9
adalah sebagai bahan pewarna cat dan obat-obatan, misalnya mengobati luka akibat gatal-gatal dan juga sebagai ramuan yang dioleskan di kening ibu-ibu yang
baru melewati proses persalinan Yetty, dkk., 2013.
2.2 Simplisia dan Ekstrak
Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan dan digunakan sebagai obat yang tinggi belum mengalami pengolahan apapun Depkes, 1979.
Ekstrak merupakan sediaan yang dapat berupa kering, kental, dan cair, dibuat dengan menyari simplisia nabati dan hewani menurut cara yang sesuai,
yaitu maserasi, perkolasi atau penyeduhan dengan air mendidih. Cairan penyari yang digunakan adalah air, eter atau campuran etanol dan air. Penyarian dilakukan
diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Pembuatan ekstrak dimaksudkan agar zat berkhasiat yang terdapat di simplisia di dapat dalam bentuk yang mempunyai
kadar yang tinggi Anief, 2000. Ekstrak diperoleh dengan ekstraksi, yaitu penarikan zat yang diinginkan
dengan menggunakan pelarut yang sesuai. Metode ekstraksi dengan menggunakan pelarut dapat dibagi ke dalam dua cara, yaitu:
a. Cara dingin i.
Maserasi, berasal dari bahasa Latin macerare, yang artinya “merendam”. Merupakan proses perendaman simplisia dalam pelarut
yang sesuai sampai meresap dan melunakkan susunan sel, sehingga zat- zat yang mudah larut akan melarut.Maserasi biasanya dilakukan pada
temperatur 15-20
o
C dalam waktu selama 3 hari Ansel, 2005. ii
Perkolasi, berasal dari bahasa Latin per yang artinya “melalui” dan colare yang artinya “merembes” Ansel, 2005. Perkolasi adalah
10
ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai sempurna dan umumnya dilakukan pada temperatur ruangan. Proses ini terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi, dan tahap perkolasi sebenarnya penetesanpenampungan ekstrak, terus menerus sampai
diperoleh ekstrak perkolat yang jumlahnya 1-5 kali bahan. a. Cara Panas
i. Refluks adalah ektraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya,
selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umunya dilakukan pengulangan proses
pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
ii. Sokletasi, adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang
umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin
balik. iii.
Digesti, adalah maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih tinggi dari temperatur ruangan kamar, yaitu
secara umum dilakukan pada temperatur 40-50
o
C. iv.
Infus, adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas air bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur
96-98
o
C selama waktu tertentu 15-20 menit. v.
Dekok, adalah infus pada waktu yang lebih lama ≥30
o
C dan temperatur sampai titik didih air Depkes, 2000.
11
2.3 Inflamasi Radang