Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

2.7 Kerangka Pemikiran

Anak tunanetra adalah individu yang indera penglihatannya kedua- duanya tidak berfungsi sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas. Untuk mengetahui ketunanetraan dapat digunakan suatu tes yang dikenal sebagai tes Snellen Card. Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya visusnya kurang dari 621. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter. Di indonesia secara umum banyak terdapat lembaga sosial maupun organisasi sosial baik non pemerintah maupun yang pemerintah, namun dalam operasionalnya tidak sesuai dengan tujuan yang hendak diharapkan. Hal ini dikarenakan banyak lembaga sosial maupun organisasi sosial yang masih bersifat penerimaan saja dan memiliki sarana dan prasarana yang minim dan kurang memiliki pengembangan untuk kedepannya. Salah satunya adalah Yayasan Pendidikan Tuna Netra Sumatera YAPENTRA . Dimana, Yapentra merupakan salah satu bentuk yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan dan pelatihan keterampilan bagi tunanetra. Yapentra lahir melalui gagasan gereja GKPI. Oleh sebab itu Yapentra merupakan suatu lembaga yang memperhatikan anak-anak tunanetra yang mampuuntuk menolong mereka untuk dapat hidup mandiri dan dapat melatih kemampuandan memberi keterampilan dan pendidikan untuk mencapai cita-cita dan masa depanmereka. Adapun pelatihan ketrampilan yang diusahakan oleh Yapentra yaitu pelatihan musik tradisional dan modern, pelatihan pijat tradisional dan modern, pelatihan pertukangan, pelatihan pertanian, pelatihan peternakan. Universitas Sumatera Utara Melihat keefektipan program pelatihan keterampilan bagi klien anak tunanetra di Yapentra dapat dilihat dari indikator menurut Sustrisno, 2007: 125- 126 yang sesuai untuk dapat mencapai keberhasilan dalam mencapai sasaran dan tujuan kegiatan, yaitu: 1. Pemahaman program, yaitu dilihat dari sejauh mana klien penyandang cacat tunanetra dapat memahami kegiatan program pelatihan keterampilan yang diberikan oleh pihak YAPENTRA. 2. Tepat sasaran, yaitu dilihat dari apakah klien penyandang cacat tunanetra yang sudah diberikan pemahaman pengetahuan dan pelatihan keterampilan adalah sasaran yang sesuai dengan program pelatihan keterampilan. 3. Tepat waktu, yaitu dilihat dari apakah penggunaan waktu untuk program pelatihan keterampilan bagi klien penyandang cacat tunanetra di YAPENTRA sudah dilakukan sesuai dengan apa yang telah ditentukan. 4. Tercapainya tujuan, yaitu dilihat dari cara pencapaian tujuan yang ditetapkan melalui kegiatan program pelatihan keterampilan. 5. Perubahan nyata, yaitu dilihat dari bagaimana kegiatan tersebut memberikan efek atau dampak yang baik maupun adanya perubahan nyata bagi klien penyandang cacat tunanetra. Adapun untuk memperjelas kerangka pemikiran tersebut, dapat dilihat dari pada bagian alir pemikiran berikut ini. Universitas Sumatera Utara Bagan 2.1 Alir Pikir Yayasan Pendidikan Tunanetra Sumatera YAPENTRA Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang Jenis-jenis keterampilan : 1. Keterampilan Musik tradisional dan moderen 2. Keterampilan Pijat tradisional dan moderen 3. Keterampilan anyaman 4. Keterampilan budi daya tanaman Penyandang Cacat Tunanetra Indikator efektivitas pelaksanaan program keterampilan menurut Sutrisno, 2007: 125- 126: 1. Pemahaman program 2. Tepat sasaran 3. Tepat waktu 4. Tercapainya tujuan 5. Perubahan nyata Efektif Tidak efektif Universitas Sumatera Utara 2.7 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional 2.7.1 Defenisi Konsep