18
Rumus molekul : C
14
H
10
C
l2
NNaO
2
Nama kimia : asam benzeneasetat, 2-[2,6-diklorofenilamino]
monosodium Berat molekul
: 318,13 Pemerian : serbuk kristal putih atau sedikit kuning, agak higroskopis
Kelarutan : Sedikit larut dalam air, mudah larut dalam metanol, larut dalam etanol 96 persen, dan sedikit larut dalan aseton
British Pharmacopoeia, 2009. Diklofenak adalah suatu turunan asam fenilasetat yang relatif tidak selektif
sebagai penghambat siklooksigenase. Obat ini memiliki waktu paruh singkat yaitu 1-3 jam. Efek samping yang lazim dari obat ini ialah, mual, gastritis, eritema kulit
dan sakit kepala. Pemakaian obat ini harus hati-hati terhadap pasien tukak lambung. Pemakaian selama kehamilan tidak dianjurkan. Dosis orang dewasa
100-150 mg sehari terbagi dalam 2-3 dosis Wilmana, 2009.
2.5 Karagenan
Iritan yang digunakan untuk pengujian efek inflamasi beragam jenisnya, salah satunya adalah karagenan. Karagenan merupakan suatu polisakarida hasil
ekstrak rumput laut dari famili Euchema, Chondrus, dan Gigartina. Bentuknya berupa serbuk berwarna putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk
butiran kasar hingga serbuk halus, tidak berbau, serta memberi rasa berlendir di lidah. Berdasarkan kandungan sulfat dan potensi pembentukan gelnya, karagenan
dapat menjadi tiga jenis, yaitu lamda karagenan, iota karagenan, dan kappa karagenan Rowe, dkk., 2009.
19
Karagenan berperan dalam pembentukan udem pada model inflamasi akut. Karagenan dipilih karena dapat melepaskan mediator inflamasi, yaitu
prostaglandin setelah disuntikkan ke hewan uji. Oleh karena itu, karagenan dapat digunakan sebagai iritan dalam metode uji yang bertujuan untuk mencari obat-
obat antiinflamasi, tepatnya yang bekerja dengan menghambat sintesis prostaglandin Winter, 1961. Penggunaan karagenan sebagai penginduksi
memiliki beberapa keuntungan, antara lain: tidak meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan dan memberikan respon yng lebih peka terhadap
obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya Siswanto dan Nurulita, 2005.
2.6 Pengujian Efek Antiinflamasi Akut
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk model inflamasi akut Suralkar, 2008, adalah:
a. Induksi Karagenan Induksi udem dilakukan pada kaki hewan uji. Dalam hal ini disuntikkan
suspensi karagenan secara subplantar. Obat uji diberikan secara oral. Volume udem kaki diukur dengan alat pletismometer. Aktivitas inflamasi obat uji
ditunjukkan oleh kemampuan obat uji mengurangi udem yang diinduksi pada telapak kaki hewan uji.
b. Induksi Histamin Metode yang digunakan hampir sama dengan metode induksi karagenan,
hanya saja penginduksi yang digunakan adalah larutan histamin 1. c. Induksi Asam Asetat
20
Metode ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas inhibisi obat terhadap peningkatan permeabilitas vaskular yang diinduksi oleh asam asetat secara
intraperitoneal. Sejumlah pewarna Evan’s Blue 10 disuntikkan secara intravena. Aktivitas inhibisi obat uji terhadap peningkatan permeabilitas vaskular
ditunjukkan dengan kemampuan obat uji dalam mengurangi konsentrasi pewarna yang menempel dalam ruang abdomen yang disuntikkan sesaat setelah induksi
asam asetat. d. Induksi Xylene pada udem daun telinga
Hewan uji diberikan obat, kemudian diinduksi xylene dengan mikropipet pada kedua permukaan daun telinga kanannya. Telinga kiri digunakan sebagai
kontrol. Terdapat dua parameter yang diukur dalam metode ini, yaitu ketebalan dan bobot dari daun telinga hewan uji. Ketebalan daun telinga hewan uji yang
telah diinduksi diukur dengan menggunakan jangka sorong digital, lalu dibandingkan dengan telinga kiri. Jika menggunakan parameter bobot daun
telinga, maka daun telinga hewan uji dipotong dan ditimbang. Kemudian dibandingkan beratnya dengan telinga kiri.
e. Induksi Asam Arakhidonat pada udem daun telinga Metode yang digunakan hampir sama dengan metode induksi xylene, hanya
saja penginduksi yang digunakan adalah asam arakhidonat yang diberikan secara topikal pada kedua permukaan daun telinga kanan hewan uji.
21
BAB III METODE PENELITIAN