BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Jepang dan Korea adalah negara yang satu rumpun, maka tidak heran kalau kebudayaan kedua negara tersebut mempunyai karakteristik yang sama,
tetapi juga mempunyai perbedaan, sehingga keduanya memiliki ciri khas masing-masing. Seperti halnya pada pakaian tradisional kedua bangsa tersebut
yaitu pakaian Jepang kimono dan Korea Hanbok yang kedua-duanya mendapat pengaruh dari pakaian tradisional budaya China, yang sama-sama
memiliki karakter yang sama tetapi juga memiliki karakter yang berbeda. Hanbok adalah pakaian tradisional masyarakat Korea. Hanbok pada
umumnya memiliki warna yang cerah, dengan garis yang sederhana serta tidak memiliki saku. Walaupun secara harfiah berarti “pakaian orang Korea”,
hanbok pada saat ini mengacu pada “pakaian gaya dinasti Josen”, yang bisa dipakai secara formal atau semi-formal dalam perayaan atau festifal tradisional.
Beberapa elemen dasar hanbok pada saat ini seperti jeogori atau baju, baji celana dan chima rok diduga telah dipakai sejak waktu yang lama,
namun pada zaman Tiga Kerajaan, yaitu pada abad ke 16, pakaian sejenis ini mulai berkembang. Lukisan pada situs makam Goguryeo menunjukkan gambar
laki-laki dan wanita pada saat itu memakai celana panjang yang ketat dan baju yang berukuran sepinggang. Struktur tersebut sepertinya tidak banyak berubah
sampai saat ini.
Pada akhir masa Tiga Kerajaan, wanita dari kalangan bangsawan mulai memakai rok berukuran panjang dan baju seukuran pinggang yang diikat di
pinggang dengan celana yangn tidak ketat, serta memakai jubah seukuran pinggang dan diikatkan di pinggang id.wikipedia.orgwikihanbok.
Pada masa ini, pakaian berbahan sutra dari Tiongkok Dinasti Tang diadopsi oleh anggota keluarga kerajaan dan pegawai kerajaan. Ada yang
disebut Gwanbok, pakaian tradisional untuk pegawai kerajaan pada masa lalu. Pada masa Dinasti Joseon, jeogori wanita secara perlahan menjadi ketat
dan diperpendek. Pada abad ke-16, jeogori agak menggelembung dan panjangnya mencapai di bawah pinggang. Namun pada akhir abad ke-19,
Daewon-gun memperkenalkan magoja, jaket bergaya manchu yang sering dipakai hingga saat ini.
Chima pada masa akhir Joseon dibuat panjang dan jeogori menjadi pendek dan ketat. Heoriti atau heorimari yang terbuat dari kain linen
difungsikan sebagai korset karena begitu pendeknya jeogori. Kalangan atas memakai hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan
kain berkualitas tinggi, seperti bahan yang berwarna cerah pada musim panas dan bahkan kain sutra pada musim dingin. Mereka menggunakan warna yang
bervariasi dan terang dan indah. Rakyat biasa tidak dapat menggunakan bahan berkualitas bagus karena tidak sanggup membelinya.
Kimono adalah pakaian tradisional Jepang. Kimono 「 着 物 」 Dari kanjinya, dapat diartikan, “sesuatu untuk dipakai”. 着 dibaca ki, asal kata 着る
kiru “memakai” dan 物 dibaca mono, berarti sesuatu atau benda.
Pada zaman sekarang, kimono berbentuk seperti huruf “T”, mirip mantel berlengan panjang dan berkerah. Panjang kimono dibuat hingga ke pergelangan
kaki. Wanita mengenakan kimono berbentuk baju terusan, sementara pria mengenakan kimono berbentuk setelan. Kerah bagian kanan harus berada di
bawah kerah bagian kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di bagian perut atau pinggang, dan diikat di bagian punggung. Alas kaki sewaktu mengenakan
kimono adalah zori atau geta. Kimono sekarang ini lebih sering dikenakan wanita pada kesempatan istimewa. Wanita yang belum menikah mengenakan
sejenis kimono yang disebut furisode. Pria mengenakan kimono pada pesta pernikahan, upacara minum teh,
dan acara formal lainnya. Ketika tampil di luar arena sumo, pesumo profesional diharuskan mengenakan kimono. Anak-anak mengenakan kimono
ketika menghadiri perayaan Shichi-Go-San. Bahan kain kimono adalah hasil dari kesenian tenun tradisional Jepang
yang bernilai seni. Kimono untuk kesempatan formal hanya dibuat dari kain sutra kelas terbaik dan hanya dijahit dengan tangan tidak memakai mesin
jahit. Oleh karena itu, harga kimono sering menjadi sangat mahal. Kimono umumnya tidak pernah dijual dalam keadaan jadi, melainkan harus dipesan dan
dijahit sesuai dengan ukuran badan pemakai. Warna yang selalu digunakan pada kimono disesuaikan dengan umur
dan gender. Para pria biasanya memakai kimono berwarna gelap, dan wanita memakai warna cerah.
Sewaktu membeli kain, tinggi badan pemakai tidak diperhitungkan. Bahan kimono dibeli dalam satu gulungan kain yang ditenun dengan sempurna
tanpa cacat. Sisa bahan kimono bisa dimanfaatkan untk membuat aksesori pelengkap kimono, seperti tas, dompet, atau sandal.
Kain kimono dapat dibeli dengan harga lebih murah pada kesempatan obral bahan kelas dua yang disebut B-tan ichi B, arti harfiah: pasar kain kelas
B, untuk membedakannya dari bahan kimono kelas A yang ditenun sempurna tanpa cacat. Walaupun bahan kain yang dibeli memiliki sedikit cacat, penjahit
kimono yang berpengalaman dapat menyembunyikan bagian tenunan yang rusak. Setelah jadi, kimono dari pasar kain kelas B mungkin akan terlihat sama
dengan kimono dari bahan sempurna id.wikipedia.orgwikikimono. Penjelasan di atas dapat dilihat persamaan antara Hanbok dan Kimono
adalah sama-sama dipengaruhi dari negara China dan sama-sama dibuat dari kain yang berkualitas tinggi untuk kalangan atas dengan harga yang tinggi,
sementara untuk kalangan kelas bawahnya dibuat dari bahan-bahan yang harga terjangkau. Hanbok dan kimono juga sama-sama menyimbolkan dan
menggambarkan tradisi kehidupan kedua negara tersebut. Sedangkan perbedaaan antara Hanbok dan Kimono adalah untuk
kalangan atas Korea, memakai kain hanbok dari kain rami yang ditenun atau bahan kain berkualitas tinggi pada musim panas. Pada musim dingin, Hanbok
dibuat dari kain sutra. Sementara untuk kalangan atas Jepang, pakaian Kimono terbuat dari kain.
Kemudian dari segi model pakaian, Hanbok dan Kimono juga berbeda, Kimono lebih mirip dengan mantel memakai kerah dan berlengan panjang serta
banyak memakai aksesoris seperti sabuk, alas kaki, bahkan ada juga dompet,
tas dan sandal. Sedangkan Handbok nampaknya lebih simpel dari Kimono. Hanbok hanya mempunyai elemen ukuran baju yang sepinggang dan celana
panjang yang ketat serta rok chima. Perbedaan lainnya antara pakaian Hanbok dan pakaian Kimono adalah
dari segi warna. Pakaian Hanbok sangat memperhatikan warna yang cerah. Sedangkan Kimono dalam memilih warna berdasarkan umur dan gender.
Berdasarkan uraian di atas, Kimono dan Hanbok memiliki persamaan dan perbedaan, sehingga penulis tertarik untuk membuat judul skripsi dengan
judul “Perbandingan Karakteristik Kimono Pakaian Jepang dan Hanbok Pakaian Korea”
1.2 Perumusan masalah