Langsung

Menurut Jogiyanto (1998: 7) investasi langsung dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang dapat diperjual-belikan di pasar uang (money market), pasar modal (capital market), atau di pasar turunan (derivative market). Investasi Langsung juga dapat dilakukan dengan membeli aktiva keuangan yang tidak dapat diperjual-belikan.

b. Investasi Tidak Langsung

Menurut Jogiyanto (1998: 8) investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli surat-surat berharga dari perusahaan investasi. Perusahaan investasi adalah perusahaan yang menyediakan jasa keuangan dengan cara menjual sahamnya ke publik dan menggunakan dana yang diperoleh untuk diinvestasikan ke dalam portofolionya.

3. Tujuan Investasi

Tujuan melakukan investasi pada dasarnya adalah untuk menghasilkan sejumlah uang. Tetapi pernyataan tersebut nampaknya terlalu sederhana, sehingga perlu mencari jawaban yang lebih tepat tentang tujuan berinvestasi. Seperti telah disinggung di atas, tujuan investasi yang lebih luas adalah untuk meningkatkan kesejahteraan investor. Kesejahteraan dalam hal ini adalah kesejahteraan moneter, yang bisa diukur dengan penjumlahan pendapatan saat ini ditambah nilai saat ini pendapatan masa datang.

B. Pengertian Tingkat Return dan Risiko


(22)

108 Menurut Jogiyanto (1998: 85) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat berupa return realisasi yang sudah terjadi atau return ekspektasi yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa mendatang.

Dalam konteks manajemen investasi, perlu dibedakan antara return yang diharapkan (expected return) dan return yang terjadi (realized return). Return yang diharapkan merupakan tingkat return yang diantisipasi investor di masa datang. Sedangkan return yang terjadi atau return aktual merupakan tingkat return yang telah diperoleh investor pada masa lalu. Ketika investor menginvestasikan dananya, dia akan mensyaratkan tingkat return yang sesungguhnya dia terima.

Antara tingkat return yang diharapkan dan tingkat return aktual yang diperoleh investor dari investasi yang dilakukan mungkin saja berbeda. Perbedaan antara return yang diharapkan dengan return yang benar– benar diterima (aktual) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses investasi. Sehingga dalam berinvestasi, di samping memperhatikan return, investor harus selalu mempertimbangkan tingkat risiko suatu investasi.

Menurut Jogiyanto (1998: 86) return total merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode yang tertentu. Return total sering disebut dengan return saja. Return total terdiri dari capital gain (loss) dan yield, dapat dirumuskan sebagai berikut:

...2.1

Capital gain atau capital loss merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga periode yang lalu, dirumuskan sebagai berikut:

Capital Gain atau Capital Loss = Pt – Pt-1 ...2.2 Pt-1

Yield merupakan presentase penerimaan kas periodik terhadap harga investasi periode tertentu dari suatu investasi.

Menurut Jogiyanto return ekspektasi (expected return) dapat dihitung dengan mengalikan masing-masing hasil masa depan (out come) dengan probabilitas kejadiannya dalam menjumlah semua produk perkalian tersebut. Secara sistematis, return ekspektasi dapat dirumuskan sebagai berikut:

n

E (R) = ∑ (Ri . pi) ...2.3

i=1

Dimana :

E(R) = Perolehan diekspektasi suatu aktiva atau sekuritas Ri = Hasil masa depan ke i

pi = Probabilitas hasil masa depan ke i

n = Jumlah dari hasil masa depan

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Expected rate of return adalah rata–rata tertimbang dari semua pengembalian hasil (return) yang mungkin diperoleh dengan menggunakan probabilitas sebagai bobotnya.

2. Rate of Return Portofolio dan Expected Rate of ReturnPortofolio

Menurut Jogiyanto (1998: 113) return realisasi portofolio (portfolio realized return) merupakan return rata-rata tertimbang dari return-return realisasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio tersebut. Secara sistematis, return realisasi portofolio dapat ditulis sebagai berikut:

n


(23)

109 Rp = ∑ (wi . Ri) ...2.4

i=1

Dimana:

Rp = return realisasi portofolio

wi = Porsi dari sekuritas i terhadap seluruh sekuritas di portofolio Ri = Return realisasi dari sekuritas ke i

n = Jumlah dari sekuritas tunggal

Sedangkan return ekspektasi portofolio (portfolio expected return) merupakan rata-rata tertimbang dari return-return ekspektasi masing-masing sekuritas tunggal di dalam portofolio. Return Ekspektasi portofolio dapat dinyatakan secara sistematis sebagai berikut:

n

E (Rp) = ∑ [wi . E(Ri)] ...2.5 i=1

Dimana :

E (Rp) = Return ekspektasi dari portofolio E (Ri) = Return ekspektasi dari sekuritas ke i 3. Risiko Investasi dan Risiko Portofolio

Menurut Jogiyanto (1998: 98)hanya menghitung return saja untuk suatu investasi tidaklah cukup. Risiko dari investasi juga perlu diperhitungkan. Return dan risiko merupkan dua hal yang tidak terpisah, karena pertimbangan suatu investasi merupakan trade-off dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung semakin besar pula return yang harus

dikompensasikan.

Risiko sering dihubungkan dengan penyimpangan atau deviasi dari outcome yang diterima dengan yang diekspektasi. Suad Husnan (1998: 19)menyatakan bahwa dalam teori portofolio, risiko dinyatakan sebagai kemungkinan keuntungan menyimpang dari yang diharapkan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa risiko merupakan suatu kondisi dimana return yang akan diperoleh tidak diketahui secara pasti sebelumnya dan ada kemungkinan return yang diperoleh akan menyimpang dari return yang yang diharapkan.

Menurut Lukas (1994: 4) risiko investasi dapat dibagi menjadi dua yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). Risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh faktor– faktor secara bersamaan mempengaruhi semua harga asset, misalnya perubahan sistem atau kondisi ekonomi, politik dan perubahan lingkungan sosial yang berpengaruh terhadap perusahaan atau industri secara keseluruhan dan tidak mungkin dapat dihindari.

Risiko sistematis sering disebut risiko pasar (market risk) risiko sistematis ini dapat dibagi atas: 1. Market Risk

Risiko yang disebabkan kondisi pasar yang berfluktuasi dimana harga suatu sekuritas sangat berfluktuasi melebihi perkiraan yang wajar.

2. Interest Rate Risk

Risiko yang disebabkan oleh perubahan tingkat bunga pasar yang dapat mempengaruhi harga sekuritas. 3. Purchasing Power Risk


(24)

110 Sedangkan risiko tidak sistematis adalah risiko yang bersifat unit terhadap suatu perusahaan atau industri, misalnya kesalahan manajemen, penemuan baru, perubahan selera konsumen terhadap barang dan jasa dari suatu perusahaan atau industri tertentu. Sehingga risiko ini sering disebut unique risk.

Menurut Lukas (1994: 4) Unsystematic risk disebabkan oleh: 1. Management Risk

Yaitu risiko kegagalan dari manajemen dalam menjalankan perusahaan yang disebabkan oleh ketidakmampuan memperkirakan kemungkinan yang akan terjadi pada masa yang akan datang sehingga perusahaan kehilangan supplier, pangsa pasar yang menurun, pemogokan buruh dan lain-lain. 2. Financial Risk

Yaitu risiko yang diakibatkan penggunanan hutang perusahaan sehingga menyebabkan biaya bunga meningkat.

3. Industrial Risk

Yaitu risiko yang diakibatkan oleh industri itu sendiri, hal ini hanya berpengaruh pada industri yang bersangkutan.

Systematic risk ditambah unsystematicrisk merupakan total risk dan yang menjadi pertimbangan manajer investasi dalam mengambil keputusan investasi. Unsystematic risk dapat dikurangi dan diantisipasi dengan melakukan diversifikasi, sedangkan systematic risk adalah risiko yang tidak dapat dihilangkan.

Diversifikasi berarti investasi dilakukan pada berbagai macam sekuritas atau aktiva. Bila hal ini dilakukan berarti melakukan portofolio investasi. Risiko investasi dapat diukur dengan standar deviasi, yang rumusnya adalah sebagai berikut:

n

SD (σ) = ∑Pi (Ri – E (Ri))² ...2.6 i = 1

Dimana :

Pi = Probabilitas terjadinya peristiwa ke-1 R = Rate of Return

E (R) = Expected Rate of Return

Rumus di atas digunakan jika probabilitas kejadian tidak sama untuk semua peristiwa. Sedangkan apabila probabilitas kejadian setiap peristiwa sama maka perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

n

∑ [(Ri) – E (Ri)]² ...2.7 SD (σ) = i=1

N

Menurut Jogiyanto (1998: 116) risiko portofolio adalah varian return sekuritas–sekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Salah satu pengukur risiko adalah deviasi standar (standard deviation) atau varian (variance) yang merupakan kudrat dari deviasi standar. Risiko yang diukur dengan ukuran ini mengukur risiko dari seberapa besar nilai tiap-tiap item menyimpang dari rata-ratanya. Risiko portofolio dapat diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian yang dinotasikan dengan σ.


(25)

111 Rumus matematikanya adalah sebagai berikut:

σ

p² = X²²x + X²²y + 2XxYyCovx ...2.8

Dimana :

σ

p = Standar deviasi portofolio

Xx = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x Xy = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y Covxy = Kovarian x dan y

Dalam mengukur risiko portofolio harus dicari covariance antara sekuritas yang tergantung dalam portofolio. Hal ini karena portofolio merupakan gabungan dari beberapa sekuritas sehingga risiko yang terjadi merupakan interaksi antara risiko–risiko sekuritas yang membentuknya.

Besarnya return kovarians tergantung pada pola return masing-masing saham. Bila return saham tersebut bergerak dengan pola yang sama maka covariance-nya berupa kalian dua angka positif atau dua angka negatif sehingga hasilnya berupa angka positif yang besar.

Rumus dari covariance adalah sebagai berikut:

y x xy xy

Cov = ρ σ σ

Covariance dapat distandarisasikan dengan cara membaginya dengan hasil perkalian deviasi standar masing–masing sekuritas yang dirumuskan sebagai berikut:

y Cov

x xy

xy σ σ

ρ = ...2.9

Dimana :

xy

ρ = Koefisien korelasi saham X dan saham Y yang merupakan covariance antara keduanya yang distandarisasi. Nilainya berkisar antara -1 sampai dengan +1.

Koefisien korelasi menunjukkan bagaimana suatu variabel bergerak bersama dengan variabel lainnya. Korelasi ini bukan merupakan hubungan sebab akibat. Bila terdapat korelasi negative antara dua sekuritas maka jika nilai suatu variabel naik akan menyebabkan nilai variabel lainnya akan turun, begitu juga sebaliknya bila terdapat korelasi positif naiknya nilai suatu sekuritas akan menyebabkan sekuritas lainnya juga naik.

Selain tergantung terhadap covariance, hubungan antara dua sekuritas dipengaruhi oleh standar deviasi dari tiap sekuritas. Standar deviasi ini merupakan ukuran yang menunjukkan nilai penyimpangan dari tingkat keuntungan sekuritas yang diharapkan. Standar deviasi dari portofolio dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

σ

p = X²²x + X²²y + 2XxYy xyσxσy) ...2.10


(26)

112

σ

p = Standar deviasi portofolio

Xx = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham x Xy = Proporsi dana yang ditanamkan dalam saham y ρxy = Koefisien korelasi sekuritas x dan y

σx = Standar deviasi sekuritas x

σy = Standar deviasi sekuritas y

Rumus deviasi standar portofolio di atas digunakan bila hanya terdapat dua sekuritas. Dalam portofolio yang terdiri dari sekuritas atau lebih, rumus yang digunakan adalah:

N N

σ

p² = ∑Xi²σi² + ∑ ...2.11 i=1 i=1

C. Pengertian IHSG, SBI, Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah

1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham tidak ubahnya seperti sebuah barometer ataupun termometer yang ada di rumah kita. Fungsinya sangat penting karena dapat memberikan ukuran yang dapat membantu kita melihat situasi bagaimanakah saat ini yang terjadi. Indeks Harga Saham menjadi barometer kesehatan pasar modal yang dapat menggambarkan kondisi bursa efek yang terjadi.

Menurut Vonny Dwiyanti (1998: 54) Indeks Harga Saham merupakan ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atau berbagai macam yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomen ekonomi.

Sementara menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 95)Indeks Harga Saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham.

Sedangkan menurut Jogiyanto (1998: 48) Indeks Harga Saham Gabungan adalah suatu indeks yang meliputi pergerakan-pergerakan harga untuk saham biasa dan saham preferen.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan Indeks Harga Saham sebenarnya merupakan angka Indeks Harga Saham yang telah disusun dan dihitung sedemikian rupa sehingga dapat dipergunakan untuk membandingkan kegiatan atau peristiwa, bisa berupa perubahan harga saham, dari waktu ke waktu.

Di pasar modal sebuah indeks diharapkan memiliki lima fungsi yaitu: (1) sebagai indikator trend pasar, (2) sebagai indikator tingkat keuntungan, (3) sebagai tolak ukur (benchmark) kinerja suatu portofolio, (4) memfasilitasi pembentukan portofolio dengan strategi pasif, (5) memfasilitasi berkembangnya produk derivatif.

Ada beberapa macam pendekatan atau metode penghitungan yang digunakan untuk menghitung indeks, yaitu: (1) Menghitung rata-rata (arithmetic mean) harga saham yang masuk dalam anggota indeks, (2) Menghitung (geometric mean) dari indeks individual saham yang masuk anggota indeks, (3) Menghitung rata-rata tertimbang nilai pasar. Umumnya semua indeks harga saham gabungan (composite) menggunakan metode rata-rata tertimbang termasuk di Bursa Efek Jakarta.

Di Bursa Efek Jakarta terdapat 5 (lima) jenis indeks, antara lain:

a. Indeks Individual, menggunakan indeks harga masing-masing saham terhadap harga dasarnya. b. Indeks Harga Saham Sektoral, menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. c. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan

disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan Febuari dan Agustus).

d. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua saham yang tercatat sebagai komponen penghitungan indeks.

e. Indeks Syariah atau JII (Jakarta Islamic Index), JII merupakan indeks terakhir yang dikembangkan oleh BEJ bekerja sama dengan Dana Reksa Invesment Management. Indeks ini merupakan indeks yang mengakomodasi syariah investasi dalam Islam atau Indeks yang berdasarkan syariah Islam.


(27)

113 Sedangkan yang dimaksud dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menurut Vonny Dwiyanti (1999: 55) adalah angka yang menunjukkan situasi pasar efek secara umum karena G adalah gabungan dari seluruh saham. Kemudian menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 96) Indeks Harga Saham Gabungan adalah sekumpulan semua saham yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.

2. Nilai Tukar

Menurut Salvatore Dominick (1997: 140)kar atau sering disebut dengan kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri (asing). Kurs ini dipertahankan sama di semua pasar melalui arbitrase. Arbitrase valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya rendah dan menjualnya bilamana harganya tinggi. Suatu Penurunan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan depresiasi. Sedangkan kenaikan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut apresiasi. Karena mata uang suatu negara dapat didepresiasi terhadap mata uang dan apresiasi terhadap yang lain maka biasanya dapat dihitung suatu kurs efektif. Kurs efektif merupakan rata-rata tertimbang dari nilai tukar mata uang suatu negara.

Pada umumnya kurs ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut.

3. Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

Menurut Alfred A Stoneir dan Douglas C Haque (1984) salah satu instrumen moneter yang dapat mempengaruhi atau memotivasi masyarakat maupun pengusaha untuk menabung dan melakukan investasi adalah suku bunga. Penyataan ini sesuai dengan pendapat yang mendefinisikan suku bunga sebagai determinan penting kedua dari volume investasi yang dilakukan dalam suatu periode, sedangkan determinan yang pertama adalah efisiensi modal marginal.

Sertifikat Bank Indonesia (SBI) pertama kali diterbitkan pada tahun 1970 dengan sasaran utama menciptakan instrumen yang diperdagangkan antar bank pada tahun 1971, setelah bank–bank diizinkan menerbitkan sertifikat deposito maka SBI tidak diterbitkan karena sertifikat deposito mampu menggantikan SBI. Sejalan dengan perubahan pendekatan kebijakan moneter pemerintah terutama setelah deregulasi perbankan 1 Juni 1983 maka Bank Indonesia kembali menerbitkan SBI sebagai instrumen dalam melakukan kebijakan operasi terbuka, terutama untuk tujuan konstraksi moneter BI (1999).

Berdasarkan SK Direksi BI No.31/67/KEP/DIR tertanggal 23 Juli 1998 tentang penerbitan SBI serta intervensi rupiah yakni Sertifikat Bank Indonesia (SBI) adalah surat berharga atas petunjuk dalam rupiah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai pengakuan hutang berjangka waktu pendek dengan sistem diskonto. 4. Inflasi

Menurut Sadono Sukirno (1994: 15) inflasi didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi kenaikan harga) berbeda dari suatu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke negara lainnya. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus.

Dalam praktek, inflasi bisa diamati dengan mengamati gerak dari indeks harga. Tetapi di sini harus diperhitungkan ada tidaknya “suppressed inflation” atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu waktu akan timbul dan menunjukkan dirinya karena harga-harga resmi makin tidak relevan bagi kenyataan.

Terdapat beberapa cara menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama, didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa macam inflasi:

• Inflasi ringan (di bawah 10% setahun) • Inflasi sedang (antara 10-30% setahun) • Inflasi berat (antara 30-100% setahun) • Hiperinflasi (di atas 100% setahun)

Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari inflasi. Atas dasar ini dibedakan dua macam inflasi:

1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation

2. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost inflation Penggolongan ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi, yaitu:


(28)

114 a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya karena defisit anggaran belanja yang

dibiayai dengan pencetakan uang baru, panen yang gagal dan sebgainya.

b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negara-negara langganan berdagang negara kita.

Muana Nanga (2001: 241)menjelaskan inflasi adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus. Terdapat tiga teori utama mengenai inflasi menurut Muana Nanga (2001: 252-254) yaitu Teori Kuantitas, Teori Keynes, dan Teori Strukturalis. Teori Kuantitas mengenai inflasi mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah pertambahan jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang. Tambahan jumlah uang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tetapi lebih buruk daripada sekaran atau masa-masa lampau, atau akan naik cepat dari sekarang, atau masa-masa lampau.

Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rejeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu apabila timbul “inflation gap”). Selama inflationary gap tetap ada, selam itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena meyoroti peranan sistem distribusi pendapatan dalam proses inflasi, dan menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non ekonomis.

Teori strukturalis adalah teori inflasi “jangka panjang” karena menyoroti sebab-sebab inflasi yangberasal dari kekuatan struktur ekonomi, khususnya ketegaran suplai bahan makanan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab struktural pertambahan produksi barang-barang ini terlalu lambat dibanding dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan dan kelangkaan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga lain sehingga terjadi inflasi. Inflasi semacam ini tidak bisa diobati hanya dengan misalnya mengurangi jumlah uang beredar, tetapi harus diobati dengan pembangunan sektor bahan makanan dan ekspor.

Laju inflasi (Lipsey G. Richard dkk. 1995) dapat diukur dari perubahan IHK, yaitu indeks harga konsumen yang merupakan indeks harga dari barang yang selalu digunakan para konsumen dengan memakai indeks harga tahun sebelumnya sebagai tahun dasar.

Laju inflasi = IHKt – IHKt-1 x 100% IHKt-1

D. Reksa Dana

1. Pengertian Reksa Dana

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M Fakhruddin (2001: 148) Reksa Dana merupakan salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atau investasi mereka.

Umumnya, Reksa Dana diartikan sebagai wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.


(29)

115 Mengacu kepada undang-undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) bahwa Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi.

Sementara menurut beberapa pendapat para ahli, diantaranya menurut Eduardus Tandelilin (2001: 20) Reksa Dana adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan Reksa Dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang.

Reksa Dana juga merupakan suatu wadah berinvestasi secara kolektif untuk ditempatkan dalam portofolio berdasarkan kebijakan investasi yang ditetapkan oleh Manajer Investasi. (Bapepam, 1997: 5).

Kegiatan investasi Reksa Dana dapat ditempatkan pada berbagai instrumen efek, baik di pasar uang, pasar modal, maupun gabungan dari keduanya. Selain itu juga dapat dikhususkan pada efek yang mewakili sektor dan industri tertentu seperti manufaktur, keuangan, infrastruktur, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa Reksa Dana bersifat fleksibel karena mampu memberikan berbagai pilihan dan alternatif bagi para investor sesuai dengan tujuan dan kebutuhannya dalam berinvestasi.

Sama halnya dengan sarana investasi lainnya, Reksa Dana selain menghasilkan tingkat keuntungan tertentu (return) juga mengandung unsur risiko (risk) yang patut dipertimbangkan. Hanya bedanya, risiko yang terkandung dapat diperkecil (dikurangi) karena investasi tersebut


(30)

116 didiversifikasi atau disebar dalam bentuk portofolio, yang menjadi ciri utama dari Reksa Dana. (Bapepam, 1997: 5)

2. Manfaat Investasi di Reksa Dana

Menurut Eko P. Pratomo (2004: 37) banyak instrumen investasi yang tersedia di pasar namun kita sulit untuk berinvestasi ke dalam instrumen tersebut karena berbagai kendala. Reksa Dana sebagai salah satu instrumen investasi memudahkan kendala tersebut. Dengan Reksa Dana investor dapat memperoleh manfaat antara lain:

a. Akses ke dalam instrumen investasi yang beragam.

b. Pengelolaan portofolio investasi yang profesional oleh manajer investasi dan Bank Kustodian.

c. Diversifikasi investasi dengan biaya yang rendah. Melalui dana yang terkumpul dari sekian banyak investor, Reksa Dana dapat berinvestasi ke berbagai jenis instrumen dari berbagai perusahaan.

d. Likuiditas yang relatif tinggi. Dalam kondisi normal, Reksa Dana dapat dibeli dan dicairkan (dijual kembali) setiap hari kerja.

e. Potensi hasil investasi yang tinggi dalam jangka panjang.

f. Manfaat bebas pajak untuk instrumen investasi tertentu (saat ini investasi dalam obligasi).

3. Risiko Investasi di Reksa Dana

Investasi dalam Reksa Dana akan memiliki komposisi dan hasil yang sesuai dengan karakteristik risiko dari surat berharga yang terdapat dalam portofolio efek Reksa Dana tersebut.


(31)

117

a. Risiko Penurunan Nilai Saham

Reksa Dana yang memiliki portofolio saham akan memiliki karakteristik risiko sejalan dengan kepemilikannya, khususnya risiko penurunan nilai modal (capital loss). Namun sejalan dengan itu Reksa Dana juga memiliki peluang memperoleh hasil yang tinggi akibat peningkatan nilai (capital again). Secara umum harga saham akan cenderung menurun bila:

1. Kinerja (tingkat keuntungan) perusahaan yang menerbitkan saham diperkirakan akan menurun dapat disebabkan oleh kondisi internal maupun eksternal.

2. Daya saing terhadap alternative investasi lain (misalnya investasi di pasar uang) menurun, khususnya bila suku bunga simpanan meningkat.

3. Aktivitas serta likuiditas perdagangan saham di bursa menurun disebabkan karena berkurangnya permintaan, penawaran maupun karena berkurangnya likuiditas secara umum (misalnya akibat kebijakan uang ketat).

4. Daya tarik investasi saham terhadap dominant player, disebabkan oleh perubahan ketentuan dan peraturan pemerintah maupun karena penurunan nilai tukar terhadap mata uang yang dipakai oleh dominant player dalam membukukan nilai investasinya.


(32)

118 Bila portofolio Reksa Dana dibatasi, sebagian besar hanya dapat berisi obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial dan tanda bukti hutang maka risiko dan peluang hasil investasi pada Reksa Dana identik dengan risiko dan peluang hasil investasi pada bank umum, yaitu:

1. Risiko penurunan pendapatan akibat menurunnya suku bunga, baik secara absolut (bila bunga mengembang) ataupun secara relatif (bila bunga ditentukan tetap atau fixed sedangkan tingkat suku bunga pasar meningkat).

2. Risiko kredit akibat ketidakmampuan atau berkurangnya kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok pinjamannya.

3. Risiko penurunan nilai pasar dari efek hutang tersebut baik karena pendapatan bunga relatif lebih rendah dari suku bunga pasar karena penurunan kapasitas kredit penerbitnya maupun karena berkurangnya likuiditas pasar (misalnya akibat kebijakan uang ketat).

c. Risiko Penurunan Nilai Efek Pasar Uang

Pada Reksa Dana yang membatasi diri hanya menanamkan dananya dalam efek pasar uang dan efek hutang yang jatuh tempo kurang dari 12 bulan ataupun pada Reksa Dana jenis lain yang selalu membutuhkan likuiditas sehingga harus menempatkan sebagian dananya dalam efek pasar uang, risiko penurunan nilainya adalah:


(33)

119 1. Risiko kredit akibat ketidakmampuan atau berkurangnya

kemampuan penerbit surat berharga untuk mengembalikan pokok pinjamannya, dikarenakan akibat kondisi internal maupun akibat perubahan kondisi eksternal.

2. Risiko menurunnya harga pasar wajar surat beharga.

3. Risiko perubahan nilai tukar mata uang asing bila ditanamkan dalam efek pasar uang dalam valuta asing.

d. Risiko berkurangnya Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan

(NAB/unit)

Menurut Eko Priyo Pratomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 84) berkurangnya NAB/Unit dari harga NAB /Unit pada saat investor membeli merupakan indikator kerugian bagi investor. Turunnya harga NAB/Unit disebabkan oleh turunnya nilai atau harga efek-efek yang dimiliki Reksa Dana. Penyebab utama dari turunnya harga efek-efek antara lain:

1. Perubahan kondisi ekonomi, politik termasuk juga kondisi sosial (adanya bencana dll). Dan keamanan di dalam dan luar negeri yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan.

Terjadi wanprestasi (default) dari emiten, penerbit surat berharga atau pihak yang terlibat dalam transaksi dan pengelolaan investasi dalam memenuhi kewajibannya. Kebangkrutan atau dilikuidasinya suatau perusahaan akan berpotensi goyahnya perusahaan dalam memenuhi kewajibannya.


(34)

120

E. Bentuk, Sifat dan Jenis Reksa Dana

1. Bentuk Reksa Dana

Menurut Eko P Pratomo (2004: 4) di Indonesia, sesuai peraturan yang berlaku, terdapat dua bentuk hukum Reksa Dana, yakni Reksa Dana berbentuk Perseroan Terbatas (PT. Reksa Dana) dan Reksa Dana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (Reksa Dana KIK).

a. Reksa Dana Berbentuk Perseroan (Corporate Type)

Dalam bentuk Reksa Dana ini, perusahaan penerbit Reksa Dana menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis Efek yang diperdagangkan di pasar modal maupun pasar uang.

b. Reksa Dana berbentuk KIK (Contractual Type)

Kontrak Investasi Kolektif adalah kontrak yang dibuat antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang juga mengikat pemegang Unit Penyertaan sebagai investor. Melalui kontrak ini Manajer Investasi diberi wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan dan administrasi investasi kolektif.

Dana yang terkumpul dari banyak investor yang kemudian akan dikelola dan diinvestasikan oleh Manajer Investasi ke dalam suatu portofolio investasi menjadi kekayaan Reksa Dana dan menjadi milik investor secara kolektif.


(35)

121

2. Sifat Reksa Dana

Jika dilihat dari sifatnya, Reksa Dana dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Reksa Dana Tertutup

Menurut Bapepam (1997: 8) Reksa Dana Tertutup adalah Reksa Dana yang tidak dapat membeli kembali saham-saham yang telah dijual kepada Pemodal. Dengan kata lain, pemegang saham tidak dapat menjual kembali sahammya kepada Manajer Investasi. Apabila pemilik saham hendak menjual sahamnya, hal ini harus dilaksanakan melalui Bursa Efek tempat saham Reksa Dana tersebut dicatatkan.

Harga pasar dari saham Reksa Dana Tertutup ini berubah-rubah dipengaruhi kekuatan permintaan dan penawaran, sama halnya dengan fluktuasi harga(kurs) saham perusahaan publik

b. Reksa Dana Terbuka

Yaitu Reksa Dana yang menawarkan dan membeli kembali saham-sahamnya dari pemodal sampai sejumlah modal yang sudah dikeluarkan.

Pemegang saham/unit Reksa Dana yang bersifat terbuka ini dapat menjual kembali saham/unit penyertaannya setiap saat apabila diinginkan. Manajer Investasi Reksa Dana, melalui Bank Kustodian, wajib membelinya sesuai dengan NAB per saham/unit pada saat tersebut.


(36)

122 Bapepam (1997: 8) menyatakan bahwa menurut peraturan, pembayaran atas penjualan kembali (redemption) harus dilakukan sesegera mungkin dan tidak boleh lebih lama dari 7 (tujuh) hari bursa sejak diminta penjualan kembali oleh investor pemegang saham/unit.

Dari penjelasan Reksa Dana berdasarkan sifatnya, dapat disimpulkan karakterisitik dari Reksa Dana tertutup dan terbuka yaitu:

Tabel 2.1

Karakteristik Reksa Dana Berdasarkan Sifatnya PT. Reksa Dana Tertutup PT. Reksa Dana Terbuka

Menjual sahamnya pada penawaran umum perdana sampai batas modal dasar

Menjual sahamnya secara terus menerus sepanjang ada pemodal yang membeli Saham Reksa Dana dicatatkan

di Bursa Efek

Saham Reksa Dana tidak perlu dicatat di bursa efek Investor tidak dapat menjual

kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana tetapi kepada investor lain melalui bursa

Investor dapat menjual kembali saham yang dimilikinya kepada Reksa Dana

Harga Jual/beli saham tergantung penawaran dan permintaan antar investor di bursa

Harga jual/ beli saham antara PT. Reksa Dana dengan investor didasarkan atas Nilai aktiva Bersih (NAB) per saham yang dihitung oleh Bank Kustodian.

Sumber: Eko P Pritomo & Ubaidillah Nugraha (2004: 46)

3. Jenis Reksa Dana

Dari sisi peraturan Bapepam, Reksa Dana Indonesia dibagi dalam 4 (empat) jenis kategori, yakni Reksa Dana Pasar Uang, Reksa Dana Pendapatan Tetap, Reksa Dana Saham, dan Reksa Dana Campuran. Pengkategorian jenis Reksa Dana di sini memang berdasarkan kategori instrumen dimana Reksa Dana melakukan investasi.


(37)

123 Reksa Dana Pasar Uang merupakan Reksa Dana dengan tingkat risiko paling rendah. Di lain pihak, potensi keuntungan Reksa Dana ini juga terbatas. Hasil investasi Reksa Dana pasar uang umumnya sangat mirip dengan tingkat suku bunga deposito, karena hampir sebagian besar portofolio investasi Reksa Dana Pasar Uang terdiri dari deposito.

b. Reksa Dana Pendapatan Tetap (Fixed Income Funds)

Reksa Dana Pendapatan Tetap (RDPT) adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat hutang.

Reksa Dana ini memiliki risiko yang relatif lebih besar dari Reksa Dana Pasar Uang. Tujuannya adalah untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. RDPT juga menjadi pilihan menarik bagi investor individu, khususnya yang ingin berinvestasi pada obligasi.

c. Reksa Dana Saham (Equity Funds)

Reksa Dana Saham (RDS) adalah Reksa Dana yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat ekuitas (saham). Walaupun risikonya lebih tinggi dibandingkan dua jenis Reksa Dana sebelumnya, namun Reksa Dana Saham ini menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi.

Tingginya risiko tersebut dikarenakan sifat harga saham yang lebih berfluktuasi. Tapi sebaliknya, dalam jangka panjang, tingkat pengembaliannya lebih tinggi dibandingkan jenis lainnya. Jenis ini


(38)

124 sesuai untuk investor yang mempunyai jangka waktu investasi (time horizon) yang panjang.

d. Reksa Dana Campuran (Discretionary Funds)

Reksa Dana ini melakukan investasi dalam Efek bersifat Ekuitas dan Efek bersifat Utang yang perbandingannya tidak termasuk Reksa Dana Pendapatan Tetap dan Saham di atas.

Reksa Dana jenis ini berisiko moderat dengan tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi daripada Reksa Dana Pendapatan Tetap.

Tabel 2.2

Jenis dan Karakteristik Reksa Dana Jenis

Karakteristik

Pasar Uang Pendapatan

Tetap Saham Campuran

Risiko Terendah Rendah Tinggi Moderat

Tujuan Likuiditas dan

mempertahank an nilai modal

Pendapatan yang stabil

Pertumbuh an harga saham/unit dalam jangka panjang

Pertumbuh-an harga dan

pendapatan

Sumber: Buku Panduan Bapepam (1997: 10)

F.

Mengukur Kinerja Reksa Dana

1. Nilai Aktiva Bersih (NAB)

Sumber informasi utama dalam pengukuran kinerja Reksa Dana adalah Nilai Aktiva Bersih Per Unit Penyertaan (NAB/Unit) atau harga per unit yang selalu dipublikasikan di harian bisnis. Perubahan NAB/Unit menjadi indikator kinerja investasi suatu Reksa Dana.


(39)

125 Beberapa publikasi mengenai kinerja mencoba mengolah kembali data NAB/Unit untuk memperoleh gambaran kinerja Reksa Dana misalnya sejak awal diterbitkan, sepanjang tahun berjalan, atau tiga bulan terakhir. Istilah NAB tidak bisa dipisahkan dari Reksa Dana karena istilah ini merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana.

Menurut Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhruddin (2001: 160) Nilai Aktiva Bersih (NAB) atau net asset value (NAV) merupakan alat ukur kinerja Reksa Dana. Nilai Aktiva Bersih berasal dari nilai portofolio Reksa Dana yang bersangkutan.

Nilai Aktiva Bersih (NAB) merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB Per Unit Penyertaan merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang beredar (outstanding). Bagi Investor, NAB/unit memiliki beberapa fungsi, antara lain:

1. Sebagai harga beli atau jual pada saat Investor membeli atau menjual unit penyertaan suatu Reksa Dana.

2. Sebagai indikator hasil (untung atau rugi) investasi yang dilakukan di Reksa Dana dan penentu nilai investasi yang dimiliki pada suatu saat. 3. Sebagai sarana untuk mengetahui kinerja historis Reksa Dana yang

dimiliki investor.

4. Sebagai sarana untuk membandingkan kinerja historis Reksa Dana yang satu dan Reksa Dana yang lain.


(40)

126 Dari penjelasan di atas, dapat dimengerti jika nilai NAB akan mengalami kenaikan atau penurunan, karena nilai NAB tersebut sangat tergantung akan kinerja asset yang merupakan portofolio Reksa Dana tersebut. Kalau harga pasar asset-aset suatu Reksa Dana mengalami kenaikan, maka NABnya tentu akan mengalami kenaikan, demikian juga sebaliknya.

2. Mengukur Kinerja Dengan Metode Differential Return with Risk

Measured by Standard Deviation

Menurut Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 595) konsep yang digunakan adalah garis pasar modal (capital market line, CML). Bila kita bisa mengidentifikasi tingkat keuntungan suatu portofolio dengan tingkat keuntungan yang terletak pada CML, untuk standar deviasi yang sama disebut Differential Return. Bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih besar dari tingkat keuntungan yang ada pada CML, maka differential return-nya positif. Apabila sebaliknya, bila tingkat keuntungan suatu portofolio lebih kecil dari tingkat keuntungan yang ada pada CML maka differential return-nya negatif. Portofolio yang baik adalah portofolio yang mempunyai differential return yang positif dan terbesar.


(41)

127 A

.

M

.

portofolio pasar pada CML A

.

Rf

σ

p

Gambar 2.2

Penentuan Differential Return with Risk is Measured by Standar Deviation

Sumber: Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 596)

Untuk menghitung differential return, bila slope yang meng hubungkan Rf dan M yaitu: untuk intercept-nya adalah Rf,

maka: p m f m f p R R R R σ

σ

⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − +

= ..……….2.12

Dimana:

Rp = expected Return dari portofolio yang terletak pada CML Rm = expected return market

σ

m = standar deviation market

σ

p = standar deviation portofolio

Dengan menggunakan metode ini portofolio Reksa Dana disusun dari nilai tertinggi. Differential return tertinggi merupakan portofolio yang terbaik.

σ f

m R


(42)

128

G. Penelitian Terdahulu

Farid Harianto & Siswanto Sudomo (2001: 591) menyatakan bahwa salah satu cara membandingkan kinerja suatu portofolio (biasanya diwakili oleh mutual funds) adalah dengan membandingkannya dengan portofolio lain yang mempunyai risiko kurang lebih sama. Suatu portofolio yang memberikan tingkat keuntungan lebih tinggi belum tentu lebih baik kalau ternyata juga mempunyai risiko yang lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Friend, Blume dan Crocket dan dikutip oleh Elton dan Gruber (1991: 645), menunjukkan hasil sebagai berikut:

Tabel 2.3

Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih secara acak, variance dipakai sebagai ukuran risiko, selama

(Januari 1960-Juni 1968)

Jumlah dalam Sampel Rata-rata variance Rata-rata keuntungan Risiko Mutual Portofolio Mutual Portofolio Mutual Portofolio

Funds Secara acak Funds secara

acak Funds

Secara acak

Risiko

rendah 43 62 0,00120 0,00118 0,102 0,128

Risiko

sedang 25 51 0,00182 0,00184 0,118 0,142

Risiko

tinggi 18 50 0,00280 0,00279 0,138 0,162

Sumber: Elton & Gruber (1991: 645)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa ukuran risiko yang digunakan adalah variance (yaitu bentuk kuadrat dari deviasi standar) tingkat keuntungan portofolio. Mutual funds, yaitu portofolio yang dikelola oleh managed investment companies (artinya para professional), dibandingkan portofolio yang secara acak. Perbandingan dilakukan atas dasar rata-rata variance yang kurang lebih sama, dan dikelompokkan sebagai risiko rendah, sedang dan tinggi. Perhatikan bahwa rata-rata variance dalam kelompok risiko yang sama, antara mutual funds dan portofolio yang


(43)

129 dipilih secara acak dan dihitung dengan bobot yang sama (equally weighted), kurang lebih juga sama. Tetapi bila kita perhatikan dua kolom yang terakhir, ternyata rata-rata tingkat keuntungan mutual funds selalu lebih rendah bila dibandingkan dengan tingkat keuntungan portofolio-portofolio yang dipilih secara acak. Hal ini mengundang pertanyaan tentang kemampuan para manajer Reksa Dana dalam mengelola dana yang dipercayakan kepada mereka.

Cara yang sama dilakukan untuk beta sebagai ukuran risiko oleh penelitian-penelitian yang sama, yang juga dikutip oleh Elton dan Gruber (1995: 635). Hasilnya disajikan pada tabel 2.5. Tabel tersebut juga menunjukkan bahwa pemilihan portofolio secara acak dengan bobot yang sama ternyata juga menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih tinggi pada kelompok beta yang kurang lebih sama.

Tabel 2.4

Perbandingan kinerja mutual funds dengan portofolio yang dipilih secara acak, Beta dipakai sebagai ukuran risiko

(Januari 1960-Juni 1968)

Jumlah dalam sampel Rata-rata variance Rata-rata keuntungan

Risiko Mutual Funds Portofolio secara acak Mutual Funds Portofolio secara acak Mutual Funds Portofolio Secara acak

Rendah 28 17 0,641 0,642 0,091 0,128

(β=0,5 - 0,7)

Sedang 53 59 0,786 0,8 0,106 0,131

(β=0,7 - 0,9)

Tinggi 22 22 0,992 0,992 0,135 0,137

(β=0,9 - 1,1)

Sumber: Elton & Gruber (1995: 635)

Guntur Irianto (2001) meneliti tentang pengaruh bunga deposito, kurs mata uang rupiah terhadap dollar dan harga emas terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), dengan periode penelitian 1 juni 1998-30 juni 2000. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda,


(44)

130 diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa bunga deposito dan kurs berpengaruh negatif secara signifikan tehadap IHSG. Kedua variabel tersebut memiliki hubungan yang saling substitusi dengan bursa efek. Sedangkan harga emas berpengaruh positif serta signifikan terhadap IHSG.

Penelitian yang dilakukan oleh Essi Asiyah (2005) tentang Pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko Sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan Nilai Tukar Rupiah Tehadap Kinerja Reksa Dana Periode 2004-2005, dengan menggunakan regresi berganda dan pengujian statistik dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari penelitian diperoleh gambaran bahwa kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation dipengaruhi oleh Indeks Harga Saham Gabungan dan Suku Bunga Risiko SBI.

2. Indeks Harga Saham Gabungan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kinerja Reksa Dana yang diperoleh dengan menggunakan Differential Return with Risk is Measured by Standard Deviation. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai pengaruh IHSG terhadap kinerja Reksa Dana dengan menggunakan metode evaluasi kinerja Reksa Dana berkorelasi positif dan signifikan mempengaruhi kinerja Reksa Dana.

3. Suku Bunga SBI mempengaruhi secara signifikan kinerja Reksa Dana ditunjukkan oleh nilai signifikan sebesar 0.00


(45)

131 4. Nilai Kurs ternyata tidak signifikan mempengaruhi kinerja ReksaDana.

H. Kerangka Pemikiran

Menurut Eduardus Tandelilin (2001: 3) investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Secara garis besar investasi dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu investasi dalam aktiva rill (asset riil) dan investasi dalam aktiva keuangan (asset financial).

Sebagai contoh investasi aktiva rill adalah investasi berupa gedung, mesin, pabrik, saluran distribusi baru dan sebagainya. Sedangkan contoh untuk investasi dalam aktiva keuangan adalah pembelian sertifikat deposito, saham, reksa dana dan obligasi dengan tujuan mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Menurut Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995 pasal 1 ayat (27), Reksa Dana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan (kembali) dalam portofolio efek (saham, obligasi) oleh manager investasi untuk meraih keuntungan dan kemudian memberikan hasil (return) kepada pemodal atas penyertaan dananya. Tujuan reksa dana yang umumnya dalah pertumbuhan (growth), pendapatan (income) serta sasaran keseimbangan atau campuran (balanced).

Dalam Penelitian ini, variabel-variabel independen yang dipilih untuk diteliti adalah inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko Sertifikat


(46)

132 Bank Indonesia (SBI) dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Keempat faktor tersebut secara teoritis sangat berkaitan dengan kinerja portofolio Reksa Dana sehingga diharapkan bisa menjadi indikator kuat bagi investor dalam mengetahui tingkat kinerja dari masing-masing portofolio Reksa Dana. Untuk itu hipotesa mengenai pengaruh keempat faktor tersebut terhadap kinerja Reksa Dana perlu dilakukan sehingga investor mempunyai dasar yang kuat dalam pengambilan keputusan.

Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, terutama terhadap US Dollar Amerika seringkali dianggap sebagai salah satu indikator dalam perekonomian bangsa. Ketidakstabilan nilai tukar rupiah terhadap dollar di Indonesia seringkali dianggap sebagai indikator ketidakstabilan perekonomian bangsa kita. Hal ini tentu mempengaruhi pada perdagangan saham di pasar bursa dan mempengaruhi perdagangan Reksa Dana di Indonesia yang juga akan mempengaruhi pada keputusan investor untuk melakukan transaksi.

IHSG merupakan indikator penting yang menggambarkan situasi pasar yang sebenarnya dimana return dan risiko pasar tersebut dihitung. Return portofolio diharapkan meningkat jika Indeks Harga Saham Gabungan cenderung meningkat demikian juga sebaliknya return tersebut menurun jika IHSG cenderung menurun.

Adanya inflasi akan berdampak besar terhadap perekonomian suatu negara. Pada saat terjadi inflasi, harga barang-barang cenderung naik, maka hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan. Peningkatan biaya produksi menyebabkan harga jual produk


(47)

133 meningkat sehingga akan mengurangi kuantitas produkyang dijual akibatnya laba menurun. Dengan menurunnya kinerja keuangan perusahaan, menyebabkan deviden yang dibagikan kepada pemegang saham berkurang sehingga investor enggan untuk mempertahankan kepemilikannya atas saham perusahaan, yang akhirnya berakibat pada penurunan indeks harga saham sebagai indikator kinerja pasar modal.

Faktor lain yang diduga mempengaruhi kinerja portofolio adalah tingkat suku bunga bebas risiko SBI dimana return portofolio cenderung berkurang jika suku bunga bebas risiko SBI meningkat, sebaliknya return portofolio akan bertambah jika suku bunga bebas risiko menurun. Hal tersebut kemungkinan dipengaruhi oleh kecenderungan pasar untuk menghindari risiko yang tinggi.

Melihat hubungan yang cukup erat antara inflasi, nilai tukar rupiah, suku bunga bebas risiko SBI dan IHSG tersebut terhadap kinerja portofolio Reksa Dana, untuk mengetahui keeratan hubungan keempat faktor tersebut dengan Reksa Dana, maka penulis dapat menggambarkan penelitian ini sebagai berikut.

Untuk memperjelas bagaimana mekanisme dalam Penulisan ini, maka penulis akan menyajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:


(48)

134

Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran

Pengaruh IHSG, Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Nilai Tukar Rupiah, dan Inflasi Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham

I. Hipotesis

Sesuai dengan kerangka pemikiran dan untuk memberi arah pada proses penelitian, di dalam penelitian ini akan diuji hipotesis sebagai berikut:

Ho1 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG terhadap kinerja reksa dana

Ha1 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari IHSG terhadap kinerja reksa dana.

Ho2: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga bebas risiko SBI terhadap kinerja reksa dana.

IHSG (X1)

SBI (X2)

NTR (X3)

INF (X4)

REKSA DANA SAHAM


(49)

135 Ha2 : Terdapat Pengaruh yang signifikan secara parsial dari suku bunga bebas

risiko SBI terhadap kinerja reksa dana.

Ho3 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi terhadap kinerja reksa dana.

Ha3 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari inflasi terhadap kinerja reksa dana.

Ho4 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.

Ha4 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial dari nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.

Ho5 : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi, nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.

Ha5 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dari IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi, dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja reksa dana.


(50)

136

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yaitu dimana penulis langsung melakukan penelitian pada tiga lokasi yaitu Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), Bank Indonesia dan Bursa Efek Jakarta. Penelitian dilakukan dimulai dari pengumpulan data yang berhubungan langsung dengan objek penelitian, menginventarisasikan, mengolah data hingga akhirnya diperoleh gambaran yang jelas tentang pokok permasalahan yang diteliti.

Ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh variabel Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Suku Bunga Bebas Risiko SBI, Inflasi, dan Nilai Tukar Rupiah terhadap Kinerja Reksa Dana Saham yang dicerminkan pada Nilai Aktiva Bersihnya (NAB), periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

B. Metode

Penentuan

Sampel

Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel ini adalah purposive sampling yang berdasarkan judgement sampling. Purposive sampling adalah teknik pemilihan sampel secara tidak acak dan didasarkan pada tujuan tertentu (Indrianto dan Supomo, 1999). Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh Indeks Harga Saham Gabungan, Suku Bunga Bebas Risiko (SBI), inflasi dan Nilai Tukar Rupiah terhadap kinerja Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Oleh karena itu, maka sampel yang


(51)

137 digunakan adalah Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam. Hal tersebut sesuai dengan teknik purposive sampling metode judgement sampling.

Sampel penelitian ini diambil dari Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam. Dari 144 Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama periode Januari 2004 sampai Desember 2006, hanya 15 Reksa Dana Saham yang terpilih sebagai sampel penelitian. Oleh karena Reksa Dana Saham yang tercatat di Bapepam dimungkinkan terjadi perubahan di setiap periodenya, maka sampel penelitian ini diambil dengan kriteria:

1. Semua Reksa Dana Saham yang terdaftar di Bapepam selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

2. Semua Reksa Dana Saham yang selalu ada dan masih aktif selama Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

3. Reksa Dana Saham yang telah menerbitkan laporan keuangan mulai Januari 2004 sampai dengan Desember 2006

C.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dan tidak perlu dikumpulkan lagi. Data-data sekunder yang digunakan penulis adalah data-data yang berhubungan langsung dengan penelitian yang dilaksanakan dan bersumber dari terbitan-terbitan Bursa Efek Jakarta, Bapepam dan Bank Indonesia.


(52)

138 Informasi Utama yang digunakan sebagai data penelitian adalah Nilai Aktiva Bersih (NAB/Unit) Reksa Dana Saham, data mengenai tingkat suku bunga bebas risiko dalam hal ini penulis memilih tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dari Bank Indonesia berdasarkan laporan bulanan terbitan Bank Indonesia. Penulis memilih SBI sebagai tingkat suku bunga bebas risiko dengan anggapan bahwa Bank Indonesia yang mengeluarkan SBI dapat dipastikan akan melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo. Jadi investasi yang dilakukan pada SBI benar-benar bebas risiko. Disertai Data mengenai perkembangan Inflasi dan Nilai Tukar Rupiah pada periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

D. Metode Analisis

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Mendata Reksa Dana-Reksa Dana yang termasuk dalam Reksa Dana Saham selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006. Reksa Dana yang akan menjadi objek penelitian adalah Reksa Dana Saham yang berturut-turut ada selama periode Januari 2004 sampai dengan Desember 2006.

2. Menghitung Return dan Risiko dari masing-masing Reksa Dana. Dalam penelitian ini, maka penulis akan menggunakan program Microsoft Excel untuk membantu dalam proses penghitungan return dan risiko masing-masing Reksa Dana.


(53)

139 1 1 − − − t t t NAV NAV NAV Dimana:

NAVt = Net Asset Value (NAB) pada periode t NAVt-1 = Net Asset Value (NAB) periode sebelum t b) Menghitung Risiko dari Reksa Dana:

( )

(

1

)

2 − − =

n x x p

σ

3. Evaluasi Kinerja Reksa Dana

Setelah didapatkan variabel-variabel yang dibutuhkan untuk penghitungan kinerja Reksa Dana, maka dilakukan evaluasi kinerja portofolio dengan menggunakan metode Differential Return with Risk Measure by Standar Deviation. Rumusnya yaitu: p m f m f p R R R R σ

σ ⎟⎟ ⎞ ⎜ ⎜ ⎝ ⎛ − + =

4. Melakukan pengukuran dan pengujian untuk mengetahui signifikan pengaruh IHSG, suku bunga bebas risiko SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah terhadap kinerja Reksa Dana yang dihitung dengan metode Differential Return with Risk Measured by Standar Deviation. Dalam Pengukuran dan pengujian ini digunakan analisis regresi berganda. Dimana kinerja merupakan variabel terikat (Y) dan faktor-faktor IHSG, SBI, inflasi dan nilai tukar rupiah sebagai variabel bebas (X). Setelah


(54)

140 dilakukan pengumpulan ternyata diperoleh gambaran bahwa data tidak normal dan salah satu variabel dependen terdapat multikolinieritas. Oleh karena itu, penulis merasa perlu mengeluarkan variabel tersebut dari model regresi sehingga diperoleh model terbaik. Dan selanjutnya akan diolah dengan menggunakan software SPSS Release 11.0 for Windows. 5. Pengujian Asumsi Klasik

Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukkan hubungan yang valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara lain:

a) Uji Normalitas

Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.

Menurut Singgih Santoso (2000: 214), ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusannya adalah:

1) Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan megikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,

2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.


(1)

182

HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI

Normal P -P P lot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA

Observed Cum Prob

1,0 ,8 ,5 ,3 0,0 E x pe c ted C um Pr o b 1,0 ,8 ,5 ,3 0,0 ANOVAb

192,309 4 48,077 285,101 ,000a

5,228 31 ,169

197,537 35 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBI a.

Dependent Variable: KINERJA b.

Scatterplot

Dependent Variable: KINERJA

Regression Standardized Predicted Value

2,0 1,5 1,0 ,5 0,0 -,5 -1,0 -1,5 R e gr e s s io n S tude nt iz ed R es idu al 4 3 2 1 0 -1 -2


(2)

183

LANJUTAN

HASIL OUTPUT SEBELUM VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI

Model Summaryb

,987a ,974 ,970 ,41065 ,974 285,101 4 31 ,000 1,936

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statistics

Durbin-W atson Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF, SBI

a.

Dependent Variable: KINERJA b.

Coefficientsa

1,398 1,652 ,846 ,404

,000 ,000 ,032 ,676 ,504 ,668 ,121 ,020 ,370 2,706

11,328 1,254 ,877 9,031 ,000 ,986 ,851 ,264 ,091 11,041

,634 ,494 ,104 1,283 ,209 ,887 ,225 ,037 ,129 7,746

,000 ,000 -,028 -,889 ,381 ,180 -,158 -,026 ,838 1,193

(Constant) IHSG SBI INF NTR Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA a.


(3)

184

HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: KINERJA

Observed Cum Prob

1,0 ,8 ,5 ,3 0,0 E x pec te d C um P rob 1,0 ,8 ,5 ,3 0,0 ANOVAb

178,556 3 59,519 100,346 ,000a

18,980 32 ,593

197,537 35 Regression Residual Total Model 1 Sum of

Squares df Mean Square F Sig.

Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF a.

Dependent Variable: KINERJA b.

Scatterplot

Dependent Variable: KINERJA

Regression Standardized Predicted Value 2,0 1,5 1,0 ,5 0,0 -,5 -1,0 -1,5 R e gr e s s ion S tud ent iz ed R es id ua l 3 2 1 0 -1 -2 -3


(4)

185

LANJUTAN

HASIL OUTPUT SETELAH VARIABEL SBI DI ELIMINASI DARI MODEL REGRESI

Model Summaryb

,951a ,904 ,895 ,77015 ,904 100,346 3 32 ,000 1,175

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

R Square

Change F Change df1 df2 Sig. F Change

Change Statistics

Durbin-W atson Predictors: (Constant), NTR, IHSG, INF

a.

Dependent Variable: KINERJA b.

Coefficientsa

7,545 2,824 2,672 ,012

,003 ,000 ,355 5,875 ,000 ,668 ,720 ,322 ,824 1,214

4,687 ,386 ,772 12,140 ,000 ,887 ,906 ,665 ,743 1,346

-,001 ,000 -,100 -1,716 ,096 ,180 -,290 -,094 ,892 1,120

(Constant) IHSG INF NTR Model 1

B Std. Error

Unstandardized Coefficients

Beta Standardized

Coefficients

t Sig. Zero-order Partial Part

Correlations

Tolerance VIF

Collinearity Statistics

Dependent Variable: KINERJA a.


(5)

87

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. “Sekilas Tentang Seritifikat Bank Indonesia”, Jakarta, 1999. Bapepam. “Apa dan Bagaimana yang Harus Anda Pahami Seputar Reksa Dana: Panduan Reksa Dana”, Jakarta, Bapepam, Agustus 1997.

Bisnis Indonesia, Januari – Desember 2003.

Darmadji, Tjiptono dan Hendy M Fakhruddin. “Pasar Modal Indonesia: Pendekatan Tanya Jawab”, edisi pertama, Jakarta, Salemba empat, 2001. Dominick Salvatore. “Teori dan Soal-Soal Ekonomi Internasional”, Edisi Ketiga,

Jakarta, Erlangga, 1997.

Dwiyanti, Vonny. “Wawasan Bursa Saham”, Edisi Pertama, Yogyakarta, Universitas Atma Jaya, 1999.

Elton E.J and M.J. Gruber. “Modern Portofolio Theory and Investment Analysis”, Fifth edition, Canada, John Willey and Sons, Inc, 1995.

Hady, Hamdy, DR., “Valas Untuk Manajer (Forex For Manager)”, Cetakan Keempat, Jakarta, Ghalia Indonesia, 2001.

Harianto, Farid dan Siswanto Sudomo. “Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia”, Jakarta, Bursa Efek, 2001.

Husnan, Suad. “Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”, Edisi Ketiga, Yogyakarta, Unit Penerbit dan Percetakan AMP YKPN, 1998. Investor, 9 – 22 Agustus 2005.

Irianto, Guntur. “Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Kurs Dollar Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”, Jurnal Manajemen Publik & Bisnis, hal 82-101, 2001.

Jogiyanto H.M., “Teori Portofolio dan Analisis Investasi”, Yogyakarta, BPFE, 1998.


(6)

85 Kontan, 13 Juni 2005

Lipsey G. Richard, Steiner O. Peter, Purvis D. Douglas, Jaka Wasana, Bran, Doko Kir, “Pengantar Ekonomi Makro”, Edisi kedelapan, Erlangga.

Madura, Jeff. “Manajemen Keuangan Internasional”, Jilid I, Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga, 1997.

Pratomo, Eko P. “Berwisata Kedunia Reksa Dana”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Pratomo, Eko Priyo dan Ubaidillah Nugraha. “Reksa Dana Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern”, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 2004.

Sakhowi, Ahmad. “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukr Rupiah, Inflasi dan Tingkat Bunga Terhadap Kinerjaaham di BEJ”, Jurnal Ekonomi & Bisnis, vol.2, no.1, hal 1-16, 2004.

Setiaatmadja, Lukas. “Manajemen Keuangan”, Edisi Pertama, Yogyakarta, Andi Offset, 1994.

Setyaningsih, “Perbandingan Kinerja Reksa Dana di Indonesia Periode 1997-1999”, Jurnal Riset Ekonomi & Manajemen, vol.2, no.1, hal 53-71, Januari 2002.

Siagian, Victor. “Analysis Of Stock Mutual Fund In Indonesia: 1998-2004”,

Business and Entrepreneurial Review, vol.5, no.1, October 2005.

Stoneir, A Alfred and Haque C Douglas. “Teori Ekonomi”, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1984.

Tendelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”,

Yogyakarta, BPFE, 2001.

Wardhani, Ratna. “Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia: Komposisi Dari Kemampuan dan Gaya Manajer Investasi Serta Karakteristik Institusi”,