7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
1. Pengertian Belajar
Menurut Herbart dalam Joe, 2009: 1, belajar adalah suatu proses pengisian jiwa dengan pengetahuan dan pengalaman yang sebanyak-
banyaknya dengan melalui hafalan. Sedangkan menurut N. L Gagne dan D.C Berliner Anni Catharina Tri, 2004: 2 dikemukakan bahwa belajar
merupakan suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman.
Menurut Bloom Anni Catharina Tri, 2006: 6-7, mengemukakan tiga taksonomi yang disebut dengan ranah belajar yaitu aspek kognitif,
ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Namun Bloom hanya merinci kategori jenis pelaku pada ranah kognitif, sedangkan kategori jenis
perilaku ranah afektif dan psikomotorik dirinci oleh para pengikutnya. Menurut Ahmad Sudrajat 2008: 1, menjelaskan bahwa ranah kognitif
yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berpikirnalar. Ranah afektif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek emosional,
seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Dan ranah psikomotor yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan yang melibatkan fungsi sistem syaraf dan otot neuronmuscular system dan fungsi psikis.
Cronbach dalam Endang dkk. 2007: 18
mendefinisikan keterampilan motorik dengan mengaitkan pada kata otomatik cepat dan
8 akurat. Setiap pelaksanaan keterampilan yang terlatih merupakan
rangkaian koordinasi dari berates-ratus otot yang rumit yang melibatkan perbedaan isyarat dan koreksi kesalahan yang berkesinambungan.
Lebih jelas tentang keterampilan motorik Endang, dkk 2007: 18-19 menyatakan:
Keterampilan motorik yang terkoordinasi baik, otot yang lebih kecil memainkan peran yang besar. Keterampilan yang dipelajari dengan
baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Setelah anak dapat mengendalikan gerakan tubuh secara kasar mereka siap untuk
memulai mempelajari keterampilan. Keterampilan tersebut didasarkan atas kematangan yang ada pada waktu lahir telah
mengubah aktivitas acak yang tidak berarti ada pada saat lahir, menjadi gerakan terkoordinasi.
Menurut Endang, dkk. 2007: 20, keterampilan motorik tidak akan berkembang melalui kematangan saja. Melainkan keterampilan itu harus
dipelajari. Berikut ini depalan kondisi penting dalam mempelajari keterampilan motorik.
a. Kesiapan Belajar
Apabila pembelajaran itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka keterampilan yang dipelajari dengan waktu dan usaha yang sama
oleh orang yang sudah siap, akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang belum siap untuk belajar.
b. Kesempatan Belajar
Banyak anak tidak berkesempatan untuk mempelajari keterampilan motoric karena hidup dalam lingkungan yang tidak
menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
c. Kesempatan berpraktek
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek sebanyak yang diperlukan untuk menguasai suatu keterampilan. Meskipun
demikian, kualitas praktek jauh lebih penting ketimbang kuantitasnya. Jika anak berpraktek dengan model sekali pukul
hilang, maka akan berkembang kebiasaan kegiatan yang jelek dan gerakan yang tidak efisien.
d. Model yang baik