Perlu ditegaskan bahwa anak dikatakan tunanetra bila ketajaman penglihatannya visusnya kurang dari 621. Artinya, berdasarkan tes, anak hanya mampu
membaca huruf pada jarak 6 meter yang oleh orang awas dapat dibaca pada jarak 21 meter.
Berdasarkan acuan tersebut, anak tunanetra dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu :
1. Buta
Dikatakan buta jika anak sama sekali tidak mampu menerima rangsangan cahaya dari luar visusnya = 0
2. Low Vision
Bila anak masih mampu menerima rangsang cahaya dari luar, tetapi ketajamannya lebih dari 621, atau jika anak hanya mampu membaca
headline pada surat kabar Somantri , 2006: 66.
2.5.2 klasifikasi Tunanetra
Klasifikasi ketunanetraan, secara garis besar yaitu dibagi menjadi dua,
antara lain :
1. Waktu terjadinya kecacatan: yakni sejak kapan anak menderita tunanetra yang dapat digolongkan sebagai berikut :
a Penderita tunanetra sebelum dan sejak lahir, yakni mereka yang sama sekali tidak memiliki pengalaman penglihata.
Universitas Sumatera Utara
b Penderita tunanetra sesudah lahir atau pada usia kecil, yaitu mereka yang sudah memiliki kesan-kesan serta pengalaman visual, tetapi belum kuat dan
mudah terlupakan . c Penderita tunanetra pada usia sekolah atau pada masa remaja; kesan kesan
pengalaman visual meninggalkan pengaruh yang mendalam terhadap proses perkembangan pribadi.
d Penderita tunanetra pada usia dewasa, yang dengan segala kesadaran masih mampu melakukan latihan-latihan penyesuaian diri.
e Penderita tunanetra dalam usia lanjut, yaitu mereka yang sebagian besar sudah sulit mengalami latihan-latihan penyesuaian diri.
2. Pembagian berdasarkan kemampuan daya lihat yaitu : a Penderita tunanetra ringan low vision, yakni mereka yang mempunyai
kelainan atau kekurangan daya penglihatan, seperti para penderita rabun, juling, myopia ringan. Mereka ini masi dapat mengikuti program pendidikan
biasa di sekolah-sekolah umum atau masih mampu melakukan pekerjaan- pekerjaan yang membutuhkan penglihatan dengan baik.
b Penderita tunanetra setengah berat partially sighted, yaitu mereka yang mengalami sebagian daya penglihatan. Hanya dengan menggunakan
kacamata pembesar mereka masih bisa mengikuti program pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang berhuruf tebal.
c Penderita tunanetra berat totally blind, yaitu mereka yang sama sekali tidak dapat melihat atau yang sering disebut adalah buta Pradopo, 1977: 12- 13.
Universitas Sumatera Utara
2.5.3 faktor Penyebab Tunanetra 1. Pre-natal
Faktor penyebab ketunanetraan pada masa pre-natal sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam
kandungan, antara lain:
a. Keturunan Ketunanetraan yang disebabkan oleh faktor keturunan terjadi dari hasil
perkawinan bersaudara, sesama tunanetra atau mempunyai orang tua yang tunanetra. Ketunanetraan akibat faktor keturunan antara lain
Retinitis Pigmentosa, penyakit pada retina yang umumnya merupakan keturunan. Penyakit
ini sedikit demi sedikit menyebabkan mundur atau memburuknya retina. Gejala pertama biasanya sukar melihat di malam hari, diikuti dengan hilangnya
penglihatan periferal, dan sedikit saja penglihatan pusat yang tertinggal.
b. Pertumbuhan seorang anak dalam kandungan Ketunanetraan yang disebabkan karena proses pertumbuhan dalam
kandungan dapat disebabkan oleh: 1.
Gangguan waktu ibu hamil. 2.
Penyakit menahun seperti TBC, sehingga merusak sel-sel darah tertentu selama pertumbuhan janin dalam kandungan.
3. Infeksi atau luka yang dialami oleh ibu hamil akibat terkena rubella atau
cacar air, dapat menyebabkan kerusakan pada mata, telinga, jantung dan sistem susunan saraf pusat pada janin yang sedang berkembang.
Universitas Sumatera Utara
4. Infeksi karena penyakit kotor, toxoplasmosis, trachoma dan tumor. Tumor
dapat terjadi pada otak yang berhubungan dengan indera penglihatan atau pada bola mata itu sendiri.
5. Kurangnya vitamin tertentu, dapat menyebabkan gangguan pada mata
sehingga hilangnya fungsi penglihatan.
2. Post-natal
Penyebab ketunanetraan yang terjadi pada masa post-natal dapat terjadi sejak atau setelah bayi lahir antara lain:
a. Kerusakan pada mata atau saraf mata pada waktu persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras.
b. Pada waktu persalinan, ibu mengalami penyakit gonorrhoe, sehingga baksil gonorrhoe menular pada bayi, yang pada ahkirnya setelah bayi lahir mengalami
sakit dan berakibat hilangnya daya penglihatan. c. Mengalami penyakit mata yang menyebabkan ketunanetraan, misalnya:
1. Xeropthalmia; yakni penyakit mata karena kekurangan vitamin A.
2. Trachoma; yaitu penyakit mata karena virus chilimidezoon trachomanis.
3. Catarac; yaitu penyakit mata yang menyerang bola mata sehingga lensa
mata menjadi keruh, akibatnya terlihat dari luar mata menjadi putih. 4.
Glaucoma; yaitu penyakit mata karena bertambahnya cairan dalam bola mata, sehingga tekanan pada bola mata meningkat.
5. Diabetik Retinopathy; adalah gangguan pada retina yang disebabkan karena
diabetis. Retina penuh dengan pembuluh-pembuluh darah dan dapat dipengaruhi oleh kerusakan sistem sirkulasi hingga merusak penglihatan.
Universitas Sumatera Utara
6. Macular Degeneration; adalah kondisi umum yang agak baik, dimana
daerah tengah dari retina secara berangsur memburuk. Anak dengan retina degenerasi masih memiliki penglihatan perifer akan tetapi kehilangan
kemampuan untuk melihat secara jelas objek-objek di bagian tengah bidang penglihatan.
7. Retinopathy of prematurity; biasanya anak yang mengalami ini karena
lahirnya terlalu prematur. Pada saat lahir masih memiliki potensi penglihatan yang normal. Bayi yang dilahirkan prematur biasanya ditempatkan pada
inkubator yang berisi oksigen dengan kadar tinggi, sehingga pada saat bayi dikeluarkan dari inkubator terjadi perubahan kadar oksigen yang dapat
menyebabkan pertumbuhan pembuluh darah menjadi tidak normal dan meninggalkan semacam bekas luka pada jaringan mata. Peristiwa ini sering
menimbulkan kerusakan pada selaput jala retina dan tunanetra total.
d. Kerusakan mata yang disebabkan terjadinya kecelakaan, seperti masuknya
benda keras atau tajam, cairan kimia yang berbahaya, kecelakaan dari kendaraan http:www.pkplkdikmen.di akses tanggal 04 Juni 2014, Pukul
10.00 Wib.
2.5.4 Dampak Ketunanetraan
Aktvitas manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitar akan efektif apabila mengikutsertakan alat- alat indra yang dimiiki, seperti
penglihatan, perabaan, pembau, pengecap, baik dilakukan secara sendiri- sendiri mupun bersama- sama. Dengan pemanfaatan beberapa alat indra secara simultan
Universitas Sumatera Utara
memudahkan seseorang melakukan apersepsi terhadap peristiwa atau objek yang diobservasi, terutama untuk membentuk suatu penglihatan yang utuh. Dengan
tanggungnya salah satu atau lebih alat indranya penglihatan, pendengaran, pengecap, pembau maupun peraba, akan mempengaruhi terhadap indra- indra
yang lain. Pada gilirannya akan membawa konsekuensi tersendiri terhadap kemempuan dirinya berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Misalnya, pada anak
tunanetra dengan kehilangan sebagian atau keseluruhan fungsi penglihatan pada anak tunanetra akan menimbulkan dampak negatif atas kemampuaanya yang lain,
seperti pengembangan psikis dan penyesuaian sosial Efendi, 2005: 36-37
2.6 Pelayanan Sosial 2.6.1 Pengertian Pelayanan Sosial
Pelayanan sosial merupakan aksi atau tindakan untuk mengeahui masalah sosial. Pelayanan sosial dapat diartikan sebagai perangkat program yang ditujukan
untuk membantu individu atau kelompok yang menglami hambatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jika keadaan individu atau sekelomok tersebut
dibiarkan, maka akan timbul masalah sosial, seperti kemiskinan, kelantaran dan kriminalitas. Kategorisasi pelayan sosial biasanya dikelompokkan berdasarkan
sasaran pelayanan misalnya peayanan atau perawatan anak, remaja, lanjut usia , setting atau tempatnya misalnya: pelayanan sosial disekolah, tempat kerja,
penjara, rumah sakit atau berdasarkan jenis atau sektor misalnya: pelayanan konseling, kesehatan mental, pendidikan khususus dan vokasi, jaminan sosial dan
perumahan.
Universitas Sumatera Utara